PRETENSE - 4

3.7K 311 28
                                    



Sejak kejadian dimana Sadine menangkap basah dirinya yang sedang memandangi Noura di layar LED beberapa waktu yang lalu, Reksa semakin gencar mencurahkan seluruh perhatiannya pada istrinya itu. Dia menggandeng tangan Sadine saat sedang berjalan bersama, memeluknya saat sang istri merasa sedikit kedinginan, membelikan makanan dan minuman tanpa perlu diminta, dan terus mengajaknya mengobrol meski terkadang Sadine menjawab dengan sedikit acuh dan seadanya. Reksa paham bahwa Sadine masih sulit mempercayainya sebab kelakuannya di masa remaja mereka memang benar-benar keterlaluan sekali.

Waktu kelas 11 dulu, Sadine pernah sekelas dengan Noura. Saat itu hubungannya dengan Noura sedang manis-manisnya dan dia selalu datang kelas untuk mengajaknya makan bersama atau sekedar mengobrol disana tanpa memedulikan Sadine yang hanya bisa menatap mereka dengan sendu. Dan jahatnya lagi, Reksa benar-benar sangat menikmati tatapan itu seraya berharap agar Sadine bisa menyadari bahwa dirinya tak akan pernah bisa menggantikan posisi Noura dihatinya.

Reksa memang tidak pernah membandingkan Noura dan Sadine secara langsung, namun perbedaan sikap yang sering ia tunjukkan pada mereka membuat Sadine merasa sangat rendah diri dan semakin tidak yakin bahwa dirinya bisa mengambil hati Reksa.

"Bagus nggak dress nya?" tanya Sadine sambil menunjukkan dress panjang dengan model off shoulder berwarna peach yang mampu membentuk lekuk tubuhnya yang ramping.

"Bagus sih, tapi bahu lo kelihatan..." jawab Reksa ragu.

"Sedikit doang kok. lagian resepsi nya Jerome sama Khansa kan malem, pasti banyak deh yang bajunya lebih terbuka dari gue."

"Tetep aja aurat lo keumbar kemana-mana," Reksa menyugar rambutnya frustrasi. Jujur dia tidak pernah suka melihat Sadine mengenakan baju yang terbuka. Nindy saja sering ia tegur jika berani pergi dengan pakaian minim, apalagi Sadine yang kini sudah resmi menjadi istrinya. "Lagian pernikahannya Jerome sama Khansa kan masih 4 bulan lagi. Lo masih punya banyak waktu buat pilih-pilih baju kok."

Sadine mengerucutkan bibirnya sambil mengembalikan dress cantik itu ke tempatnya digantung lagi. Reksa mengusap kepalanya dengan senyum bersalah, tapi itu lebih baik daripada Sadine terkena dosa karena mengumbar auratnya secara cuma-cuma nanti.

"Maaf ya? Gue cuma nggak mau lo jadi pusat perhatian dalam konteks negatif nanti."

"I'm not that pretty to be the centre of attention, Areksa. Masih ada yang lebih cantik dan lebih gorgeous daripada gue asal lo tau." Sadine memutar bola matanya sinis. Entah kenapa topik tentang kecantikkan selalu berhasil membuatnya kembali merasa rendah diri. Padahal dia sendiri adalah dokter di bidang kecantikkan.

Kedua alis Reksa langsung beradu seiring dengan raut wajahnya yang berubah menjadi agak sedikit muram dan kesal. Ini bukanlah pertama kalinya Sadine memandang rendah dirinya sendiri dan itu benar-benar menyebalkan sekali. Tapi Reksa juga sadar bahwa dia adalah salah satu orang yang juga ikut andil dalam merusak rasa percaya diri Sadine, karena itu dia memutuskan untuk menahan kekesalannya sebisa mungkin dan kembali berbicara dengan nada selembut kapas.

"Lo lebih cantik."

Sadine menatap Reksa yang tersenyum hangat padanya lalu kemudian dia menundukkan kepalanya. Seharusnya dia bahagia mendengar kata-kata itu keluar dari mulut pria yang sanga dicintainya itu, tapi entah kenapa dia justru merasa semakin rendah diri. Sadine merasa bahwa Reksa mengatakan itu murni hanya untuk membuat perasaannya menjadi lebih baik, bukan karena pria itu juga mencintainya. Tapi tentu saja Sadine tidak akan menunjukkan kesedihannya itu di depan Reksa. Suaminya itu sedang berusaha keras untuk memenangkan hatinya jadi dia akan menghargai itu.

PRETENSE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang