18. Perjodohan

183 26 0
                                    

"Ma, semalam kakak pulang malam." Ulah si bungsu mengadu kepada Mama.

Vanka yang mendengar suara adiknya itu langsung berlari kencang, mengambil bantal sofa, dan melemparkannya tepat mengenai wajah Vano.

Vano yang semakin jahil itu malah mendekati kakaknya. "Gimana, Kak? PDKT-nya berhasil nggak?" alisnya terus diangkat naik turun serta hidungnya yang dibiarkan kembang kempis menggodai kakaknya.

Vanka tak bisa membalas perbuatan adiknya itu. Kini wajahnya berubah merah bak buah ceri yang baru matang. "Kamu, tuh, kalau mau ngerjain kakak jangan begitu. Untung aja masih ada Bastian. Kalau nggak ada? Kakak malah kayak anak hilang di Dojang sendirian."

"Aku udah merencanakan dari awal, Kak. Makanya aku suruh Kakak jemput malam sesuai dengan jadwal sabeum Ibas selesai latihan. Keren, kan?" ucap Vano bangga. Sekarang ganti bertanya, "Terus semalam ngapain aja?"

Vanka langsung memukul kepala Vano dengan remote TV. Mengira kalau Vano berpikir yang tidak-tidak. "Cuma makan nasi goreng terus ngobrol. Nggak usah mikir aneh-aneh."

Vano tergelak. Jempolnya sengaja diterbalikkan. "Ah, nggak seru begitu doang. Udah tukeran nomor WhatsApp belum?"

Vanka menarik napas dalam. Ia tidak sempat memikirkan hal itu. Kepalanya langsung digelengkan pelan. "Buat apa juga minta nomor kalau nggak ada kepentingan lain."

"Ya, kan, buat saling mengenal satu sama lain." Vano memutarkan bahu Vanka menghadapnya. "Jangan gampang nyerah gitu lah! Mau aku bantu comblangin kalian berdua? Kalau sama sabeum Ibas, sih, aku setuju. Kelihatannya dia orang yang baik dan bisa dipercaya."

Vanka langsung menoyor bahu adiknya. "Nggak usah ikut campur urusan orang dewasa. Pikirin dulu urusan sekolah."

Vano langsung mengerecutkan bibirnya kesal. Ia beranjak dari sofa dan berjalan ke kamarnya. "Lihat saja nanti. Aku bilangin ke sabeum Ibas kalau Kak Vanka suka sama dia."

Cepat-cepat Vanka berlari ke kamar Vano. Namun, sayangnya Vano langsung mengunci pintu kamarnya. "Awas ya, Dek. Kalau sampai kamu ngadu ke Bastian, Kakak potong uang jajan kamu," ancaman Vanka yang pasti akan menjadi senjata andalannya.

"Nggak apa-apa. Adek masih bisa minta ke Mama," tawanya semakin mengudara.

***

Awalnya, Vanka berpikir bahwa Vano hanya membual. Namun ternyata, tidak. Setiap ia pulang latihan, Vano selalu memberikan laporan mingguan kepada Vanka tentang semua kegiatan Bastian yang ada di Dojang. Dari yang penting sampai tidak sekali pun.

"Dengar dari teman-teman, sih, sabeum Ibas nggak punya media sosial. Kayaknya juga nggak punya pacar."

"Tahu dari mana kamu kalau Bastian belum punya pacar?" tanya Vanka memastikan ucapan adiknya. Karena ini adalah info terpenting bagi Vanka. Ia tidak mau dekat dengan seseorang yang sudah memiliki pacar atau istri.

"Yakin aja, sih. Anak-anak juga bilang gitu. Sabeum Ibas jarang bawa perempuan ke Dojang."

Vanka mengangguk, tapi dengan alasan seperti itu rasanya belum membuktikan valid atau tidaknya.

"Kak Pan udah tahu belum nama lengkapnya? Nama lengkap sabeum Ibas itu Bastian Alrie Si... Siregar, deh kalau nggak salah," jelas Vano seraya berusaha mengingat-ingat.

Bola mata Vanka membulat. "Oh, orang Medan, ya? Baru tahu, Kak Pan."

Seperti itulah cara Vano yang membantu Kakaknya mencari seluk beluk siapa Bastian.

***

Hari ini adalah momen spesial bagi Vano karena dirinya akan mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat pada sabuk putihnya. Vano meminta Vanka untuk merekam momen adiknya untuk dijadikan kenang-kenangan sekaligus mengunggahnya di kanal YouTube.

Hello You Apps!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang