10. Mulai Akrab

102 14 0
                                    


Waktu bila tidak ditunggu akan terasa cepat berlalu, melesat secepat mungkin meninggalkan banyak kejadian serta kenangan untuk mereka yang menjalani hidup.

Tidak terasa juga ujian akhir semester 1 hampir berakhir, yang artinya masa di putih abu-abu semakin berkurang.

Selama itu juga hubungan persahabatan Sekala dengan Haidan terjalin, bagaimana cara Sekala yang bicara ini itu kepada Haidan yang hanya diam. Sedangkan Haidan yang juga tidak tau berada di dekat Sekala senyaman saat Mama masih ada.

Menatap nayanika yang benar-benar mirip dengan mendiang sang Mama.

Sikap cuek dan cenderung dingin milik Haidan berusaha untuk Sekala hilangkan, membantu sesama PPKSA (Pejuang Pencari Kasih Sayang Ayah), untuk tetap tersenyum mencari kebahagiaan yang menanti.

Sekala juga tidak seburuk itu melupakan teman lama demi teman baru, semuanya ia rangkul.

Jadi persahabatan Sekala, Bima, Prima, serta Haidan berjalan terus seiring masa mereka di SMAN Atmaja ini menipis.

Kini suasana hening karena jam pertama mapel ujian sedang berlangsung.

Para murid yang benar-benar memfokuskan pandang pada selembar kertas di hadapan mereka.

Salah satunya adalah Haidan, obsesi untuk mendapat nilai sempurna demi membuat sang Papa meliriknya tidak pernah mengalihkan pandang barang sejenak pun.

Fokus pada lembar soal, memikirkan betul jawaban apa yang akan diisi untuk mendapat nilai lebih daripada biasanya.

Beda lagi dengan Sekala, anaknya malah nyantai. Bukan karena pintar sekali bulatin abcd langsung benar, tapi Sekala ini kebalikannya Haidan. Tidak terlalu mementingkan nilai yang penting bahagianya Ibu yang utama sama dapat atensi Bapak lagi.

Alasan lain juga pernah nyantai selesaiin lembar ulangan harian kimia sat-set tampa liat rumus, anaknya malah dapat 95.

Jadi maka dari itu sekarang Sekala lagi nyoba keberuntungannya, siapa tau masih sisa kan.

"Ka." Suara lirih di sebelahnya mulai mengusik Sekala yang lagi enak-enak mainin tutup pulpen.

Menoleh ke arah Bima yang memanggil.

"Apa?" pelannnn banget, soalnya takut pengawas denger.

"Udah selesai belum?" tanya Bima, melirik lembar ujian Sekala yang bahkan satu jawaban pun tidak terlihat.

"Belum."

"Ya Allah Ka, kerjain cepet tinggal berapa menit lagi ini. Nih punya gue, contek aja."

"Nggak usah, gue mau berjuang sendiri. Udahlah diam aja lo."

Menghela nafas gusar Bima hanya menurut, tidak tau tak-tik apalagi yang akan buntelan kapas ini lakukan.

Hingga bermenit-menit jam mapel pada ujian kali ini selesai, setelah aba-aba pengawas yang memerintah ketua kelas untuk mengumpulkan lembar ujian secara berurutan dengan nomor urut absen terdengar. Di saat itulah Sekala beraksi.

Tepat saat ketua kelas IPA 2 menyodorkan tangannya untuk meminta lembar jawaban.

"Apa nih, nggak ada uang gue tuh."

SENJA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang