bab 16

1.2K 205 10
                                    

Aldebaran pergi ke kantor polisi untuk bertemu dengan Sal. Ia ingin mendengar penjelasan langsung dari lelaki tersebut.

"Silakan," ucap polisi yang membawa Sal.

Aldebaran memandang Sal dengan sorot amarah, apalagi jika mengingat kejadian yang membahayakan Andin. Hampir saja Al murka jika ia tak ingat kembali perkataan Andin tadi di rumah. Al menghela napas kasar, mencoba meredam emosinya.

"Saya pastikan kamu akan mempertanggungjawabkan semuanya," ucap Aldebaran dengan tegas.

"Kenapa selama ini Lo diem aja, Al?" tanya Sal. "Padahal Lo bisa aja jemblosin gue di penjara sejak dulu."


"Saya masih punya hati, Sal, nggak seperti kamu. Memang saya bisa aja waktu itu laporin kamu ke polisi, tapi saya yakin kamu sudah menyesali semuanya."

Sal bergeming, ia berusaha mencerna perkataan Aldebaran.

"Sejahat-jahatnya kamu, kamu tetap adik saya."

Sal mendongak ketika Aldebaran melontarkan kalimat tersebut. Ia tak menyangka ternyata Aldebaran masih menganggapnya sebagai adik, padahal apa yang sudah ia lakukan selama ini justru tak bisa dimaafkan.

"Maafin gue, Al," ucap Sal dalam isakannya. Ia tak mampu lagi membendung air mata yang menerobos keluar. Rasa penyesalan kini bersemayam dihatinya.

Aldebaran berdiri, menepuk pundak Sal. "Renungkan semua kesalahan kamu di sini." Al lalu pergi karena jam besuk sudah usai. Andin benar, ia harus mencoba lebih perhatian kepada Sal. Tak ada gunanya membenci, ia harus membantu Sal untuk bangkit kembali.

Masa lalu yang sudah terjadi tak perlu lagi diungkit. Kesalahan yang ada hanya akan menjadi pelajaran dan pengingat untuk lebih berhati-hati dalam bertindak.

Al mengangkat telfon dari Rendi, ia tampak terburu-buru pergi ke suatu tempat usai Rendi memberitahunya.

***

"Gimana kondisi mama saya, ren?" tanya Aldebaran begitu sampai di apartemen Rosa.

"Dari tadi, Bu Rosa terus menangis, Pak, saya juga sudah hubungi dokter," jawab Rendi.

Al segera menemui Rosa. Ia sangat khawatir ketika mendengar jika mamanya itu mengetahui berita tentang Sal.

"Ma." Aldebaran duduk ditepi ranjang, menggenggam tangan Rosa.

"Al, semuanya nggak bener, 'kan?"

"Mama istirahat, ya...."

"Sal nggak mungkin bunuh papa, kan, Al?"

Aldebaran memeluk Rosa. Ini yang ia khawatirkan jika mamanya mendengar berita tentang Sal, pasti mamanya akan histeris. Tak lama, dokter datang mencoba menenangkan Rosa.

Aldebaran lalu menghubungi Andin dan mengabari jika ia tak bisa pulang malam ini. Al tak bisa meninggalkan mamanya dalam kondisi seperti ini.

"Bagaimana kondisi mama saya, Dok?" tanya Aldebaran ketika dokter keluar dari kamar Rosa.

"Saya sudah coba bicara dan kasih obat penenang ke Bu Rosa. Sekarang beliau sedang istirahat. Dia hanya syok dan belum siap atas apa yang ia dengar."

"Kalau begitu, terima kasih, Dok."

"Sama-sama, saya permisi."

Rendi lalu mengantar dokter tersebut keluar. "Ada yang bapak butuhkan lagi?" tanya Rendi.

"Nggak, Ren. Kamu pulang aja, makasih udah jagain mama saya."

"Baik, Pak." Rendi pun pergi karena pekerjaannya sudah selesai.

Please Feel Me at EaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang