bab 14

1.3K 216 19
                                    

Aldebaran datang ke kantor dengan raut wajah yang ceria. Ia tak lupa membalas sapaan karyawannya dengan senyum yang sumringah. Suasana hatinya sedang baik pasca baikan dengan Andin. Ternyata, perempuan itu sangat berpengaruh dalam hidupnya.


"Senyumnya udah kali," tegur Angga yang memergoki Aldebaran tak memudarkan senyumnya.


Al berdeham, lalu membuka kancing jasnya. "Apaan, sih," ucap Aldebaran kesal.

"Iya, yang lagi jatuh cinta." Angga duduk di depan Aldebaran.

Aldebaran malah melempar Angga dengan map yang berada di mejanya.

"Santai, Bro," ucap Angga sambil mengisyaratkan jika ia menyerah.

"Ngapain Lo ke sini pagi-pagi?" tanya Aldebaran.

Angga membenarkan posisi duduknya. Ia lalu memberikan informasi tentang Sal yang selama ini sudah ia selidiki. Aldebaran memang menyuruh Angga untuk mencari tahu perihal Sal, karena bukan tidak mungkin lelaki itu tiba-tiba muncul dalam hidupnya tanpa alasan.

"Sal udah merencanakan sesuatu untuk ambil bagian dari peninggalan bokap Lo, dan ternyata selama ini dia yang udah bikin Tante Rosa depresi sampai nggak mau tinggal di rumah. Semua kebaikannya depan Tante Rosa ya, cuma buat nyari perlindungan," jelas Angga.

Aldebaran terkejut mendengarnya, jadi apa yang menimpa mamanya juga ada andil Sal didalamnya? Al tak menyangka jika Sal bisa Setega itu.

"Terus apalagi yang Lo dapetin?"

"Dia gunain Andin buat ngedeketin Lo," tutur Angga.

"Andin?" Aldebaran mengepalkan tangannya. Ia tak terima jika Andin ikut terseret dalam masalah ini.

"Gue saranin, Lo harus waspada, sih...."

"Gue nggak akan biarin dia semena-mena sama keluarga gue."

Aldebaran tak akan membiarkan siapapun mengusik hidupnya, apalagi menganggu orang-orang terdekatnya. Kesabaran Aldebaran tak mampu ditahan lagi, mungkin ia memang harus mengingatkan Sal akan kesalahannya dulu agar lelaki itu bisa bijak dalam bertindak.

***

Aldebaran melihat ruangan Andin yang kosong. Ia heran kemana perginya perempuan itu makan siang tadi. Al mencoba menghubungi Andin, tapi tak mendapat jawaban. Perasaannya mulai gusar, ia tak bisa tinggal diam.

"Ren, kamu urus rapat nanti sore, ya, jangan lupa suruh bagian pemasaran kumpulin rekap data bulan lalu," ucap Aldebaran saat berpapasan dengan Rendi.

"Baik, Pak, ngomong-ngomong..., Pak Al mau ke mana, ya?" tanya Rendi.

"Saya mau cari Andin," jawab Aldebaran.

"Mau saya bantu, Pak?"

"Nggak usah, saya bisa sendiri. Kamu urus kantor aja." Aldebaran lalu bergegas pergi. Tempat pertama yang ia datangi adalah cafe Sal, Al yakin jika Andin kini sedang berada di sana.

Namun, pencarian Aldebaran di cafe tak membuahkan hasil. Tidak ada keberadaan Andin di sana. Al mulai panik ketika mengingat perkataan Angga kembali. Ia lalu menghubungi sahabatnya itu.

"Halo, Ngga, bisa bantuin gue?" tanya Aldebaran kepada Angga.

"Lo butuh gue ngapain, Al?"

"Andin nggak ada, gue udah nyari di sekitar kantor dan cafe nggak ketemu. Gue telfon juga nggak diangkat."

"Yaudah, gue akan coba bantu cari sama anak buah gue."

Please Feel Me at EaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang