"Lo putus sama Charoline?"
Dari sekian banyak pertanyaan entah kenapa Mattheo menanyakan hal yang sangat ingin ia hilangkan di pikirannya.
Pasti beritanya sangat cepat menyebar hingga temannya itu sudah mengetahuinya.
"Dia milik gue, gue gak akan pernah putus sama dia!" sangkal Herren.
Mattheo menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. Laki-laki bernetra abu itu kembali menyesap batang rokok yang Mattheo berikan.
Saat ini mereka berada di rooftop. Herren memilih untuk kabur latihan dan pergi ke sini untuk menenangkan pikirannya. Dan kebetulan Mattheo juga berada disana sendirian membolos.
"Gue gak nyangka Charoline putusin gue gara-gara salah paham doang," ujar Herren sambil mengepulkan asap rokok ke udara.
"Cewek mana yang gak kesel, Ren? Disini yang salah itu lo, kenapa gak ngabarin dari awal?"
"Hp gue di mobil waktu gue masuk ke mall dan nemuin Eliza," jelas Herren, tak mau disalahkan.
"Terus kenapa lo nurut aja waktu lo tau orang itu Eliza? Kenapa lo gak pergi aja?" tanya Mattheo yang semakin memojokkan Herren.
Sekarang Herren terdiam dengan pertanyaan Mattheo. Jika saja waktu bisa diulang maka ia tidak akan menuruti perintah ayahnya kemarin.
"Gue udah capek! Kalau gue pergi pasti gue berakhir dipukulin bokap gue,"
"Terus kenapa lo gak minta tolong sama kita?"
"Udah gue bilang HP gue di mobil,"
"Ya udah emang salah lo sih,"
"Terus gue harus gimana sekarang?"
"Jelasin kesalahpahamannya, akuin kesalahan lo, dan jangan ulangin lagi."
🍓🍓🍓
Herren melangkahkan kakinya dengan cepat ketika ia melihat Charoline baru saja keluar dari kelas.
"Charoline!" panggilnya.
Tak hanya sang empu nama, melainkan semua orang yang berada disana mengalihkan perhatiannya pada seorang laki-laki bernetra abu itu.
Charoline terlihat panik saat Herren menghampirinya. Ia hendak kabur namun tangannya dicekal lebih dulu oleh Herren.
"Aku mohon lepasin, Herren,"
"Gak! Gue mau jelasin soal semalem, Charoline,"
"Gak ada yang perlu dijelalsin lagi, semua udah jelas, aku emang gak pernah pantes buat kamu, dia lebih cantik dan setara buat kamu,"
Semalam Charoline mendapat banyak pesan dari nomor tak dikenal. Banyak diantara mereka mengirimkan foto Herren bersama seorang perempuan yang berada di mall. Banyak juga yang bertanya perihal hubungannya. Namun tak ada satupun pesan yang ia balas.
Awalnya ia tak ingin percaya namun ketika mengetahui salah satu postingan mengenai masa lalu Herren dengan gadis itu yang berteman sejak kecil membuat hati kecilnya ragu. Gadis itu sangat cantik dan sebanding dengan Herren, tidak mungkin Herren tidak pernah menaruh rasa padanya.
"Berhenti ngomong gak jelas Charoline! Cuma lo cewek yang pantes buat gue!" ucap Herren.
Charoline menggeleng, dengan sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tak jatuh di hadapan Herren. Jujur saja melihat laki-laki itu semakin membuatnya sakit lantaran mengingat banyak yang berpendapat jika gadis di mall itu lebih cocok dengannya.
Tiba-tiba Gara datang dan menarik Charoline. Cekalan Herren pun terlepas.
"Hobi banget bikin dia nangis ya," sindir Gara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano Prince
Teen FictionPiano Prince, itulah sebutan dari seorang laki-laki bernama Mark Herren. Dia cuek, dingin, dan arogan. Dengan wajah diatas rata-rata dan sebagai putra penerus grup Vitabrata yang merupakan perusahaan kosmetik nomor satu di dunia. Maka ketenarannya t...