Part Five

111 19 0
                                    

PERTEMUAN KELUARGA SETELAH SEKIAN LAMA


Marpheus hendak menarik pedangnya, dan berniat menghunuskan pedang kearah Putra Mahkota dihadapan Raja jika saja Lucas tak menahannya.

"Lepaskan."

"Tuan, jangan seperti ini." Lucas berbisik

"Lepaskan!"

"Kumohon, tuan. Tolong ingatlah berapa banyak usaha yang anda lakukan untuk rencana besar anda."

Marpheus menepis tangan Lucas. Meskipun tak senang karena Lucas menahannya tapi, perkataan Lucas tak salah sama sekali. Terlalu banyak kesia-siaan yang akan dia dapatkan jika membunuh Putra Mahkota sekarang.

"Kenapa kau hanya diam, Saudaraku? Aku berpikir bahwa ada hal penting yang mau kau sampaikan karena kau tiba-tiba datang ke kerajaan yang enggan kau injak lagi, terlebih kau datang dengan tergesa-gesa seperti itu." Markuel menampilkan senyuman tipis, amat tipis sampai-sampai yang terlihat di mata Marpheus adalah wajah yang tak senang melihat kehadirannya. "Apa kau ke sini karena mendengar kabar tentang kesehatan Raja?" Melanjutkan.

Marpheus mengalihkan pandangannya pada sang Raja yang duduk di samping Markuel yang berdiri sambil memegang nampan dengan gelas dan piring obat di atasnya. Sang Raja memang tampak sakit. Namun, itu tak akan mengurangi rasa kecewa Marpheus pada Raja yang sudah bersikap tak adil padanya. Bahkan sudah cukup lama sejak Marpheus memberikan hormat terakhirnya pada sang Raja.

"Seharusnya anda menjaga diri agar tidak sakit. Jika menjaga diri saja anda tidak bisa, bagaimana bisa anda menjaga kerajaan ini?" Kalimat tak berempati dan tak pantas itu membuat para pelayan yang ada di sana tercengang. Mereka memang sudah pernah mendengar kabar betapa kasarnya anak kedua Raja bahkan sampai diasingkan. Namun, mereka tidak menyangka bahwa akan melihatnya secara langsung.

Markuel terdiam sejenak. Begitu pula dengan Raja. Waktu yang terus berlalu membuat Raja perlahan kehilangan kekuatan dan kemampuannya tapi, tidak dengan Marpheus yang seiring berjalannya waktu menjadi semakin kuat dan mengintimidasi, sehingga dirinya bahkan berani mengatakan hal tak pantas seperti itu pada sang Raja.

"Ini pertemuan pertama kita setelah sekian lama, tidakkah menurutmu pemilihan kata-katamu tak tepat, Saudaraku?" Tegur Markuel.

Seringai muncul di wajah Marpheus. Apa katanya tadi? Pemilihan kata-kataku tak tepat? "Begitukah? Kalau begitu maafkan hamba yang sudah bersikap lancang ini, Yang Mulia Putra Mahkota. Harap Yang Mulia memaklumi karena sudah lama sejak saya tak mendapatkan pelajaran tata krama dan pengetahuan umum." Satire.

Benar. Karena kecurigaan yang terarah padanya setelah kejadian di luar perbatasan, Marpheus tak hanya sekedar dikurung di kamarnya oleh sang Raja tapi, para anggota fraksi yang dulu tak meliriknya sama sekali, meminta agar Raja membatasi pengetahuan dan pendidikan Marpheus dengan alasan agar perebutan takhta tak terjadi, agar Marpheus bisa menilai diri bahwa dia tak memiliki pengetahuan yang membuatnya pantas untuk berebut takhta dengan Markuel yang terkenal dengan kecerdasan dan kepiawaiannya dalam berpolitik. Namun, manusia tetaplah manusia, mereka bisa berubah kapan saja sesuai dengan keadaan, dan itulah yang terjadi pada anggota fraksi baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat ketika melihat kehebatan Marpheus dalam berperang dan membawakan kemenangan pada kerajaan.

"Kau—"

Tak sempat Markuel menyelesaikan kalimatnya. Raja lebih dulu menyela, "dari bicaramu sepertinya kau datang bukan karena mendengar kabar kesehatanku yang memburuk. Apa mungkin kau datang ke sini karena rencana pernikahanmu dengan Putri Duke Fragrant?"

"Tidak, aku datang karena ingin membunuh bajingan itu," Marpehus bergumam. Meskipun Raja dan Markuel tak mendengarnya tapi, Lucas yang berada tepat di sampingnya dapat mendengarnya dengan jelas.

"Tuan." Memberi teguran pelan.

Marpheus menghela napas panjang. Dia mengerti teguran Lucas. Kemudian memberi jawaban pada pertanyaan Raja sebelumnya, "benar. Saya sangat terkejut karena Raja memberikan sorang wanita cantik dan dari keluarga terhormat kepada saya, padahal sebelum-sebelumnya Yang mulia hanya mengirimkan wanita-wanita tak berguna dari keluarga rendahan. Jadi, saya amat mensyukuri kehadiran Lady Rose Fragrant." Satire. Memang bukan tanpa alasan, selama ini Sang Raja sengaja menjodohkan Marpheus dengan para putri bangsawan rendahan agar posisinya tak menjadi semakin kuat. Namun, tanpa pernikahan politikpun Marpheus tetaplah kuat karena dia sudah membentuk sebuah aliansi pendukung dari berbagai kalangan di setiap wilayah.

Sebenarnya Rajapun berpikir untuk menolak lamaran dari keluarga Fragrant untuk Marpheus. Namun, mengingat bahwa keluarga Fragrant sudah tak seberkuasa dulu, Rajapun menerimanya. Akan tetapi, Marpheus yang terlalu lama berada di Utara tak mengetahui apapun soal keruntuhan keluarga Duke Fragrant tersebut, mengingat dia di asingkan ketika keluarga Duke Fragrant masih ada dipuncak kejayaan. Hal itulah yang membuat Marpheus menaruh curiga yang tak perlu pada pernikahan ini.

"Berhentilah menghardik seperti itu, Saudaraku. Raja telah memberikan kemurahan hatinya padamu yang sebenarnya tak pantas kau dapatkan mengingat semua kesalahanmu." Tukas Markuel.

Marpheus mengepalkan tangan dengan kuat sampai buku-buku jemarinya menonjol tegas. Bisa-bisanya dia berkata begitu, dasar munafik! Padahal dia tahu bahwa itu bukanlah kesalahan melainkan kesalahpahaman yang dia ciptakan.

"Sudahlah. Waktu pertemuan kita saat ini terlalu berharga untuk kita habiskan dengan pembicaraan masa lampau. Jadi, bagaimana jika kita membicarakan hal lain, seperti pernikahanmu, Marpheus? Kudengar keluarga Fragrant sudah tiba di mansionmu. Bagaimana pertemuan pertama kalian? Menginaplah di sini, sehingga kita bisa membicarakannya bersama semalaman." Sang Raja menengahi. Namun, dengan pemilihan kata yang salah.

"Bagi anda mungkin itu adalah cerita masa lampau tapi, hidup saya terjebak seperti ini karena cerita masa lampau itu." Bergumam. Lucas dapat mendengarnya. Gumaman yang penuh amarah itu. Tidak mudah menjadi Marpheus yang hidup dalam kesalahpahaman di masa lalu, dan menadapatkan banyak luka untuk terbebas dari kesalahpahaman itu. Jika Lucas berada diposisinya, Lucas sendiri tak dapat menjamin bahwa dia mampu bertahan seperti yang Marpheus lakukan.

"Benar. Sudah sejak lama dari terakhir kali kau menginjakkan kaki di Istana. Jadi, menginaplah, dan kau bisa menceritakan bagaimana pendapatmu tentang Lady Rose?"

Pendapatku tentang Lady Rose? Atau maksudmu adalah pendapatku tentang mata-matamu itu? Dasar tak tahu malu! "Memangnya saya boleh berlama-lama di sini? Bukankah yang orang-orang tahu adalah saya sedang diasingkan?" Satire.

"Pangeran Marpheus, berapa kali kukatakan bahwa itu bukanlah pengasingan." Tukas Raja.

"Iya, saya ingat anda berkata begitu. Saya juga ingat bahwa perseteruan dalam istana telah berakhir tapi, anda masih belum mencabut titah itu. Padahal anda bilang hanya sampai perseteruan dalam kerajaan mereda."

"Marpheus."

"Sudahlah lupakan saja. Toh saya tidak berencana untuk kembali lagi. Hari ini saya ke sini hanya untuk bersyukur atas calon pengantin yang anda kirimkan untuk saya. Kalau begitu, saya mohon undur diri." Ya, aku tidak akan kembali saat ini tapi, nanti. Nanti, saat Markuel duduk di atas takhta dan berpikir bahwa dia telah memiliki segalanya. Saat itulah aku akan kembali dan merebut segalanya.

Dalam perjalanan kembali menuju Utara.

"Tadi itu hampir saja," ucap Lucas. "Kuharap anda tak gegabah seperti itu lagi, tuan."

"Aku benar-benar ingin menebas kepala Markuel."

Lucas hanya diam. Dia paham perasaan Marpheus tapi, dia tidak bisa membiarkan rencana tuannya yang telah disusun dengan rapih berantakkan hanya karena emosi sesaat.

"Beberapa saat lalu, seorang utusan dari Utara datang dan memberitahu bahwa nona Rose sudah sadarkan diri." Mengalihkan pembicaraan. Ketika mereka berada di istana, seorang utusan dari mansion Marpheus menyusul untuk memberikan kabar tentang kesembuhan Rose.

Kening Marpheus mengkerut. "Ah, benar, ada wanita itu. Baiknya apa yang harus kulakukan padanya?"

To Be Continue

The Ugly Prince and Lady RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang