bab 7

1.1K 185 15
                                    

Andin merasa bosan di rumah, ia memutuskan ikut Kiki pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan makanan. Ia sangat bersemangat jika memilah produk-produk yang akan dibelinya.

"Ki, kita perlu beli apa lagi?" tanya Andin.

"Kayaknya tomat sama dagingnya belum, Mba Andin," jawab Kiki.

Mereka lalu pergi mencari tomat dan daging. Saking fokusnya mencari, Andin sampai tidak sadar menabrak seseorang.

"Eh, maaf," ucap Andin reflek.

Orang tersebut bangkit dan mengambil belanjaannya yang berserakan. Melihat itu, Andin pun membantu karena merasa bersalah.

"Ini, barangnya." Andin menyerahkan sebuah gunting kepada pemiliknya.

"Makasih," ucap orang yang ditabrak Andin. Orang itu menengadah dan terkejut melihat siapa yang baru saja menabraknya. "Andin?"

"Loh, Sal, aduh..., maaf banget tadi aku nggak sengaja," ucap Andin yang sama terkejutnya.

"Haha, santai aja, Ndin."

"Tapi beneran nggak apa-apa, kan?"

"Aman, kok," ucap sal sambil tersenyum agar meyakinkan jika dirinya tidak apa-apa. Senyum yang membuat siapa saja melihatnya mampu terhipnotis.

Kiki yang sedari tadi memandang dua orang di hadapannya merasa heran. Ia penasaran dengan lelaki yang ditabrak Andin barusan. Kiki merasa, posisi majikannya terancam jika seperti ini.

"Mba Andin, kita bisa lanjut belanja lagi? Takutnya nanti pulangnya kemaleman, keburu mas Al pulang." Kiki berusaha mengalihkan topik.

Andin menoleh dan teringat niat awalnya. Ia lalu berpamitan kepada Sal dan meminta maaf sekali lagi. "Duluan, ya, Sal. Sorry banget, aku buru-buru."

"Oke, Ndin. Lain kali kita nongkrong bareng, ya...."

Andin mengangguk dan berlalu bersama Kiki. Namun, Kiki ternyata diam-diam masih memperhatikan Sal yang terlihat senyum-senyum sendiri usai bertemu Andin. Kiki tidak bisa membiarkan hal tersebut.

***

Sesampainya di rumah, ternyata Aldebaran sudah pulang. Kiki dan Andin pun memasak untuk makan malam. Selesai memasak, Kiki memanggil Al di ruang kerjanya.

"Permisi, Mas Al, makan malam sudah siap," kata Kiki.

Aldebaran mengangguk dan membereskan berkas di mejanya. "Ngapain kamu masih disitu?" tanya Aldebaran yang masih melihat Kiki tak kunjung pergi dari ruangannya.

Kiki masuk ke ruangan Al, dan menutup pintunya. "Anu, Mas Al, ada yang mau Kiki laporin."

"Laporin apa?"

"Soal mba Andin."

"Kenapa sama Andin?" Aldebaran mulai tertarik dengan apa yang ingin Kiki sampaikan.

"Mas Al tahu, kalau mba Andin lagi dekat sama laki-laki lain?"

Aldebaran menggeleng.

"Wah, posisi Mas Al bakal terancam," kata Kiki memanas-manasi Aldebaran.

"Maksud kamu apa?" Aldebaran mulai tak sabar.

"Jadi tadi mba Andin ketemu sama temennya, laki-laki. Mana ganteng lagi, manis—"

"Kamu sebenernya mau bicara apa, sih, Ki? Nggak usah bertele-tele." Aldebaran memotong ucapan Kiki.

"Iya, iya, Mas, sabar dong..., jadi maksud Kiki, Mas Al harus hati-hati karena sekarang mas Al udah punya saingan. Siapa tadi namanya?" Kiki berusaha mengingat nama orang yang Andin tabrak di supermarket tadi. "Oh, ya, namanya Sal."

Please Feel Me at EaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang