bab 8

1.1K 187 9
                                    

Andin pergi ke kantor dengan terburu-buru. Ia tak ingin bertemu dengan Aldebaran pagi ini, bisa-bisa pikirannya kembali kacau jika melihat lelaki tersebut.

"Andini Kharisma Putri!" teriak seseorang. Andin seketika menghentikan langkahnya dan merutuki dirinya sendiri. Ia bahkan tak berani berbalik untuk sekadar melihat Aldebaran.

Al menghampiri Andin, ia heran kenapa perempuan itu seperti menghindarinya. "Kamu nggak sarapan?" tanya Aldebaran. Ia masih mengenakan pakaian casual dan handuk yang bertengger di lehernya usai berolahraga pagi ini.

"Aku, buru-buru, Mas," balas Andin.

"Kamu kenapa, sih?"

"Nggak apa-apa, Mas. Aku ke kantor dulu, ya..."

"Andin, berhenti!" sergah Aldebaran kembali. "Saya nggak mau kamu pingsan di kantor, pergi sarapan," lanjut Al.

Andin tak mampu lagi menghindar. Ia akhirnya menuruti perkataan Aldebaran dan pergi menuju meja makan. Suasana terlihat canggung, tak banyak obrolan yang tercipta, membuat Aldebaran merasa aneh sendiri. Ia terus memperhatikan gerak-gerik Andin yang mencurigakan.

"Kamu ngindarin saya?" tanya Aldebaran.

Andin yang sedang menegak minumannya langsung tersedak. Ia tak menyangka Aldebaran mampu bertanya tanpa basa-basi.

"Kalau minum itu, hati-hati." Aldebaran menyodorkan tisu kepada Andin.

"Makasih, Mas." Andin mengelap sisa air di bibirnya. "Kalau gitu aku berangkat ke kantor dulu." Andin berdiri dan sudah bersiap pergi, tapi lagi-lagi Aldebaran terpaks amencekal tangannya, membuat tubuhnya terhuyung hingga jatuh ke pangkuan Aldebaran.

Andin terkejut bukan main. Napasnya seolah sesak menerima perlakuan tak terduga dari Aldebaran. "Mas Al, ngapain?" tanya Andin khawatir. Tatapan Al tak berhenti mengintimidasi Andin, membuat perempuan itu semakin tak nyaman. Berulang kali Andin mencoba melepaskan diri, tapi Al mengunci tubuhnya.

"Mas, lepasin! Malu kalau ada yang lihat."

"Nggak ada orang di rumah," balas Al enteng.

Andin semakin panik. Ia berusaha berpikir bagaimana caranya untuk bisa lepas dari Aldebaran.

"Kamu ngehindarin saya?" tanya Aldebaran.

"Ng..., nggak! Perasaan mas Al, kali," ucap Andin membela diri.

"Kenapa sama perasaan saya?" Al malah mendekatkan wajahnya kepada Andin, membuat perempuan itu kembali menahan napas.

Tak tahan dengan perlakuan Aldebaran, Andin segera menutup mulutnya dan pergi melarikan diri. Sedangkan Aldebaran hanya tersenyum melihat tingkah Andin yang salah tingkah sendiri.

"Dasar mesum," gumam Aldebaran.

***

Sesampainya di kantor, Aldebaran tak melihat Andin. Ia lalu memanggil Felli, dan menanyakan keberadaan Andin.

"Tadi saya lihat Bu Andin ada tamu, Pak, di bawah," ucap Felli.

Aldebaran mengerutkan dahinya, merasa penasaran siapa tamu yang dimaksud itu. "Laki-laki atau perempuan?" tanya Al.

"Laki-laki, Pak."

Aldebaran mulai tak tenang, dengan langkah cepat ia segera menyusul keberadaan Andin. Tanpa disebut namanya, Al tahu laki-laki yang sedang gencar mendekati Andin itu siapa.

"Andin," panggil Al.

Andin dan lelaki tersebut menoleh ke sumber suara, menampilkan Aldebaran yang berjalan dengan penuh wibawanya.

Please Feel Me at EaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang