Love Curse (Anwar)

12.5K 1.5K 101
                                    

"Selamat pagi, Bu," sapa seorang gadis dengan ramah.

"Selamat pagi juga, Dara," balas wanita yang disapa oleh gadis itu. "Tumben kamu ke sini," lanjutnya.

"Pak Anwar bilang harus ke luar kota beberapa hari, Bu. Jadi, saya mau jemput Qin," jelasnya singkat.

"Oh, jemput Qin." Wanita itu tampak meneliti gadis di depannya. "Kamu udah nikah?" tanya wanita itu sambil tersenyum. Ia penasaran pada gadis cantik di depannya. Selain penampilannya yang sederhana, ia juga baik.

Gadis beranama Adara itu balas tersenyum dan menggeleng pelan. "Belum, Bu, saya masih kuliah. Ini lagi magang di kantor Pak Anwar."

"Loh? Kamu anak magang di kantor Tuan Anwar? Saya kira kamu asistennya."

Adara tersenyum maklum. "Magang, Bu, sebagai asisten Pak Anwar," katanya.

"Kebetulan anak saya juga kerja di kantornya Tuan Anwar. Lagi cari istri. Kamu mau kenalan gak?"

Adara menggaruk pelipisnya karena bingung harus membalas seperti apa. Jujur saja Adara tidak begitu mudah bergaul dengan lawan jenis. Selama ini ia terbiasa menjaga jarak. Dengan Anwar saja sebagai atasannya, Adara sering kali dibentak karena kelemotannya.

"Daya!"

Seruan cadel itu membuat Adara menoleh. Di ambang pintu rumah mewah yang berdiri dengan sombong seorang bocah tengah berlari padanya. Adara melambaikan tangan sehingga bocah itu semakin kencang berlari mendekatinya.

"Kenapa yama? Papi biyang katanya Daya udah mau jemput pagi-pagi. Ini udah mau siang, Daya!"

Adara meringis mendengar omelan dari bocah cadel itu.

"Ini juga, Bu Syi ngapain ngajak Daya ngobyoy? Keyja!" lanjutnya sambil berkacak pinggang dan mata melotot lucu pada wanita di depannya.

"Maaf, Non, jangan marah dong. Nanti pipinya kempes loh," balas wanita itu dengan kerlingan mata.

Qin, gadis 3 tahun yang memiliki pipi tembam itu sontak memegang kedua pipinya dengan mata bulat yang menggemaskan.

"Gak boyeh. Ini aset uyel-uyel Papi," katanya sebelum menatap Adara dengan kepala mendongak.

"Ayo, Daya. Aku beyum siap-siap isi kopey. Bantuin."

"Aset gak tuh," ejek Adara.

Tangan Adara ditarik sehingga gadis itu mau tak mau mengikuti langkah bocah menggemaskan tersebut.

"Kenapa pakai koper? Kan kita nginap cuma 3 hari," tanya Adara saat mereka memasuki rumah.

"Aku bawa boneka dan mainan. Di yumah Daya pasti gak ada mainan. Aku juga tiduy hayus peyuk boneka."

"Gak mau peluk aku aja?" tanya Adara.

"Gak. Daya ada itu," tolaknya sambil menunjuk buah dada Adara yang memang agak mencolok di tubuh kecilnya.

"Kenapa sama ini aku?" tanya Adara bingung.

"Kena aku kayau peyuk. Gak enak. Mungkin kayau Papi pasti suka," jawabnya yang membuat Adara seketika menunduk dengan mata melotot.

"Qin, ih, gak boleh ngomong gitu. Dosa."

"Kenapa dosa? Aku gak bikin sayah. Aku kan biyang aja."

"Tahu dari mana kalau Papi Qin pasti suka?" tanya Adara mulai penasaran. Bisa-bisanya bocah seperti Qin memiliki pemikiran itu.

"Soaynya Papi suka yihat-yihat punya Daya."

"Masa sih? Qin sok tahu."

"Yaudah. Nanti kayau Papi puyang, kita buktikan. Aku seying yihatin Papi tahu. Kayau ada Daya Papi suka gak yihat aku. Mayah yihat itu," kata Qin menjelaskan sambil kembali menunjuk buah dada Adara.

SHORT STORY NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang