14. Kembali Pada Luka

131 15 0
                                    


Arunika mulai naik berganti tugas dengan malam, karena di dalam tenda cukup rapat jadi tidak ada cahaya yang masuk sebelum bagian jendela tenda dibuka oleh Haidan.

Mengucek mata yang masih ingin tertutup, menatap lekat Sekala yang masih terlelap.

Entah kenapa setiap kali nayanika Sekala ia tatap, biarpun kini terpejam rasanya selalu jadi candu. Meskipun rasa rindu terhadap Mama akan tetap membumbung tinggi.

"Eughh..." hingga lenguhan dari bibir mungil tersebut mengalihkan fokus Haidan.

Sekala yang mulai menggeliat, mengerjap perlahan.

"Ka." Panggilan itu kini menjadi objek utama yang ingin dilihat jelas oleh Sekala. Pandangan yang masih mengabur ternyata cukup sulit ketika bias cahaya matahari menyentuh retinanya.

Karena sadar Haidan bawa telapak tangannya guna menghalangi cahaya matahari di depan mata Sekala.

"Bisa denger gue, Ka?" tanya Haidan, masih sedikit parno mengingat kejadian tadi malam.

Di tengah perayaan api unggun serta nyanyian yang mengalun, dirinya masih mendekap daksa Sekala yang kehilangan kesadaran.

"B-bisa." Jawab Sekala, pasti dengan suara serak khas bangun tidur.

Sekala yang hendak bangun itu lantas dibantu oleh Haidan.

Mulai jelas pandangan Sekala, ia perhatikan lagi netra Haidan.

Senyum lantas terpatri.

"Gue gitu lagi ya, tadi malem?" lirihnya, masih cukup kesal rasanya dengan semua bising yang selalu hadir. Bahkan bukan hanya dengan melihat api, tapi ketika ia tertekan dengan keadaan sekitar yang mengungkit insiden itu, PTSD miliknya akan kambuh.

"Kala." Panggil Haidan, membawa pandang yang menunduk itu mendongak menatapnya.

"Nggak papa, nanti gue bicarain ini sama yang lain biar nggak usah adain acara api unggun." Sambung Haidan.

"Nggak usah sampai kayak gitu Dan, nggak papa kalau diadain acara itu. Gue bisa kok di tenda aja." Ujar Sekala, masih bisa mengakhiri kata dengan senyum di kala rasa kaget masih hinggap.

"Tapi, di tenda pun lo masih bisa lihat bias cahayanya."

"Gue bisa tahan kok, Dan."

"Iya, tahan lo bilang. Tahan pakai obat itu? Minum sebanyak itu?" tanya Haidan tidak habis pikir.

"Tapi, emang itu obatnya Dan kalau cemas gue dateng lagi."

"Obat apa yang diminum sebanyak itu Kala? Hah? Mau overdosis?" Sekala bungkam, ia tau dirinya salah. Tapi karena rasa panik yang mulai menguasai keinginan untuk tenang lewat obat tersebut meningkat.

"Maaf."

"Jangan ke gue, tapi ke diri lo sendiri."

"Coba untuk berbagi apa yang buat lo capek ke gue, itu bukan suatu kesalahan kok, Ka." Ujar Haidan, menepuk pundak Sekala sekali.

Meremat erat guna menyalurkan energi yang ia punya.

Lantas beranjak merogoh ransel miliknya yang ada di sudut.

SENJA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang