12. Satu Tenda

97 14 0
                                    


"Jangan ngambek dong, Dan."

"Plissss."

"Tapi, suara lo enak kok tadi, sumpah."

"Dan."

"Haidan!!"

"Haidan Antariksa!!!"

"Bisa diem nggak sih Ka, berisik banget lo?!" kesal sendiri Prima yang ada di antara Sekala dan Haidan yang tengah berdebat.

Lebih tepatnya Sekala doang sih, Haidan mah anteng-anteng aja.

Kebetulan karena perjalanan yang cukup jauh, jadi sampai ke puncak tepat pada waktu pertengahan siang dan sore.

Yang Sekala berisik dari tadi itu, karena sedang membujuk Haidan yang dari tadi diam dengan muka datar.

Pikiran Sekala, Haidan ngambek tapi sebenarnya lagi sakit gigi. Maka dari itu anaknya diam mulu.

"Gue nggak marah, Ka."

"Bener?"

"Iya."

"Tapi, dari tadi diem mulu. Dipanggil juga nggak jawab."

"Sakit gigi." Ucap Haidan, kemudian berlalu begitu saja menarik koper melanjutkan perjalanan bersama anak-anak lain yang sudah lebih dulu berjalan ke ruang tunggu, sebelum mendaki.

Sekala yang masih diam di tempat lantas ditarik kerah bajunya oleh Bima.

"Udah yok, ntar ketinggalan." Ujarnya.

Karena di puncak itu udaranya sudah pasti dingin bukan main, jadi semua yang memakai jaket tebal semakin mengeratkan kala udara mulai berhembus.

Membekukan setiap daksa yang ada di sana.

Tapi, beda dengan Haidan. Ia malah melepaskan jaket tebal miliknya lalu berbalik lagi ke belakang.

"Pake." Ucapnya, memakaikan jaket tersebut pada Sekala.

"Lo gila? Ini dingin Dan, gue juga udah pake udahlah nggak usah."

"Jaket lo tipis, pake aja. Gue gerah pakai beginian." Ujar Haidan, masih termangu Sekala dan juga Bima yang ada di sampingnya.

Siapa yang kepanasan di puncak, kabut sebelum mendaki saja sudah menutupi jarak pandang.

"Tapi..."

"Pake!" final Haidan, melangkah kembali meninggalkan Sekala.

"Dia kenapa sih, Bim?" nggak habis pikir Sekala lalu bertanya ke arah Bima.

"Kayaknya dia suka sama lo deh."

Plakkk

"Akh, sakit Ka!!"

"Ngomong sekali lagi, gue panggang lo."

Setelah Haidan yang pergi begitu saja, kini giliran Sekala yang berlalu setelah mendaratkan pukulan maut pada Bima.

"Emang gue salah?" monolog Bima.

SENJA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang