Pada akhirnya Sadine tetap memilih untuk datang ke reuni gabungan sekolahnya.
Tentu saja dia tidak bisa tidak pergi karena Reksa sendiri sudah memantapkan diri untuk tidak datang jika dirinya tidak mau. Ditambah lagi kandungan Sadine yang sudah memasuki usia 4 bulan juga menjadi salah satu pertimbangan Reksa untuk tidak datang ke acara itu. Sadine bahkan masih belum bisa melupakan kekhawatiran yang tergambar di wajah Reksa saat dirinya menyatakan ingin pergi dan memintanya untuk tidak berdebat lagi soal itu.
"Padahal enakkan rebahan tau, Dee."
Mendengar kalimat bujukan yang entah sudah berapa kali terlontar dari mulut suaminya itu, Sadine pun kembali mengumandangkan tawa gelinya.
"Nggak mempan, Rexy."
Reksa mengerucutkan bibirnya begitu dia sadar bahwa bujukannya itu kembali tidak membuahkan hasil. Nampaknya Sadine masih bersikeras ingin datang mengingat penyelenggara acara reuni gabungan ini adalah Hemma, salah satu sahabat dekatnya yang telah rela menyediakan waktunya untuk menjadi panitia di tengah kesibukkannya sebagai dokter dan juga istri serta ibu dari kedua anak kembarnya. Sadine merasa tidak enak hati jika dirinya tidak datang hanya karena dia malas bertemu dengan orang-orang yang dulu pernah menghinanya di belakang.
Kalau masalah Noura, sejujurnya Sadine sudah tidak terlalu memikirkannya lagi. Rasa kesalnya pada wanita itu telah pergi dan menghilang entah kemana semenjak dirinya mengandung. Dan calon bayi di dalam perutnya itu sudah lebih dari cukup untuk dijadikan sebagai bukti bahwa dia telah memenangkan peperangan tak kasatmata ini.
Yah ini adalah peperangan pertama yang mungkin telah berhasil ia menangkan. Masih ada satu perang lagi yang harus ia taklukan. Perang yang hanya dirinya saja yang bisa melakukannya dan hanya Tuhan saja tahu soal itu.
"Kamu udah bilang sama anak-anak buat ngerahasiain kehamilan aku kan?" tanya Sadine setelah dia selesai merias wajahnya.
"Udah kok. Dan mereka semua setuju untuk nggak bilang ke peserta reuni yang lain." jawab Reksa sambil meraih tangan Sadine dan membantunya untuk berdiri dari kursi meja rias. Pria itu memandangi perut sang istri lurus-lurus lalu kemudian menyentuhnya dengan seulas senyum bahagia yang terpatri di bibirnya. "I can feel the baby bump."
"Weird, isn't it?" Sadine tertawa seraya membiarkan Reksa mengusap-usap perutnya yang sudah mulai sedikit membuncit. "Tapi nggak keliatan kan?"
"Nggak sih. Keren juga baju kamu."
"Kemarin kau sengaja beli ini pas lagi jalan sama Yuanita. Tadinya dia bingung kenapa aku beli baju yang gombrong banget kayak gini, dan begitu tau alasannya. Dia juga jadi ikutan beliin beberapa lagi buat aku."
"Totalitas banget ya dia kalau udah berhubungan sama kamu." kekeh Reksa.
"Dia juga bilang bakalan siap baku hantam sama siapapun yang berani jahatin aku selama acara reuni berlangsung nanti."
Reksa mengedikkan bahunya. "Ngeliat gimana dia berusaha menahan diri untuk nggak nabok aku selama ini, kayaknya aku udah nggak bisa heran deh."
Keduanya sama-sama tertawa sebelum akhirnya mereka keluar dari kamar untuk segera berangkat ke restoran milik salah satu kawan mereka, Felix, yang akan dijadikan sebagai lokasi reuni hari ini. Sejujurnya Reksa sama sekali tidak menyangka bahwa Felix akan mengizinkan mereka semua menggunakan restorannya sebagai tempat kumpul-kumpul bersama teman lama semasa SMA mengingat bahwa dia bukanlah bagian dari kedua SMA yang akan bernostalgia itu. Tapi Felix justru dengan senang hati meminjamkannya dan bahkan memberikan diskon pada mereka untuk menikmati makanan yang tersedia di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETENSE (✔)
RomanceTerkadang apa yang terlihat bagus didepan sering kali berbeda dengan apa yang terjadi di belakang. Sama hal nya dengan kehidupan pernikahan antara Areksa Rafisqy dengan istrinya Sadine Jenar Isvarani. Pernikahan mereka terlampau tenang dan aman bahk...