7. Taekwondo

265 45 7
                                    

Vanka berencana mengelilingi seluruh titik di pusat kota untuk mencari tempat latihan taekwondo bagi pelajar. Biasanya pada sore hari menjelang hari libur, Vanka sering melihat orang-orang berlatih taekwondo di lapangan terbuka.

Kepepet adalah sebuah kata magis yang diyakini sebagai jurus ninja untuk mengatasi rasa takut yang berlebih. Vanka dulu takut untuk belajar berkendara. Namun setelah Papanya tiada, ia berusaha menenggelamkan ketakutannya dan mulai mencoba mengendarai sepeda dan motor. Semua ia lakukan demi bisa membantu keluarga dan pekerjaannya.

Pandangan Vanka mengarah pada lapangan rindang di dekat alun-alun kota. Terlihat seragam putih sedang berlatih memukul di sana. Cepat-cepat Vanka memarkirkan sepedanya di samping pohon rambutan dan mengamati barisan anak kecil yang sedang berlatih taekwondo. Mereka terlihat bersemangat dalam melakukan gerakan tangan dan kaki. Gerakannya seirama dengan ucapan si pelatih. Bola mata Vanka berbinar. Hatinya membara ingin bisa melakukan jurus seperti itu.

Seseorang mengetuk bahu Vanka. Membuat Vanka terkejut dan menoleh belakang. Terlihat seorang pria umur 30-an memakai seragam putih dengan sabuk hitam tersenyum ramah kepadanya. "Mau cari siapa, Dek?"

Suara Vanka terbata. Tangannya menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal. "Saya lagi lihat-lihat orang yang latihan, Pak," jawab Vanka malu-malu. "Sebetulnya, saya ke sini mau tanya-tanya bagaimana caranya untuk bisa bergabung dan latihan. Cuma saya nggak tahu harus tanya ke siapa," ucap Vanka polos.

Pria tua itu tertawa pelan. "Ke saya juga bisa―"

Belum sempat pria itu melanjutkan ucapannya, tiba-tiba salah satu muridnya datang membungkukkan badan di hadapannya. "Maaf, Sabeum Nim, saya terlambat karena ada eksul tambahan di sekolah."

Pria itu mengangguk dan langsung menyuruh anak itu untuk segera masuk ke dalam barisan. Vanka mengkerutkan dahinya. Tidak sopan sekali anak murid itu memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan namanya langsung―Sabeni, batin dan sependengaran Vanka.

Pria bersabuk hitam itu menunjuk papan nama bertuliskan Dojang Birendra. "Adik masuk saja ke tempat itu, nanti bertemu dengan Mbak Mia. Dia staf di sana," jelas pria itu sebelum pergi meninggalkan Vanka. "Maaf saya nggak bisa mengantar karena saya sudah ditunggu murid-murid."

Vanka mengangguk paham. Otomatis badannya ikut membungkuk mencontohi anak yang tadi menyapa pria tua itu. "Terima kasih, Pak Sabeni," ucap Vanka polos dan mengangkat badannya lurus.

Pria berseragam taekwondo refleks membalikkan badannya lagi menghadap Vanka. Pria tua itu menatap Vanka dengan seringai bingung. Butuh beberapa detik bagi pria itu untuk mencerna ucapan Vanka. Pria itu akhirnya tertawa lepas. Dan kini Vanka yang kebingungan.

"Nama saya Jerry, Dek. Bukan Sabeni."

Vanka masih polos. Ia tidak ikut tertawa karena memang ia tidak paham maksud ucapan pria tua itu. Begitu dirinya sampai di depan meja administrasi dan bertemu dengan Mbak Mia, ia memberanikan diri untuk bertanya. "Bapak yang badannya tinggi besar dan punya kumis tipis itu namanya Jerry atau Sabeni ya, Mbak?"

Mbak Mia langsung paham akan maksud identitas yang Vanka sebutkan barusan. Ia tertawa geli hingga setetes air matanya berderai di sudut matanya. "Itu sabeum Jerry, Dik. Mungkin yang kamu dengar itu sabeum nim. Sabeum nim itu instruktur kepala." Mbak Mia lalu menatap Vanka lurus. "Adik ada keperluan apa di sini?"

Vanka hampir lupa dengan tujuannya. "Saya mau tanya untuk biaya masuknya berapa?"

Mbak Mia memberikan brosur kepada Vanka. "Pendaftaran mulai dari 50.000 Rupiah. Untuk biaya perbulan sekitar 100.000 Rupiah. Nanti, untuk ujian kenaikan tingkat (UKT) sebesar 175.000 Rupiah. Tapi, UKT ini dibayarnya nanti menjelang ujian yang biasanya terhitung 3 bulan sekali. Harga tersebut belum termasuk dobok ya, Dik. Dobok itu seragam khusus untuk taekwondo," jelasnya sopan dan terperinci.

Vanka garuk-garuk kepala. Jika Papanya masih hidup, harga segitu mungkin masih terbilang terjangkau. Namun untuk porsi dirinya sendiri, harga yang disampaikan Mbak Mia bisa mencukupi kebutuhan sekeluarganya selama beberapa hari atau minggu ke depan.

Vanka membaca brosur itu lagi dengan seksama. Dihitungnya keseluruhan biaya dengan angan-angan di atas kepalanya. Mengingat dengan tajam berapa sisa uang yang dimilikinya sekarang.

Vanka bangkit dari kursi plastiknya dan menunduk sopan kepada Mbak Mia. "Boleh saya bawa dulu, Mbak? Untuk saya diskusikan dengan Mama saya. Kira-kira ada kontak yang bisa dihubungi kalau saya mau bertanya-tanya?"

"Oh, tentu bisa, Dik. Nomor Mbak Mia ada di halaman belakang brosur ya. Kalau ada yang mau ditanyakan, jangan sungkan hubungi langsung ya," balas Mbak Mia.

Vanka mengambil sepedanya yang tertinggal di lapangan. Sorot matanya melihat Pak Sabeni―alias sabeum nim Jerry yang begitu keren mengayunkan kaki dan tangannya dalam gerakan taekwondo.

Jika saja Vanka berlatih dengan keras, mungkin ia bisa sehebat sabeum nim Jerry. Dan yang paling terpenting Vanka bisa menjaga dirinya dari perbuatan jahatnya Bianca. Dengan semangat berapi-api, Vanka kembali pulang ke rumah dengan kaki yang terus mengayuh sepeda dengan cepat. Setibanya di rumah ia langsung memecahkan celengan ayam tanah liatnya yang ia simpan sejak tahun lalu. Ia akan memakai seluruh uangnya untuk mengambil kelas taekwondo.

Setelah menghitung semua kepingan receh dan beberapa uang lembar, ternyata Vanka hanya mampu mengumpulkan uang sekitar 300.000 Rupiah. Uang ini mungkin cukup untuk membayar biaya pendaftaran dan uang bulanan pada bulan ini. Tapi, Vanka tidak yakin apakah uang ini akan cukup untuk latihan di bulan berikutnya serta UKT yang tadi disebutkan Mbak Mia. Dan lagi, Vanka juga belum membeli dobok.

Vanka nekat membawa uangnya pergi menuju tempat perlengkapan olahraga. Dilihatnya sebuah manekin dengan tubuh proporsional yang membuat langkahnya terhenti. Manekin dengan dobok Adidas mampu membuat bola matanya enggan untuk berkedip. Dengan cepat Vanka mengecek harga dibalik badan manekin itu. Mengaganya ia setelah melihat harga fantastis itu dipamerkan. Harga dobok Adidas terlampau jauh dari bujet yang dimilikinya.

Vanka melanjutkan langkahnya menuju petugas toko sekitar. Ditanyanya dobok yang termurah. Harga termurah dobok pada toko ini sebesar 150.000 Rupiah. Sudah termasuk sabuk dan badge bordir logo Taekwondo Indonesia. Itu berarti Vanka akan mengeluarkan separuh tabungannya untuk membeli seragam. Sementara uang sisanya bisa ia pergunakan untuk membayar pendaftaran dan biaya masuk. Alhasil dengan berat hati Vanka harus melepaskan seluruh uang tabungannya demi olahraga bela diri yang ia idamkan. Demi menjaga dirinya. Dan demi memberantas perundungan.

***

Esok sorenya Vanka langsung pergi menuju Dojang Birendra untuk mendaftarkan diri sebagai murid baru taekwondo. Setelah semua biaya administrasi terbayarkan, Vanka langsung mendapatkan jadwal latihan sebagai murid baru dengan sabuk putih. 

Hello You Apps!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang