Epilog; Hujan Bulan Juni

174 11 1
                                    


Beberapa tahun setelahnya...





Waktu ke waktu yang dilewati tidak mudah bagi mereka yang dihadapkan dengan kehilangan. Mencoba meredam tangis tapi tidak akan bisa saat kenangan di hari lalu kembali melintas.

Itu bagi yang punya, kalau yang tidak seperti Bapak Abimanyu.

Bagaimana?

Jawabnya adalah lingkup dalam penyesalan. Bersembunyi di balik kata memperbaiki diri. Tapi, semua tidak lagi sama.

Itu artinya kata 'menjaga selagi ada' harus ditanamkan. Setidaknya menghadapi luka kepergian dengan kenangan jauh lebih baik daripada tidak punya kenangan bersama orang itu.

Kini yang hanya dilakukan Bapak adalah masuk ke dalam kamar Sekala. Baunya masih sama, sama persis saat yang punya masih ada.

Di balik matahari yang bersembunyi di balik lakuna, senja kembali hadir. Semburat awan jingga yang jadi candu anaknya kini Bapak Abimanyu nikmati bersama luka yang mungkin tidak akan pernah sembuh.

Mengambil jaket denim yang masih tergantung di balik pintu, kamar ini memang tidak pernah dirapikan. Hanya disapu lantainya oleh Ibu. Membiarkan kamar ini sama seperti terakhir kali Sekala tinggalkan.

"Harumnya masih ada, Kala." Ucap Bapak, mencium semua harum yang menguar di balik jaket denim yang ia remat.

Bayangan saat ia melempar Sekala dengan botol alkohol yang telah habis kembali melintas.

"Kamu anak baik Sekala, Bapak yang tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik." Monolognya.

Menatap penuh pada senja yang terlihat di balik jendela, dilihat dari jendela seperti ini seperti melihat lukisan yang baru dilukis. Masih basah dan rapuh untuk disentuh.

Sekala ibarat lukisan baru itu, sentuh sedikit saja gambar yang dibuat akan hancur. Tapi, jika dibiarkan kering dengan gambar yang sempurna akan langsung dilirik para pencinta seni.

"Tenang disana ya nak, Bapak di sini akan tebus semua kesalahan Bapak."

-Senja Terakhir-

Memasuki tempat ini mungkin jadi luka ditabur garam bagi mereka yang kehilangan.

Melihat bagaimana gundukan tanah serta bunga kamboja yang ditanam. Setiap kali memasuki tempat ini bagi Haidan seperti mimpi. Tahun yang dilewati sebelum Sekala tiada bahkan sangat singkat.

Dan setelah bertahun-tahun ia kembali lagi ke sini usai pulang kuliah.

Kembali ke sini pada bulan Juni tepat pada hari kelahiran Sekala, di tengah langit mendung pagi ini.

Mendekat pada nisan yang menoreh nama tempatnya sembuh, Sekala Abimanyu.

"Hai, Ka."

"Gue balik lagi, hehe."

Ucapnya lantas mulai meletakkan buket bunga krisan putih, lambang persahabatannya dengan Sekala.

Memanjatkan doa untuk dia yang telah berpulang.

Masih seperti mimpi bagi Haidan, tapi seiring waktu melepas sahabat seperti Sekala bisa ia lakukan.

Terpuruk dengan kepergian juga tidak baik, jadi sebisa mungkin Haidan mencoba berbaikan dengan keadaan rumah, keadaan diri tampa Sekala, serta apapun yang hadir dalam hidupnya.

Menjadi salah satu mahasiswa di univ terkenal di Jakarta Pusat, kejurusan farmasi membuatnya cukup sibuk melakukan ini-itu.

"Capek banget hari ini Ka, tapi sekarang semua mulai berubah. Tertata sebagai mana mestinya." Kembali berbicara pada nisan yang ia pandang, di situlah gerimis mulai turun menjadi hujan sedang.

"Hujan, Ka."

"Selamat ulang tahun, bingung gue mau doa panjang umur gimana. Lo udah tidur di sini."

"Bulan Juni banyak hujannya Ka, mungkin bersedih. Salah satu nama yang lahir telah pergi."

Tidak semua dirayakannya pengulangan tahun dengan pesta, salah satunya adalah Haidan, merayakan hari ulang tahun Sekala dengan tetap diam di nisan yang kini telah basah oleh hujan.

"Gue pamit ya Ka, terima kasih udah pernah tabrak gue. Kalau nggak, kita nggak bakalan ketemu." Setetes jatuh teredam hujan yang semakin menghujam tanah.

Raganya telah bebas tampa tapi.
Tertawa tampa jeda.
Tidur tampa bangun lagi.

-Senja Terakhir-














































'Hujan Bulan Juni,
di mana luka kembali basah,
kehilangan biasa untuk sosok yang luar biasa.'



























-TAMAT-




































'SENJA TERAKHIR' telah usai.

Rabu, 24 Agustus 2022.18.37.

SENJA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang