"Makasih ya, Dan."
"Sama-sama, gue pulang dulu ya."
"Iya hati-hati, Pak hati-hati juga yang bawa mobilnya, nggak usah ngebut-ngebut udah masuk magrib ini." Ujar Sekala pada supir pribadi keluarga Haidan. Si Bapak hanya tersenyum tipis tapi entah rasanya begitu hangat dipandangi oleh Sekala.
"Iya, Aden."
"Aduh jangan panggil Aden dong Pak, Kala aja, jadi gimana gitu rasanya, hehe." Ujar Sekala tidak enak. Masalahnya dia ini kan anaknya bukan anak orang kaya, jadi dipanggil seperti itu rasanya seperti dilangitkan.
Si Bapak kembali tersenyum lalu tampa sadar tangannya keluar mengusap pelan surai Sekala.
"Jadi inget anak Bapak kalau liat kamu, ya sudah kalau begitu Bapak sama Den Haidan pulang dulu ya Kala." Ucap Bapak supir tersebut.
"Kala!"
"Hah? Iya?" agak kaget karena panggilan dari Haidan mengalun.
"Malah ngelamun, ntar kesambet loh. Gue pulang dulu ya."
"Iya, hati-hati ya." Setelah ucapan terakhir dari Sekala, mobil sedan putih tersebut mulai melaju kembali meninggalkan kediaman Abimanyu.
Sekala masih terpaku atas perlakuan supir Haidan tadi.
Menyentuh surai yang diusap lalu senyum tipis terpatri.
"Kayak dielus Bapak."
"Kala!!!"
Greppp
Menoleh ke belakang karena teriakan dari suara yang tidak asing serta badan yang hampir limbung karena diterjang seseorang yang kini sudah mendekap erat daksanya.
Ibu ternyata.
Membalas tak kalah erat pelukan sang Ibu, Sekala kecup pucuk kepalanya karena tinggi Ibu yang lumayan tenggelam kalau berada dalam peluknya seperti ini.
"Anak Ibu udah pulang." Ucap Ibu sembari mengecup setiap inci wajah bayi putranya, mengelus surai yang menutupi kening.
"Hehe, Kalanya Ibu udah pulang nih."
"Ya sudah kita masuk ya, magrib, sini barangnya Ibu yang bawa."
"Noooo, biar Kala yang bawa. Ringan kok." Ujar Sekala tersenyum penuh.
Berada di samping Ibu seperti ini selalu jadi ketenangan yang mengalahkan semua bising bagi Sekala.
Lantas daksa keduanya mulai melangkah masuk ke dalam rumah minimalis ini. Rumah yang jadi saksi tak bersuara setiap tangis Sekala pecah maupun tertahan.
Di tengah mega di lakuna nabastala jingga, Sekala kembali merasa punya rumah bernama Ibu.
-Senja Terakhir-
Malam yang semakin kelam semakin sepi Haidan rasakan, mau tidur juga tidak bisa. Terlalu bosan hanya bermain ponsel.
Tubuhnya yang kini terdampar seperti orang tersesat di pulau asing itu sudah tidak berdaya di atas kasur. Menghela nafas gusar beberapa kali, pikirnya kalau ada Sekala pasti tidak akan se-membosankan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA TERAKHIR
Fanfic"Gue nggak tau kehadiran Seka bakalan ngerubah separuh dari hidup gue yang nggak ada maknanya setelah Bunda nggak ada, padahal kita ketemu tampa sengaja. Tapi, mungkin aja pertemuan nggak sengaja itu justru udah dirancang jauh-jauh hari sama Tuhan d...