"Setiap bertemu dengan hal yang tak bisa aku terima, hanya air mataku yang tak bisa berhenti mengalir."-Anatasya Charoline.
***
Charoline sedari tadi tak bisa fokus bekerja. Bagaimana tidak? Ditatap oleh sosok mengerikan bernama Mark Herren membuat bulu kuduknya meremang.
Ya, tadi laki-laki itu memaksa ingin ikut ke tempat kerjanya. Pastinya Charoline tak bisa menolak karena laki-laki itu mengancam akan membunuhnya. Sangat terdengar gila bukan?
Dan kini Charoline menyesal telah membawanya ke sini. Akan lebih bersyukur jika laki-laki itu memesan sesuatu, tapi sayangnya tidak. Ia hanya duduk di salah satu meja dengan menatap Charoline tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun. Itulah yang membuat Charoline risih dan tak bebas melakukan pekerjaannya.
"Lo ada urusan apa sama dia?" tanya Felix dengan wajah pucat pasi. Sedari awal melihat Herren ada di sana, laki-laki itu terlihat ketakutan.
"Gak ada apa-apa, kok." jawab Charoline berusaha biasa saja walaupun dirinya juga ketakutan.
"Lo tahu dia siapa kan? Jangan bodoh deh." ucap Felix kemudian melenggang pergi menuju dapur untuk mengambil pesanan pelanggan.
Charoline tersenyum tipis kemudian melanjutkan mengelap meja. Sedetik kemudian pintu cafe terbuka membuat Charoline mengalihkan pandangan ke pintu masuk.
"Selamat da-Aluna?" Charoline menampakkan raut terkejutnya. Namun kemudian ia rubah dengan senyuman.
Gadis bersurai panjang bergelombang menatap Charoline. Ia menilai Charoline dari atas ke bawah.
"Oh, lo pelayan di sini?"
Charoline mengangguk lalu meraih tangan Aluna tetapi langsung ditepis oleh sang empu.
"Aluna, aku kangen ngobrol sama kamu. Kamu bilang kita gak boleh ngobrol di sekolah kan? Ayo kita ngobrol di sini." ucap Charoline.
"Gak usah drama, gue ke sini cuma mau makan, bukan ketemu lo." usai mengatakan itu Aluna berjalan melewati Charoline begitu saja. Ia duduk di meja yang dekat dengan jendela. Tak sadar jika ada seseorang yang memperhatikannya tadi.
***
Charoline kini dapat bernafas lega karena Herren tak lagi berada di cafe. Tadi setelah Charoline makan malam di jam istirahat, ia tak melihat sosok Herren lagi. Mungkin laki-laki itu sudah pulang, pikir Charoline.
Charoline melepas apronnya lalu mengemas tas. Setelah itu ia berjalan keluar namun ada sesuatu yang membuatnya melirik ke samping. Felix, laki-laki itu sedari tadi diam. Walaupun setiap hari laki-laki itu selalu memasang wajah jutek.
"Ngapain lo lirik-lirik gue?" tanyanya sinis.
Charoline mengerjapkan mata dua kali, ia kira laki-laki itu tak sadar tengah ditatap olehnya, "Maaf."
Felix menghela nafas kasar, "Mending lo pindah kerja kalau mau bawa dia."
"Aku minta maaf, tapi dia yang maksa ikut."
"Lo ada urusan apa sih sama dia?!" ketus Felix.
"Ga-gak ada apa-apa." jawab Charoline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano Prince
Teen FictionPiano Prince, itulah sebutan dari seorang laki-laki bernama Mark Herren. Dia cuek, dingin, dan arogan. Dengan wajah diatas rata-rata dan sebagai putra penerus grup Vitabrata yang merupakan perusahaan kosmetik nomor satu di dunia. Maka ketenarannya t...