9. Awal Pertemanan

110 15 0
                                    


Dari Haidan datang serta duduk di kursi kantin hingga selesai makan, pandangan Sekala tidak pernah beralih ke mana pun.

Prima dan Bima pun turut ikut memandang ke arah yang jadi pusat netra Sekala tertuju.

"Nih anak kenapa sih, Bim?" tanya Prima.

"Nggak tau, tegur gih ntar kesambet lagi."

Lantas Prima mau saja menurut, soalnya emang gitu sih kebanyakan murid di sini kalau ngelamun pasti langsung kesambet.

"Kala!!"

Prangg

Akibat melamun dan terlalu memfokuskan pandangnya pada seseorang, dikejutkan sedikit saja Sekala langsung menjatuhkan sendok ke lantai.

"Apa sihhh, Nces. Hobi banget ye kalian berdua ngagetin." Dengus Sekala.

"Ya lagian lo kenapa sih, bengong mulu. Mana liatin si anak baru terus, nggak belok kan lo?" tanya Bima, sedikit ngeri kalau sahabatnya ini beralih ke terong.

Berarti Kala juga suka sama dia?

"Jangan macem-macem tuh pikiran, masih suka betina gue." Ujar Sekala, seakan tau isi kepala Bima yang lemotnya minta ampun.

"Kirain Ka, Alhamdulillah atuh." Ucap Bima lagi, sembari kembali menyuap bakso miliknya.

"Terus kenapa liatin dia?" tanya Prima.

Sekala tampak menghela nafas pelan sesaat, lalu berucap.

"Hmmmm........ nggak ada sih."

"Ye jawaban gitu doang, tinggal bilang langsung malah mikir lagi lo." Kesal sendiri tuh Prima, Bima sudah tidak peduli lagi. Hanya sibuk memisahkan sawi dari bakso-baksonya ke mangkuk bakso Prima.

"Sabar atuh Nces, cuman gini, gue kayak gimana ya sama tuh orang. Masalahnya dipertemuin berulang terus kayak lo kalau nonton ulang true beauty."

"Ya nggak gitu juga konsepnya Jamal?!"

"Sekala Nces, bukan Jamal." Celetuk Bima.

Prima yang sudah tidak tahan akhirnya beranjak dari sana.

"Mau ke mana?" tanya Sekala.

"Beli roti Jepang yang ada sayapnya." Ujar Prima lalu berlalu begitu saja.

"Roti Jepang ada sayapnya apaan, Ka?" malah dipikirin sama remot lemot.

Menghela nafas lelah Sekala ikutan beranjak, membawa mangkuk bekas bakso miliknya yang telah tandas.

"Lah, mau ke mana juga lo?"

"Mau beli minyak tapi bukan buat ngegoreng." Ujar Sekala, ikut lenyap dari hadapan Bima seperti Prima.

"Ini orang-orang, kok pada bikin mikir sih. Udah tau iq gue rendah." Nelangsa Bima.

.

"Belajar yang rajin, nilai kamu anjlok kemarin harus balik sempurna lagi. Kamu anak Papa, jadi nggak boleh cacat sedikit pun termasuk masalah nilai."

SENJA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang