PRETENSE - 10

2.6K 258 10
                                    



Marta Nafisa.

Nama itu kerap muncul di daftar chat WA Sadine hampir setiap hari sejak dirinya masih duduk di bangku SMP. Awalnya Sadine tidak tahu siapa wanita itu sebenarnya karena sejak kecil dia memang jarang bertemu dengan keluarga besar dari papanya itu. Namun sejak kakek, mama dan papanya berpulang ke pangkuan Tuhan, tiba-tiba saja Marta mulai menghubunginya. Pertama dia mencoba untuk menghubungi mami dan berbasa-basi menanyakan kabarnya, namun mami tidak terlalu menanggapi karena dia memang belum pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya. Dan entah bagaimana caranya, Marta berhasil mendapatkan nomor hp Sadine saat perempuan itu diizinkan menggunakan ponsel untuk pertama kalinya.

Isi chat nya selalu sama. Dia meminta Sadine untuk main ke rumahnya. Tadinya Sadine sempat ingin mencoba untuk datang berkunjung, tapi mami, papi, om Azka, om Barra juga tante Ayuna kompak melarangnya. Mereka tidak pernah memberitahu alasannya kenapa namun sebagai anak yang penurut dan enggan mencari masalah, Sadine memutuskan untuk mematuhinya.

Sejak kecil hingga menginjak usia remaja, Sadine selalu dijaga dengan ketat oleh keluarga Reksa. Om Azka dan tante Zia juga sering mengerahkan beberapa anak buahnya untuk mengawasi Sadine di sekolah karena mereka takut terjadi apa-apa pada perempuan itu. Pasalnya jika Sadine sampai kehilangan nyawanya juga, maka harta warisan yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya bisa direbut secara paksa oleh keluarga papa Sadine. Terdengar seperti sebuah drama memang, tapi pada kenyataannya kasus penghilangan nyawa dengan didasari keinginan untuk menguasai harta memang benar adanya di dunia ini.

Dan sekarang Sadine sedang makan siang bersama om Azka dan tante Zia di salah satu ruang VIP restoran sunda di dekat klinik tempatnya bekerja. Pasangan yang menurut Sadine sangat 'badass' itu terlihat sangat santai dan murah senyum sekali. Padahal jika sedang bersama orang lain, mereka bisa berubah menjadi sangat menakutkan dan penuh dengan intimidasi.

"Gimana bulan madunya, dek?" tanya tante Zia dengan nada ceria.

"Gitu-gitu aja tante. Paling jalan-jalan, makan, belanja, gitu aja terus sampe pulang." jawab Sadine apa adanya membuat wanita berusia empat puluhan itu berdecak malas.

"Nggak seru ah kamu mah!"

Om Azka tertawa. "Ya emang kamu maunya si adek kayak gimana di sana? Yang namanya bulan madu di negara orang udah pasti jalan-jalan, makan sama belanja toh? Iya nggak dek?"

"Iya om." Sadine tertawa geli.

"Proses pembuatan calon cucu tante aman kan tapi?" tanya tante Zia tiba-tiba membuat Sadine langsung tersedak makanannya sendiri sampai-sampai om Azka buru-buru menggeser gelas berisi air minum untuknya.

"Duh kamu nih pertanyaannya bener-bener deh." Om Azka geleng-geleng kepala sementara tante Zia justru malah memasang raut bersalah sekaligus bingung.

"Loh emang ada yang salah sama pertanyaan itu?" tanya tante Zia kebingungan.

Kali ini gantian om Azka yang berdecak sembari tangannya sibuk menepuk-nepuk punggung Sadine yang masih sedikit terbatuk. Istrinya ini memang orang yang sangat ceplas-ceplos tapi yang membuatnya rumit adalah terkadang dia tidak lihat-lihat tempat dulu ketika ingin mengatakan suatu hal yang kalau kata orang dulu itu sangat tabu dan sensitif.

"Aman nggak dek?" tante Zia bertanya lagi tanpa memedulikan pelototan suaminya yang memintanya untuk berhenti bertanya.

"Aman tante. Dibantu doanya aja ya," Sadine berusaha nyengir meski wajahnya terasa sangat panas sekali sekarang. Seharusnya dia tahu bahwa istri dari anak angkat kesayangan opanya itu tidak akan mau berhenti bertanya sebelum mendapatkan jawaban yang bisa memuaskannya. "Ngomong-ngomong om, tante Marta minta aku untuk dateng ke rumahnya terus. Dia terus-terusan chat aku dan nggak mau berhenti walaupun aku nggak pernah bales."

PRETENSE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang