"Charoline!"
Charoline berlari kecil menghampiri Herren yang baru saja memanggil namanya.
"Lo apain barang-barang gue?!!"
Kemarin malam tepat setelah Charoline tinggal di rumah Herren, laki-laki itu menyuruhnya untuk membereskan kamar. Mengingat dirinya kini adalah maid di sini.
"Semalam kamu suruh aku buat beresin kamar kamu, jadi aku beresin ini karena berantakan," jawab Charoline karena merasa tidak ada yang salah. Semua barang yang berserakan ia susun dengan rapih. Salah satunya yang tengah laki-laki perdebatkan itu. Barang-barang yang berada di lemari kaca.
"Siapa yang izinin lo sentuh ini?!" bentak Herren.
Charoline memejamkan matanya takut. Yang dimaksud Herren adalah barang-barang seperti aksesoris pakaian. Namun terlihat seperti milik wanita.
"Maaf..." ucap Charoline lirih, ia menggigit bibir bawahnya.
Herren mengacak rambutnya frustasi melihat gadis itu hampir menangis karenanya. Ia jadi menyesal dan merutuki dirinya yang tak bisa mengontrol emosi. Ia pun meraih tangan Charoline agar gadis itu menatapnya.
"Im sorry, gue kelepasan," ucap Herren pelan.
Charoline menatap laki-laki pemilik mata elang itu, "Aku yang minta maaf, pasti barang itu berharga buat kamu kan? Aku tau perasaan kamu yang takut barang-barang ini hilang, rasanya seperti ada kenangan yang ikut hilang juga," ujarnya.
Herren tersenyum mendengarnya, gadis itu masih sama seperti pertama kali ia bertemu. Gadis dengan netra hitam pekat itu mengingatkannya pada sang ibu. Dua perempuan yang selalu sabar menghadapinya.
"Kamu...tersenyum?" tanya Charoline sedikit terheran. Pasalnya ini pertama kalinya ia melihat senyum manis laki-laki itu.
"Tugas maid melayani majikan, bukan godain majikan," ujar Herren masih dengan senyumnya. Ia menyentil hidung Charoline.
Charoline mengerutkan alisnya tak terima, "Siapa yang godain?"
Herren meraih tangan Charoline lalu ia tempelkan ke dadanya. Charoline dapat merasakan jantung Herren berdetak kencang. Ia pun menarik kembali tangannya.
"U know? Jantung gue gak aman, Charoline. Itu lo penyebabnya,"
"Maksudnya?"
"Maksudnya, ayo kencan."
🌛🌛🌛
Herren berjalan menuruni anak tangga sambil mengenakan arloji di tangan kirinya. Di ruang tengah ia melihat Charoline sudah menunggunya. Mungkin gadis itu sudah menunggu sekitar 15 menit disana. Biasanya cowok-lah yang menunggu ceweknya dandan ketika ada janji. Namun tidak dengannya karena Charoline adalah gadis yang cukup simple.
Sesuai perjanjian kemarin, malam minggu adalah malam terbahagia Herren. Karena ia berhasil berkencan dengan Charoline. Walaupun ia sudah satu bulan lamanya menyanding status pacaran, tapi ini kali pertamanya berkencan dengan gadis itu. Dan kali pertama dalam hidupnya mengencani seorang gadis.
"Baru sadar kalau pacar sendiri ganteng?" goda Herren mendapati Charoline yang terus menatapnya.
"Pacar aku emang ganteng kok," ujar Charoline mengakui, namun ada kalimat selanjutnya yang ia ucapkan lirih agar laki-laki itu tak mendengarnya, "cuma ketutup sifatnya aja,"
"Gue denger, sekarang lo jadi pinter julidin gue ya,"
"Itu bukan julid, tapi fakta,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano Prince
Teen FictionPiano Prince, itulah sebutan dari seorang laki-laki bernama Mark Herren. Dia cuek, dingin, dan arogan. Dengan wajah diatas rata-rata dan sebagai putra penerus grup Vitabrata yang merupakan perusahaan kosmetik nomor satu di dunia. Maka ketenarannya t...