Nine

22 6 0
                                    

Selesai dengan Doyoung dan Soo Hwa, kini giliran para anggota keluarga yang memulai pengukuran baju mereka. Soo Hwa tidak tau jika mereka hanya menyiapkan setelan Doyoung dan gaun pengantin Soo Hwa dengan begitu matang, baru setelah itu memikirkan untuk mereka. Kini hanya ada Soo Hwa dan Doyoung di sofa ruang tunggu, karena yang lainnya menyebar dan sibuk memilih pakaian mereka nanti.

Soo Hwa mulai bosan untuk menunggu mereka, ditambah dengan Doyoung yang hanya sibuk dengan ponselnya.

"Hah~ Bosan sekali." Gumamnya dengan suara yang sangat pelan.

"Mau keluar?" balas Doyoung tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun.

Soo Hwa menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan bingung, lalu kembali melihat Doyoung, "Kau... Berbicara denganku?" tanyanya.

Doyoung menghela napasnya lalu menoleh untuk melihat Soo Hwa, "Memangnya ada orang lain selain kita sekarang?" balasnya.

Soo Hwa berdecak kesal. Doyoung menyebalkan sekali. Mana dia sangka jika namja menyebalkan ini tengah berbicara padanya di saat kedua matanya itu terus difokuskan pada ponselnya sendiri.

"Aku juga bosan. Ku lihat ada kedai kopi di dekat gedung ini. Itu juga kalau kau mau ikut." Tutur Doyoung.

Soo Hwa menoleh untuk melihat keluarganya yang terlihat masih belum menetapkan pilihannya, lalu dia menghela napasnya. Tidak ada pilihan lain selain ikut dengan Doyoung.

"Baiklah. Ayo."

Doyoung mengangguk dan langsung berdiri, "Eomma!" panggilnya.

"Hmm?" sahut Ibunya.

"Aku bosan. Aku keluar dulu, ya?" tuturnya.

"Bersama Soo Hwa, kan?" tanya Ibunya yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Doyoung.

"Baiklah. Jangan pergi terlalu jauh, hm?" balas Ibunya.

"Hmm, hubungi aku nanti jika sudah selesai." Tutur Doyoung lagi yang juga dibalas anggukan oleh Ibunya.

Setelah selesai meminta izin, Doyoung kembali menghampiri Soo Hwa, "Ayo."

Soo Hwa mengangguk dan mengikuti langkah Doyoung. Sesekali dia melirik Doyoung sambil menghela napasnya. Tidak pernah terbayangkan olehnya jika dia akan pergi berdua dengan Doyoung seperti ini, walaupun hanya ke kedai kopi.

"Kau mau pesan apa?" tanya Doyoung saat mereka masuk ke barisan antrian kedai kopi itu.

"Vanila Latte saja." Jawab Soo Hwa sambil merogoh tas kecilnya itu untuk mengambil dompetnya.

Doyoung mengangguk mengerti, lalu melihat Soo Hwa yang hendak mengeluarkan dompetnya. Dengan cepat Doyoung menahan tangan Soo Hwa, "Kau mau apa?"

Soo Hwa menatap Doyoung bingung, "Mengambil uangku."

Doyoung menghela napasnya, "Tidak usah. Aku yang mengajakmu, jadi aku yang membayar."

"Mwoya~"

Doyoung berdecak, "Apa kau tidak pernah berpergian dengan namja, huh? Jika seperti ini, tugas seorang namja yang membayar pesanan yeoja."

Soo Hwa ikut berdecak, "Sejak kapan itu, huh? Lagi pula uangmu itu juga masih uang orang tuamu, kan?"

Doyoung berdesis dan menatap Soo Hwa jengkel, "Bisakah kau menurut saja?"

Soo Hwa tertawa karena berhasil membuat Doyoung kesal, "Araseo. Gomawoyo, Kim Doyoung-ssi."

Doyoung hanya membalasnya dengan dehaman kesalnya.

**

Kedai kopi ini cukup ramai, mengingat hari ini adalah akhir pekan. Ada yang berbincang-bincang dengan teman-temannya atau dengan kekasihnya, dan ada juga yang sibuk dengan laptopnya yang Soo Hwa tebak orang itu adalah seorang pekerja. Berbeda sekali dengan meja Soo Hwa dan Doyoung. Mereka memilih meja yang berada di pojok kedai. Sejak mereka duduk di sana, tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut mereka berdua.

Fated: Unexpected MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang