Twenty One

19 5 0
                                    

Setelah makan malam dan pembahasan tentang acara keluarga itu selesai, mereka semua pulang. Suasana rumah Doyoung dan Soo Hwa kembali sepi. Bibi Jung telah kembali, jadi Doyoung dan Soo Hwa tak perlu bergantian membersihkan semuanya lagi.

Doyoung masih berada di dalam kamar mandi, sedangkan Soo Hwa dia tengah sibuk berpikir keras untuk memberikan hadiah apa untuk Doyoung. Dia benar-benar bingung karena dia tidak tau sama sekali apa yang disukai Doyoung atau barang apa yang ingin sekali Doyoung beli.

Doyoung sudah keluar kamar mandi, dia tak memperhatikan Soo Hwa dan langsung bersiap untuk tidur.

Soo Hwa menghela napasnya, akhirnya dia menuliskan sesuatu di sticky notes miliknya dan menghampiri Doyoung.

"Kim Doyoung." Panggilnya.

"Hmm?" balas Doyoung tanpa menoleh, karena sibuk merapikan selimutnya.

"Ini." tutur Soo Hwa sambil menjulurkan tangannya.

Doyoung menoleh, "Apa ini?" tanyanya yang kembali duduk dan menerima sticky notes itu, "One wish?" bingungnya.

"Mianhae. Aku benar-benar tidak tau jika hari ini ulang tahunmu. Dan... Aku tidak tau harus memberikanmu hadiah apa, karena aku tidak tau apa yang sedang kau inginkan. Jadi... Aku memberikanmu kartu itu." jawab Soo Hwa.

Doyoung tersenyum tipis, "Hanya satu permohonan?"

Soo Hwa mengangguk pelan.

Doyoung terlihat mulai berpikir, setelah itu dia tersenyum dan berdiri tepat di hadapan Soo Hwa. Masih dengan senyuman itu, Doyoung terus melangkah maju untuk mendekati Soo Hwa. Sedangkan Soo Hwa, dia terus mengambil langkah mundur saat Doyoung terus menerus mendekatinya, sampai akhirnya dia terjebak saat punggungnya itu menyentuh dinding kamar mereka.

"Y-ya! Permohonannya tidak boleh macam-macam!" protesnya saat Doyoung menaruh tangannya di dinding tempat punggung Soo Hwa bersandar.

Doyoung tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Soo Hwa, "Ramyeon." Ucapnya.

"Eo? Ramyeon?" balas Soo Hwa.

Doyoung mengangguk, "Hmm, aku ingin ramyeon yang kau buatkan untukku hari itu."

"Hanya ramyeon?" tanya Soo Hwa lagi.

Doyoung mengangguk lagi sambil tersenyum dan memberikan jarak di antaranya dan Soo Hwa.

"Araseo. Akan kubuatkan besok." Jawab Soo Hwa.

"Aku mau sekarang." Balas Doyoung.

"Sekarang? Ya! Kita bahkan sudah makan banyak tadi, dan kau..." protes Soo Hwa terhenti saat Doyoung mengangkat sticky notes-nya itu.

"One wish." tuturnya.

Soo Hwa menghembuskan napasnya kasar. Dia sebenarnya sudah kelelahan dan mengantuk sekali, tapi dia tidak bisa menolaknya karena secara tidak langsung dia yang menawarkan ini pada Doyoung.

"Araseo. Ayo." Ajaknya yang tanpa sadar menarik tangan Doyoung untuk mengikutinya.

"Eo? Soo Hwa-ya. Doyoung-ah. Kalian belum tidur?" tanya Bibi Jung yang baru saja menyelesaikan cucian piringnya.

"Aku ingin buat ramyeon, Ahjumma." Jawab Soo Hwa yang langsung bersiap memasak, sedangkan Doyoung langsung duduk manis di meja makan mereka.

"Biar kubuatkan ya? Kau tunggu saja di sana bersama Doyoung." Tahan Bibi Jung.

"Gwenchana, Ahjumma. Biar aku saja. Ahjumma pasti sudah sangat lelah hari ini. Ahjumma langsung istirahat saja ya?" balas Soo Hwa.

"Baiklah. Setelah selesai taruh saja di sana ya? Biar aku yang mencucinya besok pagi. Kau pasti juga lelah." Jawab Bibi Jung yang langsung diberi anggukan oleh Soo Hwa.

"Jaljayo, Ahjumma." Tutur Doyoung saat Bibi Jung berlalu masuk ke dalam kamarnya.

**

"Ini dia, birthday boy." ucap Soo Hwa yang baru saja menaruh ramyeon itu di meja makan mereka.

"Eo? Kau hanya membuat 1 bungkus?" tanya Doyoung saat melihat Soo Hwa langsung menyajikan ramyeon itu di satu mangkuk.

Soo Hwa mengangguk, "Memangnya kurang?"

"Ani... Hmm, kau tidak makan?" tanya Doyoung.

Soo Hwa menggelengkan kepalanya, "Aku sudah kenyang sekali. Kalau begitu aku kembali ke kamar ya? Selamat makan."

TAP

Dengan cepat Doyoung kembali menahan Soo Hwa.

Soo Hwa berdecak kesal, "Aish, apa lagi, huh?"

"Temani aku. Aku tidak suka makan sendirian." Pintanya.

Soo Hwa menghembuskan napasnya kasar, dan terpaksa kembali mengikuti permintaan Doyoung. Dia menarik kasar kursi yang ada di samping Doyoung dan duduk di sana dan mulai menyaksikan namja yang tengah semangat untuk menikmati ramyeon-nya itu.

Doyoung benar-benar serius saat mengatakan jika ramyeon buatan Soo Hwa itu enak sekali. Dia bahkan tak menghilangkan senyumannya sama sekali saat memakan ramyeon itu. Bahkan dia tidak sadar jika Soo Hwa sudah melipat kedua tangannya di atas meja untuk menopang kepalanya, yang tak lama langsung terlelap tidur.

"Ah~ Kenyang sekali. Aku benar-benar tidak percaya jika ini adalah ramyeon instan biasa. Aku masih mengira jika kau..." Doyoung baru saja menghabiskan ramyeon itu dan kembali memuji rasanya, lalu kalimatnya terhenti saat tersadar jika Soo Hwa sudah tidur.

Tanpa sadar Doyoung tersenyum tipis dan mendekatkan wajahnya ke wajah Soo Hwa, "Aigoo, kau tidur, eo?" bisiknya sambil menyelipkan rambut Soo Hwa yang menutupi wajahnya itu ke telinganya.

Perlahan Doyoung merapihkan meja makannya dan menaruhnya di tempat cucian piring, lalu kembali pada Soo Hwa.

"Aduh, jika dibangunkan, mungkin dia akan kesulitan untuk kembali tidur nanti." gumamnya.

Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Doyoung memilih untuk mengangkat tubuh Soo Hwa, "Aigoo, berapa berat badanmu, huh? Apa kau makan yang benar? Kenapa tubuhmu ringan sekali?" bisiknya lagi.

Doyoung sangat hati-hati saat membawa Soo Hwa, dia bahkan membuka pintu kamarnya dengan sangat pelan. Lalu menaruh tubuh Soo Hwa ke tempat tidurnya dengan perlahan, dia benar-benar tak ingin membangunkan Soo Hwa.

Setelah berhasil membaringkan tubuh Soo Hwa, Doyoung langsung menyelimuti tubuh Soo Hwa lalu duduk di pinggir tempat tidur Soo Hwa. "Aigoo, aku melanggar peraturan kita untuk tidak menyentuh tempat tidur satu sama lain." Gumamnya sambil tertawa pelan.

Pandangan Doyoung kembali terarah untuk menatap wajah Soo Hwa, "Kau bahkan tidak perlu memberikanku hadiah, mengingat hubungan kita yang memang tidak pernah dekat sejak awal. Tapi kau memberikannya padaku. Gomawo, Lee Soo Hwa."

Tanpa sadar Doyoung kembali tersenyum saat menatap wajah Soo Hwa, "Kau... Kenapa kau menggemaskan sekali hari ini, huh?" gumamnya yang kemudian perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Soo Hwa, "Jaljayo, Soo Hwa-ya..." bisiknya yang setelahnya mendaratkan ciumannya di kening Soo Hwa.

**

To Be Continued...

Fated: Unexpected MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang