16. Perkara Nutrijell

89 15 0
                                    


Menjadi akrab dengan orang lain itu butuh waktu bagi mereka yang terlalu sering dikecewakan.

Takut mengenal orang yang mungkin tidak akan ada bedanya dengan orang lama. Sama-sama menyakitkan saat bersama.

Tapi, bagi Haidan sendiri saat pertama bertemu dengan Sekala biarpun bisa disebut pertemuan yang tidak sopan. Karena bertubrukan dada di tengah jalan yang belum kering oleh hujan.

Di saat itu Haidan melihat Sekala benar-benar berbeda dari semua temannya yang hanya memanfaatkan harta sebagai imbalan pertemanan.

Bagaimana cara Sekala bicara, bagaimana cara ia menyelesaikan masalah, serta bagaimana nyaman selalu ada ketika berada dekat dengan Sekala.

"Dan!" panggilan dari Sekala di sebelahnya mampu membuat Haidan tersentak.

"Hah?"

"Kenapa? Emang liatin apa sih di depan?" lantas Sekala arahkan juga pandangannya pada apa yang Haidan lamunkan di depan sana.

Karena waktu istirahatnya sebentar, Sekala hanya jalan-jalan sebentar di sekitar taman dekat minimarket bersama Haidan.

Terik kali ini cukup membuat kulit terasa melakukan perpindahan negara, bagaimana tidak dari dinginnya ac di minimarket lalu langsung keluar di tengah terik matahari yang membakar kulit.

"Nggak papa." Jawab Haidan.

"Lagi mikirin sesuatu ya?" tanya Sekala yang mulai curiga dengan sifat teman barunya ini.

"Iya."

"Apa?"

"Sejak kapan lo bisa bahasa isyarat?" lantas pertanyaan dari Haidan membuat Sekala terkekeh, jadi ini yang mau ditanyakan.

"Kirain apaan, Dan."

"Hmm, semenjak gue nabrak lo waktu itu kayaknya."

"Hah? Maksudnya?"

"Ya, abis lo gue ajak ngomong diem aja jadi gue kira lo sama kayak anak kecil tadi. Makanya gue belajar bahasa isyarat, siapa tau ketemu lo lagi."

"Biar gampang aja gitu ngobrolnya." Sambung Sekala, kembali menatap canggung ke arah Haidan.

Menghela nafas sejenak lalu tersenyum gemas mendengar pengakuan Sekala.

"Tapi, sekarang gue nggak bisu kan?"

"Hehe, iya."

"Bagus juga dong kalau lo bisa pakai bahasa isyarat jadi berkomunikasi dengan mereka bisa gampang." Ujar Haidan.

Bersandar lebih nyaman lagi di sandaran kursi taman.

"Iya juga sih, orang-orang seperti mereka pantas untuk diberi kemudahan serta kebahagiaan." Ucapan Sekala itu mampu membuat netra yang semula terpejam kembali terbuka milik Haidan.

"Lo juga pantes dapat itu Kala." Ujar Haidan pada akhirnya.

Sekala kembali menatap Haidan dengan senyum sumir.

SENJA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang