PRETENSE - 16

2.3K 243 25
                                    



"Kenapa tu muka? Kusut amat kayak benang kehidupan!"

Seruan Harya yang baru saja memasuki ruangan khusus di kafe milik mereka bersama, La Reverie, sukses membuat mata Reksa memicing sinis pada laki-laki dengan kulit yang eksotis itu. Harya cengengesan sambil mengangkat kedua tangannya seolah seperti mengatakan 'just joking' namun gesturnya itu sangat berlawanan dengan ekspresinya yang kentara sekali mengejek. Di belakangnya, ada Naresh dan Jerome yang juga datang dengan membawa kantung berisi 2 kotak Pizza, beberapa minuman berkaleng serta oleh-oleh dari Phuket.

"Kalau lagi badmood biasanya nafsu makan suka nambah, Rex." celetuk Naresh kalem sambil mengeluarkan 2 kotak Pizza itu dan meletakkannya di atas karpet.

"Gue justru makin nggak nafsu malah." balas Reksa acuh.

"Sudahi bete mu, mari makan pizza bersamaku." Harya kembali melontarkan ledekannya sambil meraih satu slice pizza.

Jerome yang sudah asyik berbaring di atas bean bag sambil memainkan gitarnya langsung menolehkan kepalanya ke arah Reksa yang masih cemberut.

"Kenapa lo siang-siang udah bete aja? Berantem sama Sadine?"" Jerome mencolek lutut Reksa yang masih duduk bersandar di sofanya.

Reksa menghela nafas lelah. Setidaknya Jerome masih bisa bersikap sedikit lebih waras daripada Harya. Sahabatnya yang satu itu memang selalu tahu kapan harus bercanda dan kapan harus serius. Sedangkan Naresh adalah tipe orang yang lebih suka mendengarkan keseluruhan cerita dulu baru setelah itu dia sudi mengeluarkan pendapatnya. Sejujurnya Reksa sendiri tidak yakin apakah hal yang sedang meresahkannya ini patut untuk diceritakan pada ketiga sahabatnya. Pasalnya Reksa takut jika pendapat mereka akan membuatnya semakin gundah.

Di hari Sabtu yang lumayan cerah ini, keempat sahabat itu memang memutuskan untuk bertemu dan berkumpul di La Reverie sebab sudah lama sekali mereka tidak menghabiskan waktu bersama karena kesibukan masing-masing. Berhubung Sadine sedang ingin quality time bersama Yuanita di salah satu mall besar di daerah Jakarta Selatan, Reksa pun menggunakan kesempatan itu untuk mengajak ketiga sahabatnya bertemu di kafe milik merkea.

"Nggak bisa dibilang berantem juga sih," Reksa menegakan tubuhnya sambil mengacak-acak rambut. "Cuma gue bingung gimana mau jelasinnya ke lo bertiga."

"Jelasin aja pelan-pelan. Kalau ada masalah tuh jangan disimpen sendiri." ujar Jerome menenangkan. Pria itu segera pindah tempat duduk di karpet, bergabung bersama Naresh dan Harya yang masih sibuk dengan pizza mereka masing-masing. Reksa yang masih duduk di sofa jadi malu sendiri. Dia merasa seperti sedang disidang padahal faktanya hanya Jerome yang terlihat serius ingin mengetahui permasalahannya sedangkan kedua sahabatnya yang lain tidak terlalu peduli. Pizza mengalihkan segalanya.

"Jadi tuh..." Reksa terdiam selama beberapa detik karena Harya dan Naresh langsung ikut memerhatikannya di detik dimana dia mulai ingin menceritakan kegelisahannya itu. Reksa menarik nafas dalam-dalam dan kembali melanjutkan ceritanya. "Jadi si Sadine punya pasien, dan pasiennya itu cowok."

"Waduh! Bahaya!" seru Harya tiba-tiba membuat Jerome langsung memukul pelan lengannya, menyuruhnya untuk diam.

"Oke. Terus?" Jerome kembali memusatkan perhatiannya pada Reksa.

"Dan si pasien cowoknya ini orang yang pernah dateng ke nikahan lo waktu itu, Jer. Namanya Brandon." lanjut Reksa lagi.

"Brandon? Brandon Atmadja?"

"Gue nggak tau nama lengkapnya sih, tapi intinya nama dia itu Brandon."

"Oke, lanjut. Terus kenapa emang kalau dia pasiennya Sadine?"

PRETENSE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang