Dua buah mobil yang telah dikenal oleh seantero sekolah itu baru saja memasuki halaman SMA Wilbert, membelah keramaian para siswi-siswi yang penuh dengan tatapan memuja.
Di belakangnya, dua motor sport yang dikendarai oleh dua laki-laki bersepupuan itu menyusul dua mobil di depannya yang kini telah terparkir. Bersamaan dengan Caldera, Mattheo, dan Malfino yang keluar dari mobil merah, Nicky dan Kenzie melepaskan helm full face-nya yang menutupi wajah tampannya.
Siswi-siswi terpekik melihat pesona mereka. Namun tidak ada satupun yang berani mendekat, karena siswi-siswi itu paham apa yang akan terjadi jika berani mendekat, apa lagi berurusan dengan mereka.
Di sisi lain, Herren keluar dari mobil silver-nya. Ia menyampirkan jaket denim-nya ke bahu. Kemudian ia berjalan dengan tangan kanan dimasukkan ke dalam saku celana. Mata tajamnya menyorot ke depan, pada seorang laki-laki yang berdiri diam menatapnya. Laki-laki itu seolah telah menunggu kedatangannya.
"Hai, Piano Prince. Lo belum sapa gue di pesta. Harus banget gue yang duluan ya?"
Herren menatap datar laki-laki itu, "Minggir, gue lagi gak pengen ladenin lo," tukasnya dengan suara beratnya. Ia sudah terlalu lelah, karena jujur saja, di sekujur tubuhnya kini penuh dengan lebam akibat pukulan dari ayahnya.
Usai pesta kemarin yang hancur karena pertengkarannya dengan Charoline, ia dikurung di mansion ayahnya selama sehari. Di sana ia dihajar oleh bodyguard ayahnya.
Nicky menjajarkan dirinya dengan Herren dan menatap lurus ke arah laki-laki dengan senyuman iblis khasnya. "Heh, upil kuda! Lo gak denger disuruh minggir? Muka lo itu ngehalangin gue buat masuk surga tau gak, bawaannya pengen mukul siapa aja yang lewat," celetuk Nicky namun tak digubris oleh sang lawan bicara.
Laki-laki bersemir coklat itu tak melepaskan pandangannya pada Herren yang juga dibalas tatapan yang sama oleh Herren. Bedanya, laki-laki itu menatap dengan senyuman iblisnya, sementara Herren menatap tajam dengan raut dinginnya.
"Gue tahu alasan lo dipindahin ke sekolah ini," laki-laki yang masih dengan senyum iblis itu bergerak satu langkah lebih dekat pada Herren, "Asal lo tahu, lo gak bisa kalahin Kaylie, selama ini Kaylie yang selalu ngalah sama lo, bukan dikalahkan." ucapnya, kemudian ia berkata kembali yang semakin membuat Herren mengepalkan tangan kuat, "Ah, Kaylie aja gak bisa lo kalahin, gimana gue?"
"Bacot!" teriak Herren yang tak bisa lagi menahan emosinya. Telinganya sudah panas sejak tadi.
Laki-laki itu tertawa remeh melihat reaksi Herren, kemudian netranya tak sengaja bertubrukan dengan netra seorang gadis dengan jepit rambut kupu-kupu yang berada di antara segerombolan siswi-siswi. Ia menyunggingkan senyum ke arahnya, kemudian kembali menatap Herren dengan senyum yang sama, yaitu senyum iblisnya. Ia menderapkan kakinya ke depan dan ketika berada persis di samping Herren, ia membisikkan sesuatu, "BTW, cewek lo mantep juga ya. Thanks udah dipinjemin buat makan es krim bareng kemarin." usai mengatakan itu ia menepuk bahu Herren sekali kemudian melenggang pergi meninggalkan Herren yang kini telah berhasil dibuat mengepalkan tangannya dengan erat bersamaan dengan wajah merah menahan emosi.
"BUBAR! LO KIRA INI TONTONAN GRATIS? YAKALI MUKA GANTENG GINI GRATISAN!" teriak Nicky dengan celetukan jenakanya untuk membubarkan keramaian. Dengan dibantu dengan Mattheo dan yang lainnya, keramaian itu pun menjadi lenyap dengan waktu cepat. Tersisa seorang gadis bersurai hitam lurus dengan jepit rambut kupu-kupu pada pony-nya. Gadis itu berubah menjadi gelisah ketika Herren menyorot tajam ke arahnya. Tak ada yang dapat menandingi tatapan intimidasi itu. Membuat orang yang menatapnya akan ketakutan setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano Prince
Teen FictionPiano Prince, itulah sebutan dari seorang laki-laki bernama Mark Herren. Dia cuek, dingin, dan arogan. Dengan wajah diatas rata-rata dan sebagai putra penerus grup Vitabrata yang merupakan perusahaan kosmetik nomor satu di dunia. Maka ketenarannya t...