Vote dulu yuk sebelum baca...
Bel istirahat telah berbunyi lima menit yang lalu, tetapi tak membuat seorang gadis meninggalkan bangkunya di kelas. Ia lebih memilih menikmati buah stroberi yang selalu ia bawa dari rumah. Tidak ada siapapun di kelas, hanya ada dirinya. Murid-murid yang lain sudah berhamburan keluar kelas untuk ke kantin sejak bel istirahat baru dibunyikan.
Anatasya Charoline, perempuan bermata bulat itu kini menyelesaikan acara makannya. Ia kemudian beralih meminum susu kotak rasa stroberi. Netranya yang hitam pekat beralih menatap ke arah pintu, dimana empat perempuan baru saja masuk ke dalam kelas.
"Lo besok dateng ke pameran kan?" tanya seorang perempuan cantik berambut pendek sebahu.
"Ya kali gue gak dateng," sahut perempuan di sampingnya.
Keempat perempuan itu duduk di barisan meja depan. Salah satu dari mereka mengambil minuman kaleng bersoda yang baru saja dibeli dari kantin. Ia membuka minuman tersebut hingga menghasilkan bunyi yang cukup nyaring. Kemudian ia meneguk minuman itu hingga tak tersisa.
Di meja paling belakang, Charoline yang sedari tadi tak sengaja mendengar percakapan mereka pun tertarik dengan topiknya. Ia kemudian semakin menajamkan pendengarannya.
"Gue males ah, gak ada apa-apanya, mending shopping,"
"Lo gak tau pameran bulan ini ada yang beda, Rin,"
"Emang apa yang beda?"
"Lo liat aja di mading,"
Setelah itu Charoline tak lagi mendengar pembicaraan mereka tentang pameran. Terakhir yang ia dengar adalah decakan kesal seorang gadis yang bernama Rin.
Charoline menyukai pameran. Hampir setiap ada pameran ia datangi. Entah itu pameran musik, seni rupa, atau tari. Yang jelas ia menyukai pameran seni.
Mendengar percakapan tadi, bisa Charoline simpulkan bahwa informasi mengenai pameran ada di mading. Charoline pun bangkit hendak keluar kelas menuju papan mading. Namun baru di depan pintu bahunya tak sengaja menyenggol seseorang. Charoline berhenti melangkah begitupun orang yang ia senggol bahunya.
''Kamu mau ke mana?" tanya orang itu, seorang laki-laki berkacamata.
Nathaniel Samudera, laki-laki culun yang menjadi teman sekelas Charoline sejak kelas sepuluh. Karena bangku mereka bersebelahan membuat keduanya sering mengobrol. Hanya ia yang selalu menjadi teman mengobrol Charoline. Ia tak jauh berbeda dengan Charoline, sama-sama anti sosial dan tak terlalu banyak yang mengenalnya di sekolah. Di jam istirahat seperti ini biasanya laki-laki itu lebih memilih untuk membaca buku di perpustakaan. Bahkan sekarang bisa diprediksi jika laki-laki itu baru kembali dari sana. Terlihat setumpuk buku berada di tangannya.
"Aku mau lihat mading," jawab Charoline sambil menunjuk ke arah papan mading yang terletak di ujung koridor.
"Pameran?" tebak Nathan. Tadi sepanjang jalan menuju kelas telinganya tak berhenti menangkap percakapan mengenai pameran musik yang akan diadakan di fakultas budaya.
Charoline mengangguk, "Kamu udah tahu soal pameran?" tanya Charoline dengan mata berbinar.
"Udah, aku juga sempet foto poster yang ditempel di mading. Biar kamu gak perlu ke mading, soalnya rame di sana," ucap Nathan seraya menunjukkan hasil fotonya pada Charoline membuat gadis bermata bulat itu semakin melebarkan senyumnya.
"Makasih, kamu mau pergi sama siapa?" tanya Charoline.
"Hmmm, kayaknya aku gak pergi,"
Alis Charoline berkerut. Dahinya bergelombang. Tak biasanya Nathan tidak mendatangi pameran musik. Selama satu tahun lebih berteman, setahunya laki-laki itu selalu datang ke pameran tiap bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano Prince
Teen FictionPiano Prince, itulah sebutan dari seorang laki-laki bernama Mark Herren. Dia cuek, dingin, dan arogan. Dengan wajah diatas rata-rata dan sebagai putra penerus grup Vitabrata yang merupakan perusahaan kosmetik nomor satu di dunia. Maka ketenarannya t...