22. Pilihan yang Sulit

469 47 10
                                    

Dunia Vanka sempat gersang dan runtuh setelah mengetahui Bastian memiliki pacar. Vanka sudah tidak ingin kembali lagi ke Dojang Birendra. Ia juga menyuruh Vano untuk tidak menjodohkannya lagi dengan Bastian.

Vano berlari mendekati Vanka. "Kak, sabeum Ibas nyariin Kakak," ucapnya dengan keringat di pelipisnya setelah pulang latihan. "Sabeum minta nomor WhatsApp Kakak. Katanya ada yang mau diomongin sama Kakak. Tapi, aku nggak kasih karena Kak Pan pernah melarang aku. Nggak apa-apa, kan, Kak?" ucapnya was-was.

Vanka mengusap kepala adiknya. "Pano benar, kok. Lagi pula apa yang perlu diomongin lagi? Kan, Kak Pan udah tahu kalau Bastian udah punya pacar."

Vano mengangguk kecewa. "Sabar ya, Kak." Vano sempat menunduk sejenak. "Maaf ya Kak, gara-gara aku, Kakak jadi patah hati. Harusnya aku cari tahu dulu soal sabeum."

***

Hari ini Vanka menemani Gita untuk mencari rumah di expo properti. Dimulai dari rumah subsidi sampai komersil dipasarkan melalui expo ini. Sambil berkeliling, Vanka melihat-lihat lembar brosur yang dibagikan oleh sales properti. Dan siapa sangka seseorang dari booth sisi kiri memanggilnya. Vanka refleks menoleh. Matanya berbinar mendapati Ali Nando berada di sebuah booth apartemen. Ali Nando dengan semangatnya menyuruh Vanka untuk mampir.

Vanka dan Gita memasuki booth itu. Menyapa Ali Nando sambil melihat-lihat miniatur apartemen yang ada di sebelahnya.

"Mau cari rumah, Van?" tanya Ali Nando membuka obrolan.

Vanka menggeleng. "Enggak. Gita yang mau cari. Lo kerja di sini?"

Ali Nando menggeleng. "Bukan. Gue lagi lihat-lihat proyeknya teman kampus." Tak lama ia memanggil seseorang yang berada sekitar dua meter dari tempatnya berdiri. "Itu orangnya. Dia bagian arsitek dari apartemen ini."

Rasyid―teman Ali Nando memberi salam kepada Vanka dan Gita. Rasyid menatap Vanka lama. "Ini Vanka teman SMP-nya Ali Nando yang penulis itu ya?" tanya temannya Ali Nando yang dari tadi cengar-cengir menyikut lengan Ali Nando sambil menatap Vanka.

Vanka mengangguk kikuk.

"Ali Nando pernah cerita kalau dia lagi cari teman SMP-nya―" ucapan Rasyid langsung disanggah oleh Ali Nando. "Syid, ambilin brosur buat Vanka," ucapnya memelototi Rasyid.

Rasyid terkekeh lalu mengambil brosur di meja sales. "Lo mau cari apartemen?"

Vanka menggeleng. "Buat teman gue," Vanka menunjuk Gita yang berdiri di sebelahnya.

Gita mengernyitkan dahi membaca harga apartemen. Ia terkejut melihat daftar harganya. "Kayaknya gue cari rumah aja, deh," imbuhnya pelan. "Kalau bisa harga 500 juta-an."

Rasyid menatap Gita. "Mau cari di daerah mana?"

"Kalau bisa sih daerah Bekasi yang aksesnya dekat Jakarta," jelas Gita.

Rasyid menaikkan sudut bibirnya seraya mengetukkan dagunya. "Kayaknya Gardenia Residence cocok, deh." Alis Rasyid naik satu tingkat menatap Ali Nando. "Lo masih punya brosurnya, Li?"

Ali Nando menggeleng. "Nanti gue mintain dulu sama marketing-nya."

"Kalau bisa kirim brosur sama gambar rumahnya ya, Li," pinta Gita yang kini senyumannya mengembang. "Lo kirim ke nomor Vanka aja, ya. HP gue lowbatt."

Vanka otomatis menoleh dan memelototi Gita dengan tajam. Sementara Gita hanya tersenyum geli tak berdosa. Dan Rasyid tiba-tiba tersedak angin menatap Ali Nando.

Ali Nando menyodorkan ponselnya kepada Vanka. "Minta nomor lo, Van."

Bola mata Vanka mengerjap. Tangannya tak sengaja menyentuh tangan Ali Nando. Dengan cepat Vanka mengetikkan nomor ponselnya.

Hello You Apps!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang