Besok penutupan Pre Order vol.11 dan 12 2022 yaps!
***
Naufal, lelaki tampan berwajah malaikat. Semua orang mengaguminya karena penampilan luar saja. Tidak ada yang tahu bagaimana sifat kejam yang berada di dalam dirinya. Hanya ia dan gadis itu yang tahu.
"Buruan!"
Zara, gadis cantik bertubuh mungil sontak terlonjak mendengar seruan keras itu. Zara memperceat langkahnya menuju sebuah mobil yang akan membawanya entah ke mana.
Membuka pintu mobil, Zara masuk ke dalamnya dan duduk di sebelah lelaki dingin tak berperasaan seperti Naufal. Entah takdir macam apa yang akan ia lalui ke depannya. Dan entah dosa apa yang ia lakukan di masa lalu sampai harus bertemu dengan lelaki itu.
"Ke rumah utama," suruh Naufal pada sopir yang siap membawa mereka.
Naufal tidak melirik Zara yang duduk di sebelahnya. Lelaki itu sibuk dengan benda pipih di tangannya. Lelaki yang sangat ramah sampai rela membalas banyaknya pesan masuk dari penggemarnya.
"Fal, kita ngapain ke rumah Ibu?" tanya Zara.
"Lo diem aja. Gak usah banyak tanya."
"Tapi pakaianku gak sopan, Fal. Aku gak mau bikin Ibu dan Ayah malu," jelas Zara.
Naufal mengeraskan rahangnya. Ia menoleh pada Zara dengan tatapan tajam. Ia kesal mendengar bagaimana Zara sangat menjunjung tinggi kehormatan untuk orangtuanya. Gadis itu tidak seharusnya melakukan itu. Naufal benci saat ada orang yang begitu menghargai orangtuanya.
"Lo bahkan bisa telanjang di depan mereka kalau itu yang gue mau," desis Naufal di telinga Zara.
Zara bergidik. Ia menelan ludah dan refleks menjauhkan diri. Andai saja malam itu ia tidak keluar sendirian, mungkin nasib buruk ini tidak akan menghampirinya. Naufal terlalu kejam dan kasar untuk gadis selembut Zara.
Mobil Naufal tiba di sebuah rumah mewah berwarna abu tua. Sopir membukakan pintu untuk Naufal, lalu berlari menuju pintu di sebelah Zara. Setelah memastikan kedua orang itu menjauh dari mobil, sopir itu kembali masuk ke dalam mobil dan mengendarainya menuju spot khusus untuk kendaraan tamu.
Zara berusaha untuk tetap tenang meski isi pikirannya sibuk dengan berbagai macam spekulasi. Apalagi ini rumah orangtua Naufal. Tidak seharusnya Zara mengenakan pakaian seksi seperti ini. Kalau mereka ke rumah orangtuanya, tidak masalah.
"Zara..."
Ibu Naufal menghampiri Zara dengan senyum terkembang. Wanita 40 tahun itu memeluk Zara dengan sayang, lalu membawanya ke ruang makan di mana ayah Naufal sudah menunggu di sana.
"Yah," sapa Zara sambil mencium punggung tangan ayah Naufal.
"Duduk, kita segera makan," suruh pria 45 tahun itu.
Zara duduk di sebelah Naufal. Sedangkan ibu Naufal duduk di hadapan mereka. Sesekali Zara tersenyum saat ibu Naufal menatapnya. Wanita itu terlihat jelas tengah menilai penampilan Zara malam ini.
"Tumben," katanya.
Zara menatap bingung, tapi ibu Naufal malah menggeleng sambil tersenyum manis. Ia memilih untuk mengambilkan lauk dan menaruhnya ke atas piring suaminya. Sedangkan Zara melakukan hal yang sama untuk Naufal.
"Kalian sudah menikah 2 bulan. Apa masih belum ada kabar baik?" tanya ayah Naufal saat beberapa menit berlalu dalam keheningan.
Zara terbatuk, sedangkan Naufal menepuk pelan punggungnya sambil memberikan air minum. Lelaki itu akan sangat manis dan lembut jika di hadapan keluarga mereka. Berbanding terbalik jika mereka berada di rumah.
"Kita masih kuliah, Yah, pacaran dulu. Masih muda juga."
"Kalau mau pacaran, untuk apa kalian kami nikahkan. Kalian menikah untuk segera memberikan kami cucu, Naufal," sahut ibunya.
"Bu, kehamilan gak bisa dipaksa. Aku dan Zara gak mau terlalu buru-buru. Kita masih enjoy dengan status pengantin baru," balas Naufal tak mau kalah.
"Kalau Zara tidak bisa kasih kamu keturunan, lebih baik kita ambil jalan tengah dari sekarang. Seperti yang kamu bilang, kalian masih muda. Artinya kamu juga masih bisa untuk menikah lagi."
Naufal tersenyum tipis. Ia tidak habis pikir dengan keluarganya. Hanya keturunan yang mereka pikirkan. Zara yang sejak tadi diam hanya bisa menahan napas. Ia baru tahu kalau tujuan dari pernikahannya dengan Naufal untuk sebuah keturunan belaka.
***
"Fal, tunggu, aku belum—"
Suara Zara tertelan kembali seiring desah lega yang keluar dari mulut Naufal. Lelaki itu mulai menarik diri perlahan, lalu mendorongnya cukup kuat sehingga Zara tersentak dengan mulut terbuka.
Selalu seperti ini. Ia seperti seorang jalang yang dibayar dan hanya bisa menerima tanpa bisa menolak atau protes atas apa yang ia alami. Naufal selalu melakukan apa pun semaunya.
Naufal mulai menghentakkan pinggulnya dengan teratur. Semakin lama gerakan pinggul lelaki itu semakin keras menghujam pangkal paha Zara. Gadis itu hanya pasrah mendesah sambil berusaha berpegangan pada lengan kekar Naufal.
"Falhh..."
Naufal terus menghentak. Semakin lama gerakannya itu semakin brutal tak terkendali sehingga Zara memekik meminta ampun. Mendengar itu bukannya berhenti, Naufal malah tersenyum puas dan bersemangat untuk membuat gadis di bawahnya menjerit.
Zara menggeleng kuat saat tubuhnya dihantam gelombang kenikmatan yang begitu hebat. Ia menjepit kejantanan Naufal kian kuat seolah siap menyedotnya untuk terbenam semakin dalam.
"Akh... Akh..."
Naufal terus mengikuti gairah gilanya. Ia tekan kedua paha Zara untuk terbuka semakin lebar agar ia bisa lebih intens menghentakkan pinggulnya. Bunyi peraduan itu sunggu menggairahkan bagi Naufal.
"Fallhhh... ampunhh..."
Naufal selalu mendadak tuli saat mendengar permohonan dari Zara. Gadis itu seolah tidak memiliki kesempatan untuk memohon atau sekadar rasa kasihan darinya. Wanita lemah bukanlah tandingan Naufal. Jika Zara menerima sebagai suami, maka gadis itu juga harus siap dengan apa yang akan Naufal lakukan.
"Fallhhh... aahh..."
Zara bahkan sudah mendapatkan pelepasan kedua dan Naufal masih belum mendekati puncak itu. Zara benar-benar kewalahan. Semenjak menikah, ini adalah kali ketiga mereka bercinta. Di malam pertama, Naufal sudah berbuat kasar dan sesukanya.
Zara sempat trauma dan ketakutan untuk berdekatan dengan lelaki itu. Tapi anehnya, Naufal tidak lagi menyentuhnya sejak malam pertama mereka 2 bulan lalu. Kemudian lelaki itu kembali menyentuhnya seminggu yang lalu. Dan Zara kira ia akan bisa bernapas lega menjelang bulan depan. Ternyata ia salah. Malam ini ia habis oleh terkaman brutal Naufal.
"AAKKHHH..."
Zara tersentak kuat ketika Naufal menghentak dengan kasar beberapa kali dan terdiam dengan erangan kuatnya. Naufal mencabut kejantanannya dan cairan putih kental itu meleleh dari pangkal paha Zara.
Senyum Naufal mengembang seketika. Ia lega dan merasa lepas. Tubuhnya ambruk di sebelah tubuh Zara. Naufal jatuh tertidur, sedangkan Zara menelan ludah sambil beranjak dari kasur. Ia harus membersihkan diri sebelum ikut memejamkan mata menyusul Naufal.
Zara tidak punya kesempatan untuk menangisi hal ini. Karena sekuat apa pun ia berusaha menjelaskan tingkah kasar Naufal kepada orang-orang, tidak ada yang akan mempercayainya. Naufal si iblis yang ia ceritakan jelas akan kalah telak dengan image Naufal si malaikat.
***
Jingan Series bab 7. Perang Dingin sudah tayang di Karyakarsa sejak tadi sore. Silakan mampir. Link akses lewat web Maminces taruh di wall.
Yg alasan gapunya aplikasi kini gak berlaku lagi ya. Bisa baca lewat web tanpa harus download aplikasi🌚
Untuk voucher Your Tiger dan Your Jaguar ada di story IG. Silakan dicek. Dan dapatkan voucher 15k - 20k.
Siapa cepat dia dapat!
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...