🍓~Sadness and Happiness~🍓

51 6 1
                                    

Setelah perdebatannya dengan Herren pagi tadi, laki-laki itu terus mengirimkan pesan padanya. Padahal masih dalam jam pelajaran.

Charoline tak menggubrisnya, ia pun mematikan daya ponselnya dan kembali fokus mendengarkan guru mengajar di depan. Namun ia sama sekali tak bisa fokus. Semakin ia berusaha mengusir bayang-bayang Herren, justru wajah laki-laki itu terus muncul di benaknya.

Selang beberapa menit bell istirahat pun berbunyi. Setelah guru yg mengajar keluar dari kelas, suara langkah lari seseorang terdengar kian mendekat, Mattheo pun memunculkan diri di ambang pintu kelas. Manik matanya tertuju pada seorang gadis bermata bulat yang duduk di barisan paling belakang.

"Charoline!!" panggilnya dengan dada yang naik turun karena sehabis lari.

Semua pasang mata menatap laki-laki berparas bule itu, termasuk sang empu nama.

"Herren berantem sama Sean di lapangan basket!" ucap laki-laki itu.

Charoline membulatkan matanya, ia khawatir, namun hatinya belum siap untuk bertemu dengan laki-laki pemilik mata elang itu.

Tapi mengingat siapa itu Sean, siswa kelas 12 yang terkenal sebagai troublemaler. Charoline pernah mendengar gosipnya tentang Herren dan teman-temannya yang pernah bertemu dengan Sean saat pertama kali menginjakkan kaki di SMA Wilbert.

"Cha, gue tau lo masih marah sama dia, tapi untuk sekarang dia cuma butuh lo, dia kaya orang kesetanan, gak ada yang bisa berentiin dia termasuk gue," ujar Mattheo yang kini sudah berdiri di depan meja Charoline.

Tatapan Mattheo penuh harap, Charoline jadi merasa tak tega, ia pun bangkit.

"Ayo kesana," ucapnya membuat senyum Mattheo mengembang.

Mattheo pun membawa Charoline ke lapangan basket indoor. Karena katanya kejadiannya berada disana.

Kejadiannya bermula ketika kelas Herren dan kelas 12 IPA 3 sedang olahraga di lapangan indoor. Ada beberapa siswa laki-laki kelas 12 itu berbisik-bisik tentang Herren dan Charoline. Entah apa yang dibicarakan siswa tersebut hingga membuat Herren membabi buta memukul mereka.

"Cukup, Herren! Aku mohon berhenti!" teriak Charoline yang berlari menghampiri dua insan yang saling adu jotos. Charoline tak peduli dengan siapa ia berhadapan sekarang.

Mendengar suara Charoline, Herren pun menoleh dengan tatapannya yang tajam.

"Jangan suruh gue berhenti, Charoline, sebelum gue bikin muka dia hancur di hadapan lo," ucap Herren.

Charoline sama sekali tak mengerti dengan jalan pikiran laki-laki itu.  Padahal sebelumnya laki-laki itu berjanji akan berhenti menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Mengapa laki-laki itu suka mengingkari janjinya?

Charoline memberanikan dirinya untuk menyentuh lengan Herren, "Aku mohon berhenti, Herren. Itu gak ada gunanya!"

"Gak ada gunanya? Dia itu fitnah lo! Mulut busuknya bilang ke semua orang kalau lo udah disentuh sama gue!"

Laki-laki bernama Sean itu tersenyum miring, "Hey, semua juga mikir begitu, gak lama lagi tu cewek juga bakal bunting!"

"Bacot lo gak usah ngomong kalau gak punya bukti!" timpal Nicky yang sedari tadi diam menonton. Ia menahan rasa greget untuk ikut menghabisi Sean namun ia ditahan oleh Caldera.

Herren mencengkeram seragam Sean,  menghunus tatapan tajam pada laki-laki itu, "Banci lo! Gak usah bawa-bawa cewek gue ke dalam masalah kita!!" gertaknya.

Sean mengangkat dagunya menantang laki-laki bernetra abu itu, "Adek gue sakit, cewek lo juga harus sakit!"

"Bajingan!!"

Piano PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang