sekolah

1.1K 70 46
                                    

Cahaya matahari menembus dengan tidak sopannya dari celah gorden, membuat si pemilik kamar mengerang tertahan, merasa terganggu.

Supra Nalendra Halilintar, nama si pemilik  kamar, mulai mengerjapkan matanya perlahan. Hari ini hari pertama sekolah, ia tak boleh kesiangan.

Supra melirik ke arah jam wekernya, jam 5 pagi? Baiklah, ia rasa ini masih terlalu pagi. Tapi tak apa, Supra akan mempersiapkan diri terlebih dahulu. 

"Hari pertama sekolah ya? Pasti merepotkan." Gumam Supra, beranjak dari tempat tidurnya. Ia harus memulai kehidupan dengan identitas baru dan tampilan baru? Yeah, selamat datang dikehidupan sementaramu Sup.

Supra berjalan sungkan kearah lemari pakaiannya, akhir-akhir ini lemarinya semakin penuh saja. Tentu saja yang mengisi bukan dirinya, melainkan sepupu tercintanya. Apakah ia harus berterima kasih? Mungkin kapan-kapan saja, mengingat baju yang 'sepupu tercintanya' beli itu menggunakan kartu ATM miliknya.

Kembali pada kegiatan Supra, Entah apa yang akan ia pakai untuk pergi ke sekolah hari ini. Satu lagi sistem sekolah yang entah harus Supra syukuri atau tidak, sekolahnya itu tidak menggunakan sistem seragam, sehingga murid muridnya bebas menggunakan pakaian asalkan masih tergolong sopan.

Supra jadi teringat pada Frostfire, yang tak henti hentinya menceramahi agar jangan memakai warna merah, hitam, atau putih yang terlalu mencolok. Memang apa salahnya ketiga warna itu? Toh itu warna umum.

'Jadi ia harus menggunakan warna apa?'

Malas berpikir terlalu lama, Supra memilih warna secara acak, kemudian mencocokkan dengan gayanya. 'mungkin coklat tak terlalu buruk.'

Ah ya! Omong-omong soal identitas. Supra akan memperkenalkan dirinya sebagai Nalendra Supra. Memang apa bedanya? Tidak ada bedanya. itu kan, hanya nama yang dibalik. Sementara Frostfire akan mengubah namanya menjadi Nevada Frostfire, lagi-lagi hanya nama yang dibalik, jangan terlalu berharap oke? Berharap itu menyakitkan.

Daripada membahas masalah berharap, lebih baik membahas tentang keadaan Halilintar dan Solar. Supra hampir lupa ini jatah orang tuanya untuk memasak sarapan.

Salah satu aturan unik Gempa as leader, Gempa menetapkan jadwal piket memasak, mencuci, membereskan, dan berbelanja secara bergantian. Fungsinya? Agar adil tentu saja. Nah, semenjak kedatangan Supra dan Frosty ke masa lalu, Gempa mengubah peraturannya agar berpasang pasangan. Hali dengan Solar, Blaze dengan Ice, Taufan dengan Thorn, Supra dengan Frosty. Gempa? Ia memilih mengerjakannya sendiri, katanya biar gak repot. Yasudah? Toh suka-suka Gempa.

Dengan bermodal rasa penasaran yang sudah menggebu gebu, Supra berjalan menuruni tangga. Penasaran pada suara grusak grusuk yang mengganggu indra pendengarannya.

___________________________________________

"Gledek goblok, sudah ku bilang untuk jangan memasukkannya terlebih dahulu!" Terkutuklah Halilintar yang telah membuat Solar mengumpat dipagi yang seharusnya indah.

"Mana ku tahu sialan." Balas Halilintar sambil ikut menghindar dari cipratan minyak yang ia perbuat sendiri.

"Apa otakmu begitu minim sehingga tak tahu hal seperti ini?" Solar menatap sengit Halilintar, ingin sekali ia melempar panci ke wajah menyebalkan Halilintar, yang sialnya tampan.

"Aku tak pernah mengalaminya dengan Taufan!!" Ucap Halilintar mengelak, dengan alasan yang sama sekali tidak logis.

"Jangan menyamakanku dengan Taufan!!" Solar masih menatap kakak sulungnya sengit, sampai sebuah suara menghentikan perdebatan mereka.

Antar waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang