Herren mengumpat dalam hati ketika ayahnya menjebak dirinya di mall bersama seorang gadis yang akhir-akhir ini mengganggu dirinya.
Sebelumnya ia dihubungi oleh ayahnya untuk menjemput seseorang, namun Herren tak menyangka jika orang itu adalah gadis yang sempat diundang makan malam antar keluarga kemarin.
Eliza Zachira, gadis cantik yang pernah menjadi partner les musik Herren sewaktu kecil. Dulu ia selalu tampil bersama Herren di panggung dengan ia memainkan biola. Namun ketika ia menginjak bangku SMA, ia mulai masuk ke dunia permodelan, hingga ia berhasil menjadi model terkenal di Thailand.
"Lelet banget lo! Tinggal pilih apa susahnya sih!" geram Herren melihat gadis itu hanya mondar-mandir tanpa mengambil satu barangpun. Sangat berbeda dengan Charoline yang sudah mempersiapkan barang yang ingin dibeli sebelum pergi.
"Gue itu model, stylish is number one!" sahut Eliza yang masih mencoba satu per satu kacamata hitam di depan cermin.
"Terserah, waktu lo tinggal sepuluh menit lagi,"
Eliza berdecah, jika bukan karena uang keluarga Herren ia tak mau mendekati laki-laki menyebalkan itu.
Karena jobnya sedang sepi membuat pemasukkannya berkurang. Sedangkan ia sudah terbiasa dengan kehidupan mewahnya. Keluarganya pun sedang diambang ekonomi yang kritis. Perusahaan keluarganya tengah menurun menjadikan dirinya harus hidup berhemat.
Pertemuannya dengan Herren di sebuah minimarket kala itu membuatnya berpikir mendekati laki-laki itu. Ia teringat ayah Herren dulu memperlakukannya dengan baik, jadi ia mencoba untuk mengambil hati lewat ayah Herren.
Eliza sadar kini waktunya tinggal lima menit, ia pun pergi ke kasir untuk membayar barang yang ia pilih. Herren pun mengekor dengan raut wajah malas.
"Totalnya jadi dua puluh enam juta kak," ujar sang kasir ketika selesai mentotal belanjaan Eliza.
Eliza pun membuka sling bag yang ia kenakan lalu mencari keberadaan dompetnya. Namun ia memasang wajah panik karena tak kunjung menemukan dompetnya. Seingatnya ia sudah membawanya tadi.
"Kenapa lo?" tanya Herren dengan wajah curiga.
"Kayaknya dompet gue ketinggalan, duh gimana ya.." jawab Eliza dengan raut gelisah.
Eliza terkejut ketika Herren tiba-tiba menyodorkan kartu atmnya yang berwarna hitam itu. Dalam hati ia berteriak senang karena rencananya berhasil. Sebenarnya ia membawa dompet namun ia ingin Herren yang membayarnya. Makanya ia berpura-pura panik.
"Akting lo kurang bagus, bitch!" ucap Herren ketika ia berbalik badan usai membayar belanjaan Eliza. Laki-laki itu pun berjalan menjauh tanpa memperdulikan wajah kesal Eliza.
🍓🍓🍓
"Pacar lo emang gak nyariin?" tanya Eliza.
Herren ingin sekali menurunkan Eliza sekarang juga karena sedari tadi gadis itu terus bertanya.
Dari dulu ia memang tak menyukai gadis itu. Dari penampilannya yang terlihat mewah dan make up yang cukup tebal, ia juga tak suka dengan gadis yang suka cari perhatian ke semua orang.
Perbedaannya sangat jauh dengan Charoline yang terkesan lebih sederhana dan manis. Gadis pemilik mata binar itu tak bisa dibandingkan dengan gadis mana pun.
"Ck! Gue tanya loh, kenapa sih lo dari dulu dingin banget sama gue?"
"Karena gue gak tertarik sama lo," jawab Herren tanpa menoleh sedikit pun pada gadis yang duduk di kursi sampingnya. Ia memilih fokus menyetir.
"Tapi Papa lo maunya lo sama gue,"
"Tapi lo maunya uang gue," sarkas Herren. Ia cukup peka dengan maksud Eliza mendekati dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano Prince
Teen FictionPiano Prince, itulah sebutan dari seorang laki-laki bernama Mark Herren. Dia cuek, dingin, dan arogan. Dengan wajah diatas rata-rata dan sebagai putra penerus grup Vitabrata yang merupakan perusahaan kosmetik nomor satu di dunia. Maka ketenarannya t...