KESALAPAHAMAN YANG AKHIRNYA DIKETAHUI KEBENARANNYA
Sweeney terisak ketika dia mengobati luka Rose. "Padahal kemarin lukanya sudah mulai mengering, kenapa nona tidak hati-hati sampai lukanya kembali basah seperti ini? Jika tuan muda Orchid tahu—"
"Maka jangan katakan. Kita tahu seperti apa kakakku Orchid. Jadi, jangan katakan padanya apalagi pada Edelwis. Paham?" Ya, citra Marpheus sudah sangat buruk. Jika sampai Orchid tahu soal luka ini, maka dia pasti akan menyeretku kembali ke Selatan.
"Maafkan saya, nona. Kalau saja malam itu saya tidak tertidur dan tetap menemani anda, pasti ... setidaknya saya bisa melindungi nona." Sweeney menangis tersedu-sedu. Saat pertama kali mendengar dari Lucas bahwa Rose terluka, Sweeney sudah sangat histeris, dia menangisi Rose yang tak kunjung sadar sambil terus menerus mengobati luka ditubuh Rose yang indah itu. Awalnya, ketika dia mengetahui hal itu, dia hendak memberitahu pada Orchid dan Edelwis tapi, Marpheus sudah lebih dulu memintanya bungkam dengan dalih kemungkinan ada penyusup di mansionnya yang mencoba melukai Rose jadi harus dilakukan penyelidikan secara diam-diam.
"Sudahlah, Sweeney, lagipula aku baik-baik saja." Meskipun sebenarnya ini sakit sekali. Rose mencoba menahan rasa sakitnya karena takut membuat Sweeney semakin khawatir.
Merengut. "Apanya yang baik-baik saja! Padahal nona tak sadarkan diri sampai berhari-hari, dan tubuh indah nonapun jadi memiliki bekas luka. Padahal sebentar lagi nona akan menikah, kalau Yang Mulia tidak menyukai anda karena luka ini bagaimana—"
Menghela napas panjang, kemudian menyela perkataan Sweeney. "Memangnya dia pantas begitu? Aku saja menerimanya meskipun ada luka besar diwajahnya, masa dia tidak bisa menerimaku." Sengaja berkata begitu untuk menenangkan Sweeney yang sedang risau. Namun, yang ada kini Sweeney semakin risau.
"Ya ampun, nona, tolong jaga bicara anda, bagaimana jika Yang Mulia dengar perkataan anda?"
"Sweeney, berhentilah mengkhawatirkan sesuatu yang tak perlu." Meskipun sebenarnya agak mengkhawatirkan juga karena aku mengumpat padanya. Bagaimana kalau dia kesal dan membatalkan rencana pernikahan ini? Ah, aku akan dipermalukan untuk kedua kalinya jika sampai ditolak pria lain selain Aaron, dan kehormatan keluargaku pasti akan semakin lebur. Bodoh, harusnya tadi aku menahan diri tapi, dia benar-benar membuat kesal. Tapi, apa maksud perkataannya tadi?
"Sweeney, apa aku pernah bertemu dengan putra mahkota?"
Sweeney mengeryit. "Tiba-tiba membicarakan putra mahkota, ada apa?"
"Hanya ingin bertanya saja, mungkin aku lupa kalau aku pernah bertemu dengan beliau, atau pernah mendapat surat, atau semacam undangan."
Sweeney berpikir sejenak, meruntunkan ingatannya. Seingatnya Rose tidak pernah menceritakan soal pertemuan dengan putra mahkota, itu berarti Rose pasti tidak bertemu beliau, karena apapun yang Rose lakukan, Rose pasti akan memberitahu Sweeney. "Seingat saya tidak, nona tidak pernah membicarakan tentang Putra Mahkota sekalipun, ini adalah pertama kalinya saya mendengar nona menyebut nama Putra Mahkota. Dan lagi, tidak ada surat ataupun undangan dari beliau yang datang ke kediaman Fragrant. Meskipun ada itu pasti untuk Tuan Muda Orchid untuk membahas invasi bisnis, bukan untuk nona."
"Tapi kenapa dia berbicara seperti itu padaku?" Bergumam, sambil memikirkan kata-kata Marpheus yang masih membekas di kepalanya.
"Nona, saya akan keluar sebentar untuk mengambilkan camilan nona. Tolong berbaringlah selama saya keluar."
"Iya."
Setelah Sweeney keluar, barulah Rose mengekspresikan rasa sakit yang ditahannya. Sakit sekali. Dia beranjak dari ranjang, menuju meja riasnya, menatap bekas kebiruan yang melingkar dilehernya. "Dia jahat sekali, bagaimana bisa dia mencekik tunangannya yang sudah terluka seperti ini?" Beruntungnya Rose menggunakan gaun dengan kerah tinggi, dan dia tidak perlu membuka gaunnya ketika Sweeney mengobati lukanya lantaran gaun yang dikenakannya bermodel Halter di mana gaunnya tak berlengan namun kerahnya tinggi melingkari leher, sehingga Sweeney tak melihat bekas cekikan Marpheus. Bila Sweeney melihatnya mungkin dia semakin histeris. Namun, daripada itu, yang membuat hatinya was-was adalah fakta bahwa calon suaminya benar-benar seperti yang semua orang bicarakan, kejam dan juga angkuh. Apakah aku akan menyesal jika melanjutkan pernikahan ini? Rose segera menggelengkan kepalanya. Tidak! Aku sudah membulatkan tekad, apapun yang akan pria gila itu lakukan padaku, aku akan bertahan asalkan kedua kakakku bisa kembali hidup normal.
Disatu sisi, Marpheus masih tertegun dengan hinaan Rose padanya bisa-bisanya ada orang yang seberani itu mengatainya sialan di hadapannya.
"Hei, Lucas. Apa aku sudah tidak terlihat menakutkan lagi?" Tanya Marpheus penasaran.
Lucas menatap Marpheus yang sedang menanti jawaban darinya, dan dilihat dari sisi manapun tidak ada bagian yang tidak menakutkan dari wajahnya. Kening yang selalu mengkerut itu, mata yang selalu memicing, bibir yang terkadang menyungging seringaian itu, dan luka besar di wajah sisi kirinya. Bagian mana yang tidak menakutkan? Wajahnya benar-benar mengintimidasi tapi, Lucas tak mungkin bisa seenak itu mengatakan pendapatnya, 'kan?
"Tiba-tiba bertanya seperti itu, apa ada sesuatu, tuan?"
"Tidak ada, hanya saja aku merasa seseorang begitu lancang padaku, jadi kupikir wajahku terlihat seperti orang baik hingga dia mengira bisa bersikap selancang itu padaku."
Ah, maksudnya nona muda Fragrant ya? Lucas tersenyum kecil, amat kecil sampai-sampai tak dapat terlihat. Sejujurnya saat pertama kali bekerja dibawah Marpheus, ada banyak hal yang tidak Lucas sukainya tentang Marpheus. Namun, karena keluarganya sudah bersumpah melayani Marpheus segenap jiwa, Lucaspun tak bisa sembarangan berbicara dihadapan Marpheus, apalagi berlagak menilai tuannya tapi, melihat sikap Rose yang berani pada Marpheus, membuat perasaan terpendam Lucas seolah-olah terwakilkan. "Tuan, Duke muda Cederic mengirimkan ini untuk anda," mengalihkan pembicaraan, takut kalau-kalau dia menunjukkan euphorianya dihadapan Marpheus.
"Liam?"
"Iya." Lucas menyodorkan sepucuk surat yang berstampelkan lambang keluarga Duke Cederic. Ini adalah pertama kalinya Liam mengirimkan surat padanya setelah Marpheus diasingkan. Pernah sekali Liam datang ke tempat pengasingan Marpheus. Namun, setelah itu Marpheus melarangnya datang dan berhubungan lagi dengannya, karena Marpheus takut jika orang-orang yang mendukung Markuel akan mengincar Liam karena dekat dengannya. Tapi, mungkin karena sekarang konflik internal istana telah mereda, dan istana mulai menunjukkan belas kasihnya kembali pada Marpheus sehingga Liam berpikir bahwa dia boleh mengirimkan sepucuk surat padanya.
Untuk sepupuku terkasih, Marpheus.
Apakah kau sudah bertemu dengan Lady Rose? Beberapa hari lalu aku mendengar dari penjaga kediaman Fragrant bahwa Fragrant bersaudara sedang menuju tempatmu. Bagaimana menurutmu? Lady Rose sangat cantik, 'kan, dia juga cerdas dan jujur. Aku bukannya mau berbangga diri tapi, aku akan menerima rasa terimakasihmu dengan senang hati karena sudah menjodohkan kalian berdua. Aku harap kau akan menjamuku dengan baik saat aku pergi ke tempatmu nanti. Semoga kau bahagia, Marpheus. Dari orang yang selalu mendukungmu, Liam.Marpheus tercekat. "I-ini ... apa maksudnya?" Jadi Liam adalah orang yang membuat putri bungsu Fragrant melamarku? Bukan Markuel? Kalau begitu ...
"saya benar-benar tak mengerti apa maksud anda membicarakan putra mahkota di depan saya, sementara saya tidak pernah bertemu beliau sekalipun tapi, harus anda tahu, saya benar-benar kesal pada anda!"
Perkataan Rose menggema dikepala Marpheus."Pantas saja dia berkata seperti itu." Arghhh!!! Marpheus mengepalkan tangannya dan meninju meja kerjanya. "Kesalahpahaman sialan, kalau seperti ini aku harus bagaimana?" Dan yang lebih parah, dia kembali teringat tentang semua tindakkannya terhadap Rose, bahkan yang baru saja terjadi, dan itu membuat keringat jagung membasahi keningnya. Gawat.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly Prince and Lady Rose
RomanceRose Fragrant, putri bungsu dari keluarga bangsawan terhormat dan terpandang tiba-tiba menjadi bahan cemoohan bangsawan lainnya karena cintanya pada seorang putra Baronet yang ternyata hanya mempermainkannya. Tak kuasa melihat keluarganya terkena da...