12. Kehilangan Jejak

192 29 6
                                    

Ali sudah tidak melaut lagi. Tidak pula membantu Nene di pasar. Tete dan Nene hanya menyuruh Ali untuk belajar. Dan tentu saja waktu Ali bermain aplikasi Hello You akan semakin mengendur karena jadwal belajarnya semakin padat menjelang Ujian Nasional. Ali harus fokus demi masa depan. Demi semua cita-cita masa kecilnya yang ingin menjadi atlet taekwondo.

Ali berusaha mengesampingkan perasaannya dan memilih untuk menunda menyatakan rasa sukanya kepada Vanka sampai Ujian Nasional berakhir. Cepat atau lambat ia akan tetap menyatakan perasaannya lagi kepada Vanka.

Setelah UN berakhir, Ali dengan semangat menagkses aplikasi Hello You. Ia sudah tidak sabar bertemu Vanka dan teman-teman Visalikipan. Aplikasi berjalan lambat. Layar putih tanpa proses loading. Apakah kuotanya habis? Padahal Ali baru saja membeli paketan 1 MB di tukang pulsa. Ali mencoba cara lain. Ia membuka situs Hello You lewat aplikasi Opera Mini. Tertulis 404: Not Found. Ali bertanya-tanya. Apakah aplikasi Hello You sedang mengalami gangguan?

Sehari, dua hari, aplikasi Hello You tidak bisa diakses. Bertanyalah Ali kepada temannya yang pernah merekomendasikan aplikasi itu kepadanya. Sayangnya, mereka sudah tidak lagi memakai aplikasi itu. Runtuh sudah harapan Ali untuk bisa bertemu Vanka.

Seminggu rasanya seperti seabad tidak bersapa dengan teman-teman Visalikipan. Ali benar-benar kehilangan suasana hati. Ia tidak tahu harus mencari ke mana perihal teman-teman mayanya itu. Tidak pula mengetahui nama asli mereka siapa saja. Bodoh. Hanya kata itu yang terlintas dibenaknya.

Ali berfokus pada kesibukannya mencari SMA di Ambon. Pelan-pelan Ali kembali menata hatinya lagi. Menyusun dan mengemasi barang-barang untuk kepindahannya ke Ambon. Ada rasa berat hati meninggalkan Negeri Saleman―meninggalkan orangtua keduanya (Tete dan Nene) yang telah merawatnya sedari kecil. Hatinya telah berlabuh pada keindahan alami Saleman. Pada kesederhanaan dan kerukunan di negeri ini. Ia sebenarnya tidak mau pergi dari Saleman. Namun, apa yang dikatakan Tete dan Papanya benar. Ali harus meraih mimpinya. Ali harus melihat dunia lebih luas lagi.

Ali meneguhkan hatinya untuk menjadi atlet taekwondo. Bukan hanya untuk masa depannya saja, tapi untuk mencari orang-orang yang sangat berjasa dalam hidupnya―Tivanka dan Visalikipan. Barangkali jika dirinya menjadi atlet nasional―menjadi pemenang di setiap kejuaraan―namanya akan terpampang besar di dalam tajuk koran harian. Ia akan diliput di media mana pun baik TV, radio, dan internet. Karena Ali tahu Vanka suka membaca, ia berharap agar Vanka dapat lebih dulu menemukannya di surat kabar atau artikel daring.

Ali kembali fokus dengan dunia taekwondo. Mengikuti segala macam kejuaraan mulai dari tingkat daerah hingga provinsi. Ali tak pernah mengenal kata lelah. Papanya selalu melatihnya dengan sangat keras.

Suatu hari ia mengikuti kejuaraan kyorugi Maluku Cup 2011. Jika Ali bisa memenangkan kejuaraan ini, maka kesempatan untuk mengikuti PON akan terbuka lebar untuknya. Ali sangat bersungguh-sungguh dalam latihan. Tiba di pertandingan kyorugi u-58 putra, Ali akan melawan Darma dari Sulawesi Utara. Jika dilihat dari gerakannya, Darma memiliki manajemen emosi yang lemah. Gerakannya cenderung defensif. Tapi, Ali tidak boleh terkecoh. Bisa saja itu adalah taktiknya untuk membuat Ali lengah di pertandingan. Darma tiba-tiba menyerang lewat idan checking. Cepat-cepat Ali melakukan perlawanan dengan gerakan dolke chagi agar bisa memperoleh 4 poin dalam pertandingan. Ali mendapatkan skor unggul melawan Darma dengan skor sementara 12 – 8. Kali ini Darma berbalik menjadi agresif. Ia melakukan tendangan idan dollyo chagi untuk mengecoh gerakan Ali. Ali dengan gerakan kuda-kuda fokus menatap arah gerakan badan Darma berputar. Secepat kilat Ali melawannya dengan tendangan dwi chagi. Darma terpental ke matras hingga menjadi K.O. Wasit berusaha menyadarkan Darma, namun sayangnya ia sudah terkapar dan tak mampu lagi melawan. Ali berhasil meraih kemenangan dengan skor 16 – 9.

Kemenangannya mendapatkan antusias meriah dari keluarga dan teman-teman sekolahnya. Dan untuk kali pertamanya, Ali dihampiri wartawan koran daerah untuk melakukan sesi wawancara. Ali senang, usahanya berbuah manis. Ia semakin yakin, jika ia bisa memenangkan banyak kejuaraan besar, namanya akan semakin dikenal banyak orang. Dan kesempatannya untuk bertemu teman-teman Visalikipan akan semakin mudah didapatkan.

Ali semakin adaptif dan terbiasa tinggal di Kota Ambon. Sejak tinggal di kota besar, ia tidak pernah lagi merasakan pemadaman listrik bergilir serta kehilangan sinyal setelah hujan. Namun, tinggal di kota besar malah membuat dirinya semakin memiliki banyak tekanan. Tekanan akan sekolah, kejuaraan, gaya hidup, serta penampilan. Ambon memang indah dan modern, namun Saleman adalah desa yang tentram dan bersahaja. Dan pada akhirnya, semua tempat memiliki kelebihan dan kelemahannya untuk ditinggali.

Suatu hari Papanya terlihat pucat setelah menerima suara telepon. Tanpa sadar ponselnya terjatuh ke lantai. Om Andi memberi kabar bahwa Tete Salami telah meninggal. Tete terpeleset di kamar mandi saat dirinya hendak mengambil ember untuk mandi. Kala itu memang sedang terjadi mati lampu. Pandangan Tete mungkin saja kabur karena gelapnya ruangan kakus itu.

Betapa hancur hati Ali mendengar Tete kesayangannya meninggal. Ali terpuruk sedalam-dalamnya. Seharusnya ia yang mengambilkan air hangat untuk Tete mandi―karena itu adalah tugas sehari-harinya. Seharusnya ia yang menyiapkan lampu storongking agar Tete dan Nene-nya tidak kesulitan mencari. Seharusnya ia lebih sering mengunjungi Tete dan Nene di Saleman. Seharusnya Ali ada di samping mereka. Ali sangat menyesal karena telah meninggalkan mereka sendirian di rumah dengan usianya yang senja. Ali menangis hebat. Memukul dirinya sendiri. Menyalahkan dirinya sendiri. Namun, semua tindakan itu dihentikan oleh Bunda. Bunda yang memeluk Ali dan menenangkan Ali untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri. Semua terjadi atas kehendak Tuhan.

Dengan segera Ali dan keluarganya pergi ke Negeri Saleman. Melihat Tete Salami untuk terakhir kalinya. Mengebumikan ke peristirahatan terakhirnya di pemakaman sekitar.

Selamat jalan boboi terhebat. Seluruh penghuni laut Seram, ikan cakalang, awak kapal, penghuni pasar, serta keluarga sangat menyayangi dan kehilangan sosok tetua yang paling dikagumi. Terima kasih Tete Salami. 

Hello You Apps!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang