Twenty Three

29 5 0
                                    

Beberapa bulan berlalu, cukup lama bagi kedua keluarga itu untuk menentukan hari di mana mereka akan berlibur di villa keluarga Soo Hwa yang akhirnya jatuh pada hari ini, tepat 3 minggu sebelum ujian masuk Nortbert University.

Benar. Akhirnya setelah melakukan research lebih mendalam, Soo Hwa meyakinkan dirinya untuk mengikuti ajakan Doyoung, Ji Na dan juga keluarganya untuk memilih Nortbert. Keputusannya menjadi sangat matang berkat bantuan Doyoung. Percakapan mereka yang cukup serius di tempat pengisian bahan bakar itu berhasil membuka pikiran Soo Hwa. Doyoung benar sekali, dilihat dari peluangnya, besar kemungkinan Soo Hwa untuk berhasil dengan Nortbert. CSAT sangat sulit, dan jika nantinya Soo Hwa gagal, tidak menutup kemungkinan jika dia akan merasakan rasa kecewa yang sangat besar.

Sekarang mereka semua baru saja sampai di villa itu. Soo Hwa tersenyum kecil saat melihat bangunan villa itu yang masih terlihat sama. Jika tak salah ingat, sudah 3 tahun waktu berlalu setelah terakhir Soo Hwa berlibur di sini, karena setelahnya mereka sulit untuk berlibur karena jadwab pemotretan Taeyong yang padat.

"Aaa~ Akhirnya sampai juga." tutur Ayah Soo Hwa yang terlihat senang sekali.

Ayah Doyoung mengiyakan, lalu menghela napasnya, "Sayangnya, uri Abeoji dan Seung Hyun Samchon tidak ikut bersama kita."

"Gwenchanayo, yeobo-ya. Kita bisa kembali lagi ke sini setelah anak-anak selesai ujian. Biarkan Abonim dan Seung Hyun Samchon bersenang-senang di Busan. Mungkin mereka juga ingin bernostalgia di sana." sambar Ibu Doyoung.

"Hmm, benar. Kalau begitu, ayo kita masuk sekarang?" Ajak Ayah Soo Hwa yang langsung merangkul Ayah Doyoung.

Soo Hwa pun ikut menarik kopernya untuk masuk ke dalam villa keluarganya itu, tapi belum sampai dia mengambil langkahnya, Doyoung menahannya.

"Kau bawa ini saja." Tuturnya yang langsung merebut koper milik Soo Hwa dan menyerahkan tas kecilnya, yang Soo Hwa tau itu adalah tas kamera milik Doyoung, lalu langsung berlalu mendahului Soo Hwa.

Soo Hwa berdecak, "Cih. Kalau memang mau membantu kenapa tidak sejak turun dari mobil saja? Ingin terlihat mengesankan di mata kakakku, huh?" gerutunya.

Soo Hwa tak tersentuh sama sekali dengan apa yang Doyoung lakukan tadi, tepatnya setelah dia melihat ada Taeyong yang tengah melemparkan senyumannya di belakang Soo Hwa.

"Mwohae? Kenapa belum masuk?" tanya Taeyong yang sudah berdiri di samping Soo Hwa dan tak lupa merangkul adiknya itu.

Soo Hwa tersenyum, "Aku menunggumu."

Taeyong terkekeh, "Aigoo~ Kau harus mengurangi sifat manjamu ini. Ada suamimu di sini. Kau tidak boleh terus menyita perhatianmu padaku."

Soo Hwa mengerucutkan bibirnya lalu memeluk pinggang Taeyong, "Memangnya kalau aku sudah menikah aku tidak boleh seperti ini? Aku kan adikmu. Tidak ada yang boleh melarangku terus bersikap seperti ini padamu." Rengeknya.

Taeyong tertawa pelan sambil mengusap lengan Soo Hwa, "Araseo, araseo. Terserah pada uri Gongjunim saja." Jawabnya sambil mendaratkan ciumannya di puncak kepala adik kesayangannya itu.

Soo Hwa terkekeh menang, lalu mengajak kakaknya itu untuk masuk.

Setelah masuk, mereka langsung sibuk dengan kamar mereka masing-masing untuk merapikan barang bawaan mereka. Sedangkan para ibu, mereka langsung mengambil alih dapur untuk menyiapkan makan malam nanti.

Sedangkan Soo Hwa... Rasanya penderitaannya terus saja berlanjut. Dia baru saja mengusap wajahnya dengan frustasi saat melihat jika kamarnya hanya memiliki satu tempat tidur saja.

Fated: Unexpected MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang