Udara dingin terasa menusukkan kulit. Kilatan petir saling menyambar di atas langit. Kepulan awan hitam yang menyelimuti sebagian permukaan bumi menandakan akan turunnya hujan. Waktu masih menunjukkan siang hari, tetapi langit seperti menggambarkan sore hari.
Tak lama tetesan air hujan mulai turun. Menciptakan bunyi yang menenangkan. Ditambah bau khas dari hujan mulai menyapa indera penciuman. Mungkin sebagian orang menyukai hal itu, namun tidak untuk gadis bermata bulat yang kini tengah berada di balkon kamarnya. Wajahnya terlihat gelisah memegang seragam yang baru saja ia cuci. Yang tadinya masih basah, malah semakin basah karena terkena air hujan. Ia pun berlari masuk ke dalam kamarnya dengan membawa seragam tersebut.
"Gimana kalau gak bisa kering?" tanyanya entah pada siapa karena ia sedang sendirian sekarang.
Ia takut sesuatu terjadi pada dirinya jika seragam laki-laki itu tak kering. Ingat, tadi di sekolah laki-laki itu menyuruhnya agar seragamnya dikembalikan besok. Dan Charoline benar-benar bingung sekarang.
"Kalau disetrika nanti bau apek." gumamnya.
Charoline menggigit bibir bawah karena gelisah. Ia terus memutar otaknya, mencari solusi yang tepat.
Tiba-tiba maniknya menangkap sebuah parfum beraroma stroberi miliknya di meja rias. Seakan menemukan ide yang bagus, ia pun tersenyum lalu pergi mengambil setrika yang ada di lemari baju.
Ya, Charoline akan menyetrika seragam yang masih basah itu sampai benar-benar kering. Lalu agar tidak bau apek, ia akan menyemprotkan parfum ke seragam tersebut. Masalah pun selesai.
***
Herren dan keenam sahabatnya tengah berkumpul di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari rumahnya. Selain club, tempat yang menjadi tongkrongan tujuh laki-laki tampan itu adalah Cafe Lie. Cafe megah berdekorasi khas Tiongkok yang merupakan milik keluarga Kaylie.
Jika malam hari mereka akan kumpul di club, maka siangnya ada di cafe. Suasana lebih tenang di sana. Apalagi mereka memiliki meja khusus yang hanya boleh ditempati oleh mereka.
Herren yang biasanya diam kini semakin diam. Duduk bersila dengan tangan yang ada di tengkuk sebagai tumpuan kepalanya. Ia bersender pada sofa dengan melihat ke arah langit-langit. Sebenarnya semua orang lebih suka ia diam. Jika laki-laki itu tidak diam maka tahu sendiri yang ia lakukan, kan?
"Masih mikirin cewek susu kotak stroberi?" tanya Nicky beralih menatap Herren, tadinya ia fokus berceloteh bersama Kenzie dan Mattheo soal video tik tok-nya yang fyp hanya gara-gara wajah Herren terlihat setengah di layar.
Mendengar pertanyaan Nicky, Kenzie dan Mattheo pun ikut menoleh ke arah Herren. Caldera dan Malfino yang sedang bermain kartu juga ikut menoleh. Kaylie yang baru datang kemudian duduk di samping Malfino dengan raut datarnya. Sedangkan yang ditatap mengeraskan rahangnya. Matanya menyorot tajam ke depan. Tangannya terkepal kuat menahan emosi. Artinya ia tak suka bila gadis itu disebut. Hal itu membuat Nicky, Kenzie, dan Mattheo terbahak-bahak, sangat senang melihat raut kesal Herren.
"Lihat aja besok, gue bakal buat dia gak tahan dengan satu hari." Gumam Herren yang masih bisa didengar jelas oleh sahabatnya.
"Jangan berlebihan, inget, dia cewek." ujar Caldera memperingati. Sedangkan Herren mengedikkan bahu acuh. Ia menulikan pendengarannya.
"Perasaan target kita gak pernah ada yang cewek. Lo yakin gak takut bakal ada masalah besar?" tanya Malfino. Sebenarnya ada rasa iba di dalam hatinya ketika melihat sahabatnya meracau perempuan. Mengingat ia juga memiliki adik perempuan. Bayangkan jika adik kalian di-bully, hati kalian juga ikut merasakan sakit, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano Prince
Teen FictionPiano Prince, itulah sebutan dari seorang laki-laki bernama Mark Herren. Dia cuek, dingin, dan arogan. Dengan wajah diatas rata-rata dan sebagai putra penerus grup Vitabrata yang merupakan perusahaan kosmetik nomor satu di dunia. Maka ketenarannya t...