bab 18

1.8K 195 15
                                    

Hai, hai, hai....
Makasih, ya untuk doa-doanya 😊 Alhamdulillah ibuku sudah mendingan walau masih harus rutin check up.
Makasih yg udh setia nungguin cerita ini dengan kesabaran wkwk

***

Hari ini Andin dan Aldebaran akan pergi untuk fitting baju pengantin. Segala persiapan sudah berjalan 70%.

"Mas Al ke mana sih, lama banget," gerutu Andin ketika menunggu Aldebaran disalah satu butik ternama langganan Rosa.

"Andin, kamu kenapa?" tanya Rosa menghampiri calon menantunya itu.

"Ini, Ma, mas Al belum dateng-dateng."

"Mungkin Al masih kejebak macet di jalan."

"Tapi mas Al bilang udah jalan dari satu jam yang lalu."

"Its ok..., Al pasti baik-baik aja." Rosa berusaha menenangkan Andin. Ia tak mau jika Andin memikirkan hal-hal yang malah membuat dirinya down.

Setelham hampir satu setengah jam menunggu, Aldebaran akhirnya datang. Andin yang melihatnya pun segera menghampiri lelaki tersebut.

"Mas, kamu dari mana aja, sih?" tanyanya meminta penjelasan. "Ini..., kenapa?" Andin menunjuk kemeja Aldebaran yang terdapat noda darah.

"Saya....."

"Kamu nggak lagi kenapa-kenapa, kan, Mas?" Andin memutar tubuh Aldebaran, mencoba mencari apakah ada luka yang serius.

"Ndin, saya nggak apa-apa," balas Aldebaran.

"Tapi ini apa? Kamu bikin aku khawatir, Mas."

"Al, apa yang terjadi?" Kini gantian Rosa yang melemparkan pertanyaan.

Aldebaran menghela napas. Ia lalu menceritakan alasannya telat datang. Diperjalanan, Al tak sengaja menabrak seseorang. Ia pun harus mengantarnya ke rumah sakit terlebih dahulu. Al juga harus menyelesaikan segala masalahnya agar tak berlarut. Makanya ia membutuhkan waktu untuk bicara dengan keluarga korban.

"Astaga, Mas, kamu kenapa nggak ngabarin, sih?"

"Saya nggak kepikiran, Ndin. Saya juga panik waktu itu."

"Tapi dia baik-baik aja, kan?" tanya Andin memastikan.

"Dari hasil pemeriksaan dia baik-baik aja. Nggak ada luka serius, cuma lecet aja."

Andin menghela napas lega. Untung saja semua masalah cepat teratasi seperti kata Aldebaran. Mereka lalu kembali melanjutkan untuk fitting baju pengantin.

***

Andin mondar-mandir menunjukkan desain undangan kepada Aldebaran, membuat lelaki itu sedikit tak fokus pada pekerjaannya.

"Mas, kalau yang ini gimana?" tanya Andin sambil menunjukkan gambar desain undangan di ponselnya.

"Iya, terserah kamu aja," jawab Aldebaran.

"Tapi yang ini lebih lucu deh, Mas...." Andin kembali menyecroll layar. "Kalau yang ini?"

"Andini Kharisma Putri..., kamu bisa duduk dulu? Apapun pilihan kamu, saya suka."

Andin menarik dirinya dari Aldebaran. Ia tahu jika lelakinya sedang sibuk, tapi selama ini semua urusan pernikahan selalu mengikuti kemauannya. Padahal Andin hanya ingin Al menuangkan sedikit impiannya dalam pernikahan mereka.

Al yang menyadari jika calon istrinya itu sedang badmood pun menghampirinya. "Maaf, ya," katanya.

Andin tak menjawab, ia membereskan barang bawaannya yang berserakan di meja tanpa mengatakan sepatah kata pun. Menyadari dirinya membuat kesalahan, Al berusaha mencairkan suasana kembali.

Please Feel Me at EaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang