Pagi dengan cuaca dingin seperti sekarang yang terkesan ingin cerah tapi tidak juga mau hujan juga tidak jadi pembangkit semangat untuk kembali melanjutkan mimpi yang sempat tertunda.
Di balik selimut yang mampu menghantar hangat di kala dingin yang mulai menyergap, belaian di pipi membuat mata bulatnya mengerjap.
Sayup-sayup bayangan sosok sang Ibu yang duduk di dekat kasur yang sudah tidak berbentuk kini menjadi awal pagi Sekala, menyambut saat membuka mata.
"Ibu." Dengan suara serak khas bangun tidur yang terdengar, Ibu usap pelan surai milik putranya.
Putra yang kini mulai beranjak dewasa, mulai mencari jati diri, serta mulai berbaikan dengan keadaan.
"Nggak sekolah?" tanyanya, saat usapan demi usapan malah semakin membuat Sekala tenggelam dalam selimut.
"Lima menit lagi." Terkekeh mendengar suara Sekala sebab teredam dengan bantal yang berada di depan muka, Ibu Fatma mencubit gemas pipi tembam milik putra semata wayangnya ini.
"Lima menit lagi gerbang sekolah kamu ditutup loh."
"Hah?! Jam berapa emang?" lantas mata Sekala bergerilya menatap pada jam dinding. Lalu beranjak begitu saja menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.
"Ibu kenapa nggak bangunin dari tadi?" tanya Sekala, walau dirinya yang sudah hilang di balik pintu kamar mandi tapi suara bak rubah mengaum masih jelas terdengar.
"Kan udah dari tadi sayang. Tapi, kamunya ngebo. Pulang malem lagi ya?" pertanyaan itu hanya dibiarkan mengudara bersama hening yang selalu singgah setiap kali Ibu menanyakan itu pada Sekala.
"Ya sudah, jangan lama-lama mandinya. Ntar nggak keburu ke sekolah." Ucap Ibu, lalu berlalu begitu saja, membiarkan bunyi guyuran air yang riuh menjadi pengantar langkahnya keluar dari kamar berbau tanah usai hujan ini.
Sedang di dalam kamar mandi Sekala berusaha berpikir keras agar Ibunya tidak terus-menerus menanyakan persoalan itu.
Tapi, dikasih tau pun Ibu pasti akan melarangnya untuk bekerja.
"Ibu tenang aja, biarpun kerja, Kala pasti pinter bagi-bagi waktu."
"Soal capek, mending capek fisik dari pada capek mental." Sambung Sekala, masih dengan acara mandinyanya yang hampir selesai.
Setelah selesai dengan ritual yang paling dibenci oleh kebanyakan orang di luar sana, yang mungkin kalau disuruh melakukan tapi alasannya, 'ngapain mandi ngabisin air aja'. Dah apalagi kalau bukan mandi.
Tapi, beda lagi kalau dengan Sekala, mau seburu-buru apa kalau mau keluar ya mandilah. Biar fresh katanya otaknya, jadi biarpun cuaca yang dingin seperti ingin memakan tulang ini tidak menjadi penghalang untuk air tetap mengguyur badan.
Memakai seragam miliknya dengan gerakan secepat mungkin, lalu meraih tas yang ada di atas mejanya.
Sekala juga bingung kenapa tas ini bisa kembali ke rumah, padahal seingatnya ia meninggalkan tasnya di area tawuran kemarin.
Melangkah keluar kamar, lalu berjalan menuju meja makan yang sudah ada Ibu duduk sambil mengaduk kopi hitam.
"Jangan kebanyakan minum kopi Bu, nggak baik." Ucap Sekala, sembari mengambil selembar roti yang tidak ia olseskan apa pun. Melahapnya dengan rasa tawar yang dominan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA TERAKHIR
Fanfiction"Gue nggak tau kehadiran Seka bakalan ngerubah separuh dari hidup gue yang nggak ada maknanya setelah Bunda nggak ada, padahal kita ketemu tampa sengaja. Tapi, mungkin aja pertemuan nggak sengaja itu justru udah dirancang jauh-jauh hari sama Tuhan d...