🍓<~Cat~>🍓

56 8 0
                                    

"Kesedihan dan rasa sakit di hari itu, aku mencintainya jika bersama denganmu"—Anatasya Charoline.

***

Charoline memasuki ruang kelasnya yang sepi. Baru beberapa siswa yang datang karena masih terlalu pagi untuk ke sekolah.

Baru selangkah menginjak lantai kelas yang dingin tiba-tiba rambutnya ditarik dari belakang, membuatnya terjengkang ke belakang dan refleks memegang rambutnya.

"Masih berani nampakin diri?!" teriak gadis berwajah kebarat-baratan, yang menarik rambut Charoline.

"To-tolong lepasin, rambut aku sakit." rintih Charoline.

Mendengar ucapan Charoline membuat tarikan itu semakin kuat.

"Cewek caper sok lugu macem lo itu perlu dapet ini!" bentak seorang gadis yang kemarin mem-bully Charoline di belakang sekolah. Gadis yang memiliki darah bangsawan keraton Jawa.

Rin melepaskan tarikannya kemudian beralih mencengkeram kerah seragam Charoline. Ia menempelkan tubuh Charoline ke dinding. Menghunusnya dengan tatapan tajam.

"Salah aku apa?" tanya Charoline dengan mata bergetar.

"Dari kemarin lo nanya salah lo apa, salah lo apa, salah lo pertama, lo caper jadi cewek, kedua lo bikin Herren ikut kesiram, ketiga lo bikin Mattheo cuekin kita!" bentaknya tepat di depan wajah Charoline.

"Ta-tapi aku gak caper ke siapapun, aku gak tahu kalau Herren tiba-tiba di belakang aku, aku gak tahu soal Mattheo cuekin kalian." ujar Charoline.

Rin semakin mengeratkan cengkeramannya, "Sok polos lo! Muak gue lihatnya tahu gak?!"

"Tahu nih," sahut Roro dengan menendang sepatu Charoline.

"Kalau gitu jangan lihat aku." jawab Charoline spontan.

Rin dan Roro melotot, "Berani lo jawab?!" bentak Rin.

"Kalau aku diam aja waktu orang lain tanya ke aku itu namanya gak sopan."

"Dasar bitch! Lo pikir gue gak tahu tentang hubungan lo sama Aluna?" Rin menyeringai.

"Aluna sahabat aku, jangan sakiti dia." Charoline berubah gelisah.

"Terlambat, bodoh! Lo yang gali masalah sendiri, jangan harap lo mohon-mohon ampun ke kita, sampai lo sujud di kaki kita pun kita gak peduli. Denger itu!" ucap Roro.

Rin melepaskan cengkeramannya membuat Charoline terbatuk-batuk.

"Kasih tahu aku, Aluna dimana sekarang? Dia baik-baik aja kan?" tanya Charoline dengan raut khawatir. Ia memegang lengan Rin namun si empu menepisnya dengan kasar.

"Buat sekarang dia baik-baik aja" Ia mendekatkan wajahnya pada Charoline, "Tapi gak tahu nanti." Ia tersenyum miring melihat raut ketakutan Charoline. Kemudian menegakkan badannya kembali. Ia mengeluarkan tiga tumpuk buku tulis bersampul coklat lalu menyodorkannya pada Charoline.

"Ada PR merangkum materi bab matriks, kerjain punya kita bertiga, pulang sekolah harus udah selesai. Kalau gak, gue, Kafka, Roro, bisa berbuat apa aja ke Aluna."

Dengan tangan bergetar Charoline menerima buku itu. Rin pun tersenyum puas kemudian melenggang pergi.

Gadis bernama Roro mendekat ke Charoline, senyum miring ia sunggingkan di wajah manisnya, kedua tangannya ia lipat di depan dada.

"Awas kalau lo deket-deket Mattheo lagi." ancamnya kemudian melirik buku tulis yang ada di tangan Charoline, "Semangat kerjainnya, babu."

***

Piano PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang