4. Tawuran

173 19 2
                                    


Waktu istirahat yang sudah selesai 30 menit yang lalu sekarang dijadikan ajang ngegosip antara Sekala dan Prima. Kebetulan kelas mereka sekarang jamkos, yang artinya para murid bebas untuk melakukan kegiatan apapun.

Termasuk Sekala serta Prima yang duduk di bangku paling belakang, entah ngegosip soal orang lain atau diri sendiri.

"Kok bisa sih jidat lo luka kayak gitu?" tanya Prima pada akhirnya. Memang hal yang lumrah kalau melihat Sekala terluka, karena anaknya memang bandel.

Tapi, luka yang dilihat Prima kali ini cukup berbeda dari luka lain.

Sekala yang tampak gugup lantas terkekeh sebentar lalu menjawab.

"Jatuh."

"Di mana? Kok bisa gini bekasnya, kayak kegores." Ujar Prima, masih penasaran ternyata anaknya.

"E-ehm, di jalan, iya di jalan."

Dengan raut wajah tampak tidak bisa dipercaya, Prima meneliti lagi luka di jidat Sekala.

"Lo nggak bohong kan?"

"Nggak, apa sih tumben banget perhatian." Ujar Sekala, mencoba mengalihkan topik pembicaraan yang sama sekali tidak ia suka ketika bersama Prima.

Permasalahan keluarganya hanya Bima yang tau betul seluk-beluknya, jadi sebisa mungkin sosok baru tidak boleh tau. Termasuk Prima.

"Emang kapan gue nggak perhatian?" berkacak pinggang, lalu Prima beranjak dari duduknya.

"Mau ke mana?" tanya Sekala, saat langkah Prima mulai menjauh dari pandangan.

"Beli minum, tunggu bentar!!" ucap Prima sedikit berteriak karena dirinya yang sudah berada di luar kelas.

Sambil menunggu Prima kembali dari kantin, Sekala yang hendak memutar musik di ponsel genggamnya itu terhenti, saat kumpulan ciwi-ciwi tengah bergosip.

Bergerumul membentuk lingkaran yang di tengahnya terdapat beberapa cemilan.

"Eh, gue ada gosip baru." Ucap salah satu di antara mereka yang rambutnya dikepang dua.

"Apaan?"

"Lo semua pada tau Kak Azka kan?"

"Abangnya Bima?"

"Iya bener."

"Emang kenapa, Rin?"

"Jadi yang kemarin Bima kecelakaan itu karena rem motornya disabotase sama anak-anak SMK Maria, nah katanya sih Kak Azka sama rombongannya bakalan nyerang sepulang sekolah." Ucapnya.

"Waduh, tawuran dong."

"Hooh, kebayang nggak sih nanti bakalan sekacau apa."

"Lagian tuh anak-anak Maria kok nggak ada kapoknya sih gangguin Bima, tau sendiri Abangnya kalau dah marah kayak apa." Celetuk yang lain.

"Masalah cewek katanya, padahal kalau yang gue denger ini cuman perkara salah paham doang."

"Huh, emang pada dasarnya sih anak-anak Maria tuh bandel-bandel."

SENJA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang