Love Curse (Zain) end

12.4K 1.4K 38
                                    

"Mama pergi dengan Papa?"

Zain yang tengah menyetir hanya mengangguk sebagai jawaban. Sedangkan Zaina yang duduk di sebelahnya mencebikkan bibir. Ia tidak tahu bagaimana isi pikiran kedua orangtuanya. Mereka sudah bercerai dan masih saja suka bepergian berdua.

"Orang-orang mulai bergunjing soal Mama. Katanya Mama selingkuh dan kenapa gak nikah-nikah. Apa dia gak kesepian tidur sendirian?"

Zain membelokkan stir mobilnya ke kanan memasuki sebuah perkarangan rumah mewah berwarna coklat muda. Zain tidak membalas keluhan Zaina sebelum menghentikan mobilnya. Setelah kendaraan itu berhenti, Zain menghadap sepenuhnya pada gadis di sebelahnya.

"Sejak kapan kamu mikirin omongan orang?" tanya Zain dengan bingung.

Selama ia mengenal Zaina, tidak sekalipun gadis itu tampak memikirkan perkataan orang lain. Bahkan perkataan orangtuanya saja diabaikan.

"Aku cuma kepikiran aja tentang Mama dan Papa yang sering pergi berdua ke mana. Aku yakin mereka gak cuma duduk ngobrol sambil minum kopi. Mereka pasti—"

"Mereka udah sama-sama lagi. Ke Bali kali ini tujuannya honeymoon," jelas Zain yang membuat Zaina seketika mendelik tajam.

"Mereka honeymoon? Mereka balikan?"

Zain mengangguk.

"Gila," maki Zaina.

Zain tersenyum. Ia mengulurkan tangan untuk membelai lembut pipi putih gadis itu. Gadis yang berhasil merusak mimpi-mimpi indahnya. Gadis yang berhasil mengusik jam tidur Zain. Dan gadis yang mengambil utuh hatinya tanpa sisa.

"Saya mau bicara sama Ibu. Kamu langsung ke kamar aja ya," suruh Zain.

"Bicara apa? Oma gak tahu soal Mama sama Papa balikan?"

"Tahu. Ibu yang kasih saran buat mereka pergi berdua."

"Aku kayak anak buangan yang ditinggal kapan aja," keluh Zaina.

Zain tertawa geli. Ia memajukan wajah untuk bisa mengecup kening gadis itu. Zain tahu kalau Zaina merasa kesepian selama ini. Apalagi orangtuanya sama-sama sibuk bekerja.

"Ayo," ajak Zain.

Zaina turun lebih dulu dan berlari memasuki rumah neneknya. Ia berseru memanggil sang nenek yang membuat wanita 50 tahun itu menggeleng geli melihat kedatangannya.

"Gimana kuliahnya cucu cantik Oma?" tanya wanita yang melahirkan Zain tersebut.

Zaina mencebikkan bibir, "biasa aja. Banyak tugas."

Neneknya tertawa dan memeluk Zaina dengan sayang. Ia menoleh pada Zain yang baru saja ikut bergabung bersama mereka di ruang tamu. Pria itu mengode ibunya untuk membiarkan Zaina ke kamarnya dan sang ibu mengangguk.

"Kalau lapar tinggal panggil Bibi, nanti makanannya diantar ke kamar," ujar ibu Zain pada Zaina.

"Oke, Oma!" seru Zaina sambil berlalu menaiki undakan tangga.

"Ada apa?" tanya wanita itu menatap putra kesayangannya.

"Aku mau menikah, Bu," kata Zain setelah terdiam beberapa saat.

"Kamu serius? Ya, Tuhan, akhirnya do'aku terkabul juga. Siapa? Ibu kenal?" tanya wanita itu antusias.

"Hm. Ibu sangat kenal."

***

Zain tampak tenang saat menyambut kepulangan kakak dan kakak iparnya. Pria itu bahkan tampak lebih berseri dari sebelum-sebelumnya. Ini sudah seminggu berlalu dan hatinya masih saja membuncah.

SHORT STORY NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang