Hai! Maaf buat ketelatan updatenya. Aku lagi sibuk banget dan gak ada waktu buat nulis. Kedepannya aku usahain bakal lebih rajin update supaya kalian gak lumutan nungguinnya.
Sebelumnya aku bilang makasih banget buat kalian yang masih setia nungguin kelanjutan cerita Piano Prince. Jangan bosen-bosen ya!
OH IYA! Sekedar info kalau di part sebelumnya (part "CAROLINE IS WORRIED?") aku ada nambahin sesuatu. Yaitu tentang nama geng motor yang diketuai sama Nathan. Namanya ARDEVAZ. Di dunia geng motor, Nathan dikenal dengan nama Nasa.
Oke gitu aja, happy reading dan jangan lupa vote and comment-nya ya...
***
Aroma khas buku bercampur pengharum ruangan yang tak begitu semerbak di indera penciuman cukup membuat Charoline terlelap damai. Di jam istirahat kini Charoline berkunjung ke perpustakaan. Awalnya ia mengajak Nathan, namun laki-laki itu tengah sibuk dengan urusan OSIS sehingga Charoline memutuskan untuk pergi sendirian.
Mula suasana begitu tenang hingga tiba-tiba terdengar bisikan dari siswa lain yang sedikit mengusik kedamaian Charoline. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, Charoline tak begitu penasaran, ia memilih untuk tetap dalam posisinya, yaitu tidur dengan sebuah buku sebagai bantalan.
Tak lama ia merasa kehadiran seseorang duduk di sampingnya. Sontak Charoline menengadahkan kepalanya untuk mengetahui siapa orang tersebut.
"Gara?" Charoline sedikit terkejut setelah mendapati orang yang berada di sampingnya adalah Gara. Ia menegakkan badannya. Tiba-tiba rasa kantuknya hilang entah kemana.
Gara menopangkan dagunya sambil menatap Charoline dengan tersenyum manis. Namun senyuman itu terlihat menyeramkan.
"Lo sakit? Kenapa tidur disini, bukan di UKS?" tanyanya.
Charoline menggeleng, "Aku gak kenapa-kenapa, cuma ngantuk aja." jelas Charoline.
Gara ber-o ria kemudian pandangannya tercuri pada sebuah buku yang tadi sempat dijadikan bantal oleh Charoline. "Detektif Conan?", ia bergumam membaca judul yang terletak di sampul bukunya, "Lo suka baca komik ini?" tanyanya.
Charoline mengangguk saja sebagai respon. Bukannya apa, ia hanya risih dengan siswa lain yang menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ditambah lagi terdengar bisikan yang tak mengenakan tentang dirinya.
"Gue punya semua versi komiknya, gue bisa kasih ke lo kalau lo mau," tawar Gara.
Charoline menggeleng, "Makasih, tapi aku gak bisa terima," tolaknya.
Alis Gara terangkat satu, "Lo gak mau komik itu?"
"Bukan, kalau aku punya komik sebanyak itu aku jadi lupa waktu dan gak belajar, jadi sebaiknya kamu simpan aja komik itu," jelas Charoline.
Gara menatap Charoline dengan tatapan takjub. Jika saja yang ia ajak adalah perempuan lain, pasti perempuan itu tak akan berpikir panjang lagi untuk menyetujuinya. Namun ini Charoline, gadis yang berbeda dengan gadis-gadis lain.
"Apakah alasannya adalah Herren?", batinnya.
Memikirkan hal itu membuat sudut bibirnya perlahan tertarik ke atas dan mengukir sebuah senyuman di wajah tampannya. Ah, sayang sekali rencana yang sudah ia bangun jika Charoline berada di rumahnya itu terpaksa ia urungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano Prince
Teen FictionPiano Prince, itulah sebutan dari seorang laki-laki bernama Mark Herren. Dia cuek, dingin, dan arogan. Dengan wajah diatas rata-rata dan sebagai putra penerus grup Vitabrata yang merupakan perusahaan kosmetik nomor satu di dunia. Maka ketenarannya t...