PRETENSE - 8

2.6K 267 11
                                    



Back to reality.

Setelah bulan madu selesai, baik Reksa maupun Sadine kembali menjalani aktivitas mereka masing-masing. Reksa harus kembali berhadapan dengan kertas, pensil dan penggarisnya sebagai seorang Interior Designer di kantornya, dan Sadine akan melanjutkan pekerjaannya sebagai dokter di salah satu klinik kecantikan di daerah Jakarta Utara. Dan berhubung kantor mereka berdua berada di titik yang berbeda, maka Sadine pun harus mengendarai mobilnya sendiri.

"Rex, sarapannya udah ready ya," lapor Sadine begitu dia membuka pintu kamar tidur dan mendapati Reksa yang sudah rapi dengan kemeja lengan panjang berwarna abu-abu serta celana bahan berwarna hitamnya. "Kok tumben rapi banget?"

Reksa menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum manis. "Kan hari pertama balik ngantor lagi. Jadi harus rapi dulu."

Sadine manggut-manggut lalu kemudian dia mendekati Reksa untuk membantu mengancingkan lengan kemejanya. Pria itu termenung sesaat sebelum akhirnya senyumnya kembali terbit. Nampaknya Sadine sudah berhasil mengendalikan dirinya sendiri setelah semalaman wanitanya itu terus merasa gelisah dalam tidurnya. Reksa bahkan sampai harus memeluknya erat-erat dan melantunkan surah Al-Mulk dengan irama Jiharkah untuk menenangkannya sampai akhirnya Sadine berhasil tidur dengan nyenyak dalam dekapannya.

"Are you okay, now?" tanya Reksa lembut.

Sadine melirik Reksa sekilas lalu kemudian mengangguk. Tentu saja dia tidak akan memungkiri bahwa suara merdunya dalam melantunkan surah Al-Mulk itu cukup berhasil membuat kegelisahannya memudar.

"I'm okay. Thank you for last night." Sadine tersenyum tipis seraya merapikan kemeja Reksa di bagian dada lalu kemudian membalikkan badan untuk berjalan ke kamar mandi, namun Reksa langsung menahan kedua tangannya.

"Itu cuma brand. dan kerjaan Nindy sebagai Digital Creator dan beauty product reviewer emang harus berhubungan langsung dengan itu. Jadi jangan dipikirin terus ya?" Reksa menyugar rambut Sadine dengan gerak lambat lalu kembali melanjutkan kalimatnya. "And as a reminder, I'm always yours."

Selama beberapa saat Sadine hanya bisa termenung mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Reksa. Pria itu menyatakan bahwa dirinya adalah milik Sadine sepenuhnya, lalu bagaimana dengan hatinya? Namun guna untuk menjaga hatinya sendiri serta menghargai usaha Reksa yang sudah susah payah menenangkannya sejak tadi malam, Sadine pun menyunggingkan senyum palsunya lagi. Senyum palsu yang kali ini terlihat lebih tulus karena kesungguhan Reksa dalam menghadapinya dirinya yang sudah kehilangan kepercayaannya kepada siapa pun itu.

"Makasih, Rex." ucapnya lagi dengan nada yang juga tak kalah tulus dari senyumnya tadi.

Sejujurnya Reksa ingin sekali mengatakan 'I love you' pada Sadine agar istrinya itu bisa percaya padanya, namun dia masih belum bisa melakukannya. Rasanya seperti ada yang mengganjal di hati setiap kali dia ingin mengucapkan 3 kalimat yang cukup sakral itu. Sebab Reksa bukanlah tipe pria yang bisa dengan mudahnya mengumbar kalimat manis jika itu bukan berasal dari hatinya yang paling dalam.

Reksa butuh waktu untuk bisa benar-benar yakin dengan perasaannya sendiri terhadap Sadine. Dan sepertinya Sadine juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Wanitanya itu pasti membutuhkan waktu juga untuk mencoba mencintainya.

Tak butuh waktu lama bagi Sadine untuk mempersiapkan dirinya sendiri sebab dia bukanlah tipe perempuan yang gemar berlama-lama mandi dan juga dandan. Dandanannya pun lebih sering terlihat natural karena dia tidak ingin merusak kulit wajahnya yang sejak dulu ia rawat dengan susah payah. Jika disuruh memilih antara makeup atau skincare, tentu saja Sadine akan lebih memilih skincare. Dan kalaupun dia harus menggunakan makeup, dia harus memeriksa lagi semua kandungan yang ada di dalam setiap produknya dengan teliti dan juga hati-hati.

PRETENSE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang