"Wow, sangat inspiratif sekali kisah perjuangan Vanka Joe hingga seperti sekarang ini," MC menatap Vanka dengan mata yang berbinar diselingi membaca sebuah teks acara. "Pasti sekarang teman-teman sekolah Vanka sangat menyesal karena telah mem-bully Vanka dengan julukan Kuntilanak Gosong."
Vanka hanya terkekeh. "Saya memang lemah waktu SMP. Gampang nggak enakan sama orang. Jadi, kebaikan saya selalu disalahartikan oleh teman-teman saya."
MC mengangguk. "Cerita Vanka layak menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk tidak memandang orang sebelah mata. Apalagi sampai merundung. Perbuatan itu tidak baik. Selain menyakiti hati seseorang, juga tidak akan membuat dirinya hebat di mata orang lain."
Vanka mengangguk dan tersenyum simpul.
"Saya jadi penasaran nih, kira-kira tokoh Ali dalam novel The Distance of Us terinsipirasi dari siapa, sih? Soalnya tokoh seperti Ali ini tampak real dan boyfriend-able sekali. Ibaratnya pacar fiksi saya tuh, semua ada di tokoh Ali!" Tukas MC dengan pertanyaan selanjutnya.
Vanka memegang mic dan bercerita, "Ali itu nyata. Ada dalam kehidupan saya. Bisa dibilang 60% dari karakter di novel The Distance of Us ini berasal dari Ali yang saya kenal."
MC tersenyum menggoda. "Bisa dibilang pacar atau mantan berarti ya?"
Vanka tertawa. "Complicated, sih. Tapi, kayaknya lebih cocok disebut crush."
MC mengangguk paham. "Waduh, semoga Ali yang asli ini cepat sadar ya kalau ada perempuan secantik Vanka yang sudah menaksir dirinya sangat lama."
MC melihat tim kreatif sedang mengetukkan lengannya dengan jari telunjuknya. Waktu di mana Vanka harus melakukan sesi tanda tangan novel dengan para fans yang sudah menunggunya sedari tadi. "Sepertinya teman-teman di sini sudah nggak sabar lagi ya untuk sesi tanda tangan novel terbaru Vanka," umpan MC dengan mic menghadap pengunjung. "Baik, kayaknya kita mulai sekarang saja ya sesi tanda tangan dari novel The Distance of Us. Di mulai dari barisan depan ya."
Para fans mulai memadati ruang antrean untuk bisa bertemu langsung dengan Vanka. Momen book signing adalah momen yang selalu Vanka nantikan di setiap peluncuran bukunya. Sebab ia dapat berinteraksi langsung dengan teman-teman yang sudah mengapresiasi karya-karyanya.
Tiba pada antrean terakhir, Vanka mengulas senyum menatap seorang wanita berparas cantik dengan postur seperti model Victoria Secret's datang menghampirinya. Wanita itu begitu semangat mendatangi meja Vanka.
"Kak Vanka! Senang banget akhirnya bisa ketemu di sini," sapa Emily seraya cipika-cipiki dengan Vanka.
Vanka ingat betul bagaimana dirinya bisa mengenal Emily yang merupakan fans-nya sejak peluncuran buku pertamanya berjudul Mirroring. Kala itu Vanka melihat Emily tampak kebingungan di toko buku. Matanya sembap dan wajahnya sayu seperti orang yang tak punya tempat tujuan. Emily tidak sengaja menabrak punggung Vanka. Ia berjalan tidak fokus. Topi hitamnya mampu menutupi separuh wajahnya. Lalu Vanka bertanya pada anak yang menabraknya tadi. "Mau cari buku apa? Barangkali aku bisa bantu."
Emily terhenti dari langkahnya. Ia sempat takut-takut menoleh ke belakang. Namun, Vanka masih menunggu jawaban darinya.
"Kayaknya suasana hati kamu lagi nggak baik. Mungkin aku bisa kasih kamu rekomendasi teenlit cerita cinta supaya kamu bisa merasakan dicintai lewat sebuah buku. Atau, kalau kamu suka majalah musik, aku bisa rekomendasikan kamu majalah Jonas Brothers edisi bulan ini. Biasanya dengan melihat poster Jonas Brothers sambil dengerin lagunya bisa langsung naikin mood aku yang sedih."
Siapa sangka anak perempuan yang kala itu tingginya masih di bawah Vanka mampu terhipnotis dengan ucapannya. Emily menengok belakang. Menatap Vanka penuh harap. Emily mengangguk minta ditunjukkan buku yang Vanka rekomendasikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello You Apps!
Любовные романыTivanka adalah seorang penulis novel fiksi yang sangat terkenal. Pada buku kesepuluhnya, ia menuliskan sebuah cerita romansa yang menceritakan tentang 'cinta monyetnya' semasa sekolah yaitu Ali. Tivanka secara eksplisit memasukkan nama Ali ke dalam...