Seven

26 7 0
                                    

"APA?! Kau... Kau akan menikah?" pekik Ji Na begitu mendengar bisikan dari Soo Hwa.

Memang Soo Hwa meminta Doyoung berjanji untuk merahasiakan tentang pernikahan mereka dari teman sekolah mereka, tapi... Bukankah Ji Na bukan sekedar teman biasa untuk Soo Hwa? Berarti ini tidak termasuk dalam ingkar janji, kan? Soo Hwa juga yakin pasti Doyoung juga memberitahukan Jaehyun, sahabatnya yang juga adalah kekasih dari Ji Na, tentang ini.

Buru-buru Soo Hwa membekap mulut Ji Na, "Aish..." desisnya sambil melihat ke sekitar mereka yang beruntungnya tidak terlalu ramai, lalu kembali menghadap Ji Na, "Aku sudah bilang untuk tidak memberikan reaksi berlebih saat aku mengatakannya." Keluh Soo Hwa.

Ji Na menepis kasar tangan Soo Hwa dari mulutnya, "Ya! Kau pikir aku tidak menjerit saat mendengar jika kau yang-belum-genap-19-tahun ini akan menikah, huh? Kau kira aku gila?" protesnya.

Soo Hwa hanya menggerutu tak jelas sambil menggaruk kepalanya.

Ji Na mengatur kembali napasnya lalu mulai menghujani Soo Hwa dengan pertanyaannya, "Jadi kau serius, huh? Kenapa? Maksudku... Apa kau keturunan kerajaan? Atau... Calon suamimu yang berasal dari keluarga kerajaan? Dia adalah putra mahkota yang harus meneruskan tahta kerajaan mereka dan..."

"STOP!!! Aku maupun si-menyebalkan-itu, tidak sama sekali berasal dari keluarga kerajaan. Pernikahan ini terjadi atas perjanjian persahabatan yang dibuat oleh Halbae dan sahabatnya itu untuk mempersatukan keluarga kami." Jawab Soo Hwa terlihat begitu malas.

Sedangkan Ji Na, dia terlihat membeku dan mengedipkan matanya beberapa kali, "Tunggu... Si-menyebalkan-itu... Sepertinya aku sering mendengar sebutan itu keluar dari mulutmu, tapi untuk siapa ya?" gumamnya.

Soo Hwa menghela napasnya, "Siapa lagi kalau bukan Kim Doyoung." Jawabnya bersamaan dengan helaan napasnya yang berat.

Ji Na kembali membeku dan kini matanya terbuka dengan lebar lalu menutup mulutnya sendiri, "Tidak mungkin... Jangan katakan... Jika calon suamimu itu adalah dia? Kim Doyoung?"

Soo Hwa menghela napasnya, "Aku benci sekali karena itu adalah benar."

"Dae~bak!!!" tutur Ji Na yang terlihat tak percaya sekaligus bersemangat, "Aku tidak percaya jika ucapanku kemarin terjadi hari ini."

Soo Hwa langsung menolehkan kepalanya dengan cepat, "Kau hanya menggodaku tentang jatuh cinta padanya ya! Bukan menikah dengannya!" protesnya.

Ji Na tertawa lalu mengusap kepala Soo Hwa, "Aduh, Sayangku. Kau memang begitu lemah dalam sastra ya, terlebih untuk memahami makna di dalam perkataanku yang luas. Aku mengatakan padamu untuk berhati-hati saat terlalu membencinya. Itu tidak bisa cukup diartikan sebagai kau yang harus berhati-hati jika nantinya kau akan jatuh cinta padanya, tapi... Itu juga berarti bisa saja dia adalah orang yang akan hidup bersamamu nanti."

Soo Hwa menepis tangan Ji Na, "Sebenarnya kau berada di pihak siapa sih?! Kenapa terlihat senang sekali menggodaku seperti ini?" protesnya.

Ji Na terkekeh, "Baiklah, baiklah. Mian. Jadi... Bagaimana cerita sebenarnya, huh? Jika itu sekedar perjanjian antara Seung Hyun Halbae dengan kakeknya Doyoung, apa kalian tidak bisa menolaknya?"

Soo Hwa menghela napasnya sambil menggelengkan kepalanya, lalu dia mulai menceritakan bagaimana kondisi kakek Ki Hyun pada Ji Na. Dia juga menceritakan jika awalnya Doyoung menentang keras tentang ini dan membuat kondisi kakek Ki Hyun menurun.

"Dan pada akhirnya kami sama-sama tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaan mereka." Lirih Soo Hwa.

Ji Na menghela napasnya, raut wajahnya terlihat serius sekarang setelah mendengar cerita Soo Hwa dengan begitu detail. Dia tak menyangka jika sahabatnya itu harus menerima semua ini.

"Sebenarnya aku meminta Doyoung untuk merahasiakan ini dari teman-teman sekolah, karena menurut keluarga kami pihak sekolah sudah tau tapi mereka meminta untuk menutupi itu semua sebelum kami lulus. Tapi kau tau kan, aku mana bisa menyimpan rahasia darimu." tutur Soo Hwa sambil menatap Ji Na. "Mungkin nanti Jaehyun juga tau tentang ini." sambung Soo Hwa.

Ji Na tersenyum lalu mengusap punggung Sooo Hwa. "Kau pasti bisa melewati semua ini kan? Bukankah Soo Hwa-ku itu kuat sekali?" tuturnya yang mencoba menenangkan Soo Hwa.

Soo Hwa hanya tersenyum lalu memilih untuk memeluk Ji Na, rasanya dia membutuhkannya sekali sekarang.

**

"Apa?! Kau... Kau akan menikah dengan siapa? Lee Soo Hwa?" tanya Jaehyun dengan kedua matanya yang melotot saat Doyoung baru saja memberitahunya tentang perjodohan itu.

Doyoung mengangguk sambil memijat pelipisnya.

Jaehyun menghembuskan napasnya bersamaan dengan dia yang membanting punggung ke sandaran kursi kantin mereka.

"Aku tau tentang kondisi keluargamu dan juga permintaan Haraboji untuk menikahkanmu dengan cucu sahabatnya, tapi..." Jaehyun menahan kalimatnya saat dia tak bisa menahan diri untuk menahan tawanya itu, "Aku benar-benar tidak menyangka jika orang itu adalah Lee Soo Hwa, karena kau masih enggan menyebutkan namanya saat itu."

Doyoung menghentikan pijatannya itu sejenak lalu menatap Jaehyun tajam, "Apa kau baru saja meledekku, huh?" kesalnya.

Jaehyun tertawa pelan lalu mengangkat kedua bahunya, "Mungkin."

Doyoung berdecak lalu menghela napasnya, "Semalam pertemuan keluarga kami. Aku tidak tau jika keluarganya masih merahasiakan ini darinya, ku kira mereka sudah lebih dulu memberitaunya dibanding aku."

"Pasti reaksinya sangat luar biasa, huh? Si pemberontak itu?" tebak Jaehyun yang tepat sasaran.

Doyoung mengangguk, "Sangat luar biasa. Saat aku tau jika Soo Hwa belum mengetahuinya, ku kira saat dia tau dia akan lari dan menangis di dalam kamarnya. Ternyata... Wah, dia hebat sekali semalam. Bahkan dia berani menentang Ayahnya di hadapan keluargaku."

Jaehyun tertawa pelan, "Aku bisa membayangkannya dengan sangat baik. Lalu... Pada akhirnya dia menyetujuinya?" tanyanya lagi sambil menyeruput cokelat panas miliknya.

Doyoung mengangkat kedua bahunya, "Tidak terang-terangan mengatakan jika dia menyetujuinya sih. Sama sepertiku, kami hanya bisa menurut saja. Bukankah itu lebih tepat disebut terpaksa menerima dibandingkan menyetujuinya?"

Jaehyun menarik napasnya dalam-dalam sambil melipat kedua tangannya, "Dengan alasan demi kebaikan kalian semua, kan?" balasnya.

Doyoung menghela napasnya lalu mengangguk.

Jaehyun tertawa pelan, semua ini masih terasa lucu untuknya. Dia tau sahabatnya ini bisa dibilang sedang menderita, tapi membayangkan Doyoung dan Soo Hwa dipersatukan... Itu hanya terus memancing tawa dari Jaehyun.

"Apa yang kau tertawakan, eo?" protes Doyoung saat melihat Jaehyun yang terus menerus tertawa.

"Ani. Aku tidak bisa membayangkan saja bagaimana kehidupan pernikahan kalian berdua nanti. Betapa ramainya rumah kalian karena setiap jam, ah tidak, bahkan mungkin setiap detik akan ada pertengkaran di sana." jawab Jaehyun.

Doyoung hanya berdecak kesal mendengar ucapan Jaehyun yang tidak mencoba untuk menghiburnya sama sekali.

"Lalu setelah menikah, kalian akan tinggal di mana? Di rumahmu atau di rumah Soo Hwa?" tanya Jaehyun.

Doyoung menghela napasnya lagi, "Di rumah kami sendiri." jawabnya dengan malas sambil menyeruput minumannya dengan kasar, karena dia tau jika sahabatnya ini akan kembali menertawakannya.

"Wah, daebak! Kalian benar-benar disatukan, eo?!"

"Diam kau, Jung Jaehyun!" kesal Doyoung.

Jaehyun tertawa geli melihat Doyoung yang kesal padanya, tapi itu tak menghentikannya untuk terus berbicara, "Aigoo~ Uri Amaryllis' Tom and Jerry will be married."

"YA!" kesal Doyoung.

**

To Be Continued...

Fated: Unexpected MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang