Vanka akhirnya menyadari bahwa selama ini Ali Nando adalah teman sekelasnya. Ia duduk di meja paling depan dekat meja guru. Nama lengkapnya adalah Ali Nando Raefal.
Ali Nando termasuk anak OSIS yang kerap kali dispen untuk kegiatan OSIS maupun eksul. Jelas saja Vanka jarang melihat keberadaannya.
Suatu hari Vanka memberanikan diri untuk memberikan Ali Nando minuman isotonik dingin selepas jam pelajaran olahraga. Ia melakukan semua itu untuk berbalas budi sekaligus ingin berteman lebih dekat dengan Ali Nando. Karena bagaimanapun Ali Nando adalah satu-satunya orang yang pernah membantu Vanka dan pernah mengobrol dengannya.
"Ali, ini buat lo," ujar Vanka malu-malu seraya meletakkan minuman isotonik dingin di atas meja Ali Nando.
Tiba-tiba geng Bianca alias si perundung Vanka melihat kejadian barusan. Bianca mendekati Vanka dengan wajah liciknya. Bianca mendorong bahu Vanka berulang kali. Bahkan minuman isotonik itu langsung dibuka dan diminum olehnya.
"Ada apaan, nih Kuntilanak Gosong ngasih-ngasih minuman buat Ali Nando? Lo suka sama Ali Nando?" Matanya yang tajam terus menatapi Vanka.
Vanka masih bungkam dan menunduk. Pelan-pelan ia menggeserkan kakinya untuk menjauh dari pandangan Bianca. Namun, Bianca yang tahu akan hal itu langsung menarik bahu Vanka dan merangkulnya dengan kencang.
Kali ini tatapan Bianca mengarah kepada Ali Nando. Wajahnya pun tak kalah beringasnya. "Li, lo lagi dekat sama Kuntilanak Gosong ini?" Tawanya menggelegar. "Bisa-bisanya anak OSIS suka sama manusia kayak gini? Eh, bukan manusia deh, lebih tepatnya anak setan.."
Vanka menunduk sedih. Ia tidak berani untuk melawan Vanka.
"Eh, Van, gue perhatiin setelah Bokap lo meninggal, badan lo mirip kayak tengkorak di ruang lab. Nggak pernah makan lo di rumah?" Tawa Bianca meledek.
Kata-kata yang Bianca keluarkan lebih tajam dibandingkan pisau dapur yang ada di rumah. Dan sedihnya Vanka tidak bisa melawannya. Ekor mata Vanka diam-diam melirik Ali Nando. Terlihat rahangnya mengeras, tangan kanannya mengepal, wajahnya sangat serius menatap Bianca.
"Bi, cukup," sambar Ali Nando dengan tegas.
Bianca terkejut. Kini tatapannya beralih pada Ali Nando. Bianca bertepuk tangan seolah mengejek. "Wow, lo belain dia sekarang?" Ucapnya menunjuk Vanka.
"Bukan gitu. Kata-kata lo udah keterlaluan," tatapan Ali Nando sangat tajam menatap Bianca.
Keramaian yang ditimbulkan oleh Ali Nando dan Bianca mampu menyorot atensi teman-teman kelas 9-E. Mereka dengan serius bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.
Bianca mengulang ucapannya. "Lo suka sama Kunti Gosong ini? Kalau lo nggak suka dia, ngapain lo belain dia sampai segitunya? Anak-anak di kelas ini tuh nggak ada yang mau berteman sama dia." Bianca menunjuk-nunjuk Vanka dengan kasar. "Ini anak paling sok pintar di kelas. Tukang ngadu dan caper ke guru."
Bianca berkacak pinggang menatap Vanka. "Gara-gara lo ngadu ke BK, gue jadi kena marah sama Bokap." Tangan Bianca melayang ke atas--berusaha menampar Vanka dengan tangannya. Vanka menutup matanya rapat-rapat. Badannya kaku untuk berusaha menghindar. Dengan cepat Ali Nando meraih tangan Bianca dan mencengkeramnya sangat erat.
"Bi, udah! Jangan berantem di kelas."
"Lo ini kenapa, sih, Al? Lo suka sama Vanka?" Bianca menggertak Ali Nando.
Sorot mata Ali Nando mendadak kikuk menatapi teman-teman sekelas. Ia mengacak-acak rambutnya.
"Jawab gue!" Bianca bertanya lagi dengan suara lebih lantang.
"Enggak. Gue nggak suka sama dia. Apa lo nggak punya rasa empati sama dia? Bokap dia baru aja meninggal dan lo hina-hina dia terus." Ali Nando menatap Vanka tipis-tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello You Apps!
Roman d'amourTivanka adalah seorang penulis novel fiksi yang sangat terkenal. Pada buku kesepuluhnya, ia menuliskan sebuah cerita romansa yang menceritakan tentang 'cinta monyetnya' semasa sekolah yaitu Ali. Tivanka secara eksplisit memasukkan nama Ali ke dalam...