"Kenapa?"
Salah satu teman di kost Zaki bertanya saat ia melihat lelaki itu membawa Falisha yang diam tidak bersuara. Bahkan ekspresi wajahnya datar dengan pandangan mata kosong.
Zaki menggeleng pelan. Ia masuk ke dalam kamar, lalu mendudukkan Falisha di tepian kasur. Sedangkan Zaki duduk di hadapan gadis itu setelah menarik kursi dari meja belajarnya.
"Kayaknya gue harus cari cowok biar orang-orang gak mikir aneh-aneh sama kita. Gue juga harus jauhin lo biar gak ada penialain buruk lagi," gumam Falisha tanpa menatap Zaki.
"Apa-apaan sih? Sejak kapan lo peduli sama omongan orang? Bukannya selama ini asal kita senang kita jalani?"
"Tapi yang jelek di mata orang-orang tuh gue, bukan lo. Kayaknya banyak cewek di kelas lo yang benci banget sama gue."
Zaki menghela napas. "Sha, lihat gue," pintanya sambil menggenggam kedua tangan Falisha.
Falisha menurutinya. Gadis itu menatap Zaki yang juga menatapnya. Mata Falisha menelisik setiap inci wajah tampan Zaki. Kadang ia lelah berpikir kenapa Zakim au berteman dengannya selama bertahun-tahun seperti ini. Apa yang membuat lelaki seperti Zaki bertahan?
"Lo tahu siapa? Bilang sama gue. Gue yang bakal kasih mereka pelajaran," ujar Zaki dengan lembut.
Falisha menggeleng. "Ina gak bilang siapa nama orangnya. Tapi dia bilang gue yang bikin cewek-cewek gak berani deketin lo. Lo gak punya privasi karena gue. Lo gak bisa kencan, lo—"
"Karena gue udah punya lo, Sha," potong Zaki dengan serius.
Falisha terdiam. Ia menatap mata Zaki dan semakin tenggelam di dalam sana. Zaki begitu beruntung disukai banyak gadis-gadis cantik.
"Ina suka sama lo," gumam Falisha.
"Gue suka sama lo," balas Zaki.
Falisha menelan ludah. Jantungnya berdebar dengan kencang mendengar kalimat yang belum pernah Zaki ucapkan setelah bertahun-tahun berteman dengannya.
Suka? Suka yang semacam apa?
Falisha menarik diri dan itu membuat Zaki tersentak. Ia tidak sadar kalau sudah mengungkapkan perasaannya. Falisha pasti salah paham dan merasa aneh padanya.
"Gue balik," Falisha bangkit dari duduknya.
"Sha, gue serius," kata Zaki saat Falisha ingin membuka pintu kamar dan keluar.
Zaki menatap punggung Falisha dan berharap gadis itu menoleh padanya. Nyatanya tidak. Falisha malah berlalu keluar dan itu membuat perasaan Zaki menjadi tidak nyaman.
Zaki mengusap kasar wajahnya. Ia tidak menyesal sudah mengatakan perasaannya. Tapi ia akan menyesal jika pertemanan mereka rusak gara-gara hal tersebut. Falisha terlihat sangat syok dan bahkan enggan menatapnya.
"Sha, sumpah, gue pusing sama perasaan gue tiap sama lo," gumam Zaki sebelum merebahkan dirinya ke atas kasur.
Bahkan mereka belum memakan apa pun dari makanan yang mereka beli tadi. Zaki kehilangan selera makan karena makanan itu adalah kesukaannya dan Falisha.
***
Seminggu sudah berlalu sejak Zaki mengatakan perasaannya pada Falisha. Lelaki itu berulang kali mencoba untuk menemui Falisha di fakultasnya, tapi Falisha sama sekali tidak terlihat. Dari beberapa teman Falisha yang Zaki tanyai, katanya Falisha sudah pulang lebih awal karena gadis itu termasuk cepat dalam menyelesaikan ujian.
Ini hari ketiga Falisha ujian tengah semester. Ia tidak lagi mengusik Zaki dengan kehadirannya di kostan lelaki itu. Falisha benar-benar hanya ke kampus, lalu pulang. Tidak ada tempat yang ia singgahi atau ia kunjungi karena semua itu pasti mengingatkannya pada Zaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...