Setelah

1.4K 90 22
                                    

"kami pulang!" Solar membuka pintu dengan perasaan senang, moodnya agak membaik setelah membeli ice krim tadi.

"Udah pulang?"

"Belum! Masih di Mars." Blaze menyahut pertanyaan Gempa, kesal karna Gempa menanyakan pertanyaan yang seharusnya tidak udah ditanyakan?

"Gimana tadi jalan jalannya?" Gempa kembali bertanya.

"Biasa aja" itu.... Halilintar yang menjawab.

"Gem, bukankah Supra dan Frost harus segera sekolah?" Ice dengan santai membuka topik yang lebih serius.

"Gimana kalau kalian loncat kelas?"

Frostfire melotot mendengar pertanyaan Solar, hei? Memang mereka pikir dirinya sepintar apa?

Berbeda dengan Frostfire, Supra justru mengangguk, merasa tidak masalah dengan pemikiran Solar.

Gempa mengangguk, masih mempertimbangkan mengenai Suprost yang loncat kelas.

Berakhir Gempa yang menutup percakapan, masalah itu bisa dipikir kapan kapan.

Halilintar, Solar, dan Gempa pergi menuju kamar masing masing.

Frostfire mengejar Supra untuk mengajukan protes.

Sementara Blaze dan Ice masih terdiam diruang tengah.

____________________________________________

"Sup! Kamu serius?" Frostfire membanting pintu kamar Supra, menyerukan protes yang sangat ketara bahwa dirinya keberatan.

"Serius soal apa?" Supra menaikkan sebelah alisnya.

"Soal loncat kelas! Kamu pikir ini hanya tentang mengerjakan soal-soal pertanyaan khusus? Begitu kita mendapatkan nilai sempurna kita bisa loncat kelas? Begitu?"

"Kan memang?"

Frostfire mengerjapkan matanya, oiya?

"Frost, kalau kita sekelas sama all-elements, kita pasti pasti lebih mudah melakukan kegiatan. Belum lagi jika kita harus melaksanakan tugas tapops?"
Jelas Supra menggunakan nada sesantai mungkin.

Frostfire mendengus. Masih keberatan dengan pemikiran Supra. Lagipula hanya beda kelas kan? Apa susahnya? 'dimasa asalnya' dirinya baru kelas 10, loncat menjadi kelas 12 itu hal gila, belum lagi kalau-

"Jika kau kesulitan memahami materi, aku akan membantumu Frost" Supra memotong pemikiran Frostfire.

Frostfire kembali menghela napas. merebahkan dirinya dikasur Supra, lalu mulai menggulingkan badannya ke kanan dan ke kiri 'sedang uring-uringan'

Supra melemparkan bantal kearah Frostfire "pindahlah ke kamarmu sendiri Frost" dan hanya mendapat respon gelengan ribut dari Frostfire.

Sstt, jika boleh jujur. Frostfire sangat menyukai bau khas dari kamar Supra, membuatnya betah untuk berlama-lama dikamar Supra.

Hei? Jangan beritahu siapa-siapa ya! Ini rahasia kita.

____________________________________________

Sementara diruang tengah, atmosfer canggung memenuhi ruangan. Membuat penguasa elemen Api dan Air hanya mampu terdiam ditempatnya masing-masing.

"Mau kemana?" Tanya Ice melihat Blaze yang mulai berjalan kearah pintu.

Blaze menggaruk kepalanya yang tidak gatal "cari angin." ujarnya.

"Ikut"

Hanya satu kata yang diucapkan oleh Ice. Membuat penguasa elemen Api dan Air lagi-lagi diselimuti hawa canggung selama perjalanan ke arah yang mereka sendiri tak tahu akan kemana.

"Kita mau kemana?" Tanya Blaze canggung, mencoba mencairkan suasana.

"Terserah" ayolah? Tidak tahukah Ice, bahwa Blaze sangat amat menghindari kata kata itu? Mendengarnya saja sudah membuat Blaze seperti dihantam ratusan meteor.

Meski dikenal sebagai elemental paling kompak, nyatanya penguasa elemental api dan air itu jarang menghabiskan waktu bersama. Blaze yang lebih sering bermain bersama Taufan dan Thorn, sementara Ice yang sibuk dikamarnya entah melakukan apa.

"Gimana kalau taman deket sini aja? Aku jarang kesana" Ice membuka suara.

Blaze menoleh, kemudian menarik tangan Ice semangat. Berjalan-jalan dengan pemilik elemen Air merupakan salah satu hal langka. Mungkin bisa masuk 7 keajaiban dunia hahaha.

Sementara yang ditarik memalingkan wajah malu, tak sadar bahwa rasa panas mulai menjalar disekitar wajahnya.

____________________________________________

Saat ini penguasa elemental petir sedang dilanda kebingungan, yang membuatnya harus terdiam didepan pintu kamar adik bungsunya selama bermenit-menit.

Halilintar bingung, dirinya bingung harus mengetuk pintu kamar Solar atau tidak?

Masih termenung didepan pintu kamar Solar, Halilintar ragu akan mengetuk, jujur saja dirinya seperti orang bodoh  berdiri termenung seperti ini.

Berusaha menguatkan tekad, Halilintar memutuskan mengetuk pintu kamar Solar dengan brutal.

Membuat sipemilik kamar mengerang
"Bedebah" makinya. Solar tipikal orang yang jarang mengumpat, kecuali jika sudah berhadapan dengan pemilik elemen petir.

Berjalan gontai kearah pintu, Solar memasang wajah galak. bersumpah akan mengutuk orang yang menganggu acara tidur siangnya.

Begitu membuka pintu, Solar dihadiahi 'wajah polos' milik Halilintar, seolah olah itu bukan kesalahannya. Membuat Solar semakin ingin melayangkan bogem mentah kerahang tegas Halilintar.

"Ngapain?" Solar masih memasang wajah galak.

"Mau masuk" Halilintar dengan seenaknya masuk kekamar Solar, tak mengindahkan wajah galak adik bungsunya.

Sungguh, Solar sedang berusaha sabar
"Kenapa kamarku?"

"Paling deket"

Solar mendengus, dirinya tentu saja tak bodoh. Kamar mereka berjarak dua pintu, bagaimana bisa kakak sulungnya itu bilang paling dekat?
"Modus" pikirnya.

"Terserah, aku ga segabut itu buat peduli" Solar memilih acuh, lalu merebahkan kembali badannya kekasur empuk miliknya, yang sayangnya juga ada kakak sulungnya disana.

Halilintar memandang rumit kearah Solar yang sudah membungkus diri seperti kepompong, sejujurnya ia tak punya alasan khusus untuk memasuki kamar adiknya. Ia hanya ingin.

____________________________________________

















HAII(⁠。⁠・⁠ω⁠・⁠。⁠)⁠ノ⁠♡
sebenernya aku ga mau alasan macem macem.
Cuman chapter ini harusnya udah siap dari bulan laluu, tapi dengan begonya aku lupa publish😭😭

Yaa begitu deh ehehehe

Salam dari seme yang tertundah~~
TBC


Antar waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang