PRETENSE - 2

3.7K 333 31
                                    


Reksa ingat saat pertama kali dia menghadapi kemarahan dari ketiga sahabatnya setelah mereka mengetahui siapa Sadine Jenar Isvarani itu sebenarnya dan apa hubungan Reksa dengan gadis itu. Reksa juga masih ingat bagaimana Naresh menatapnya dengan sorot kecewa, Harya yang tak henti-hentinya berbicara panjang lebar soal betapa bodoh dan jahatnya sikap dia terhadap Sadine, dan tinju Jerome yang nyaris melayang kearahnya kalau saja Naresh tidak menahannya waktu itu. Dan itu adalah pertama kalinya Reksa melihat raut kecewa serta tidak menyangka yang tergambar di wajah ketiga sahabat karibnya.

Waktu itu Reksa tidak menyangka bahwa Harya akan melihatnya menurunkan Sadine di tempat di halte yang lumayan jauh dari gedung sekolah yang mana Sadine terpaksa harus berjalan kaki selama 10 menit agar bisa mencapai gerbangnya. Harya yang memang sengaja berangkat lebih pagi agar bisa menyalin PR salah satu teman sekelasnya hanya bisa ternganga kaget melihat bagaimana Reksa melenggang pergi begitu saja tanpa memedulikan Sadine yang hanya bisa menatapnya dengan sorot nanar. Selain karena kaget melihat sahabatnya itu membonceng Sadine, Harya juga tidak percaya bahwa ternyata diam-diam keduanya sudah saling mengenal satu sama lain. Pasalnya saat itu, Reksa sudah berpacaran dengan Noura dan mereka adalah pasangan yang cukup terkenal di Paramarta.

Dan itu juga bukan pertama kalinya Harya melihat Sadine berjalan kaki dari halte menuju ke sekolah. Naresh dan Jerome bahkan sering menawarinya tumpangan motor setiap kali mereka menemukan gadis itu sedang berjalan sendirian disana. Awalnya mereka pikir Sadine berangkat naik bis setiap hari, tapi begitu Harya memberitahu mereka apa yang telah dilihatnya, ketiganya pun langsung menyeret Reksa dan mulai mendesaknya untuk menceritakan soal hubungan dirinya dengan Sadine.

Yah, tentu saja reaksi yang diberikan Naresh, Jerome dan Harya tidak sesuai dengan harapan Reksa. Kalau saja mereka bertiga tidak menggunakan akal sehatnya masing-masing, mungkin Reksa sudah terkena bogem mentah dari mereka tanpa ampun saat itu.

Reksa memandangi pemandangan gemerlapnya kota Seoul dari jendela kamar hotelnya. Tatapannya nampak begitu kosong, hampa dan juga ada seberkas rasa bersalah yang terpancar dari sana. Bayang-bayang dimana Sadine yang terus menggenggam tangannya dengan panik dan ketakutan saat di pesawat tadi benar-benar membuatnya merasa seperti orang paling brengsek di dunia ini. Bisa-bisanya dia tidak pernah tahu soal trauma Sadine pada pesawat padahal dulu mereka sering pergi ke luar kota dan luar negeri bersama-sama.

"Rex," panggil Sadine yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. "Gue udah selesai mandi, sekarang giliran lo."

Reksa menolehkan kepalanya dan menatap Sadine lurus-lurus. Perempuan berkulit seputih salju itu balas menatapnya dengan sorot keheranan. Sejak mendarat di bandara Incehon tadi, Reksa benar-benar menjadi sangat pendiam. Pria itu bahkan hanya berbicara seperlunya saja dan ekspresinya benar-benar sendu. Sadine pun bertanya-tanya dalam hati, apakah dia telah melakukan kesalahan? Apa ada kata-kata atau sikapnya yang membuat suaminya itu tersinggung?

Tapi tak lama kemudian Reksa tersenyum penuh arti seraya meraih handuk hotel yang disodorkan oleh Sadine

"Thanks."

Sadine terhenyak. Bahkan nada suara Reksa pun terdengar begitu sedih. Apa lagi yang ia lakukan sehingga berhasil membuat pria itu terlihat kacau seperti ini.

"Areksa," panggil Sadine lagi tepat sebelum Reksa masuk ke dalam kamar mandi. "Lo marah ya sama gue? apa ada kata-kata atau sikap gue yang bikin lo sedih? Kalau ada gue minta maaf ya."

Selalu. Sadine selalu meminta maaf atas suatu hal yang tak pernah ia lakukan dan selalu merasa bersalah untuk semua hal yang bahkan bukan berasal dari perbuatannya. Sekali lagi Reksa mengutuki dirinya sendiri yang telah membuat Sadine tumbuh dewasa dengan dihantui rasa takut akan melakukan kesalahan bahkan untuk hal yang paling kecil sekalipun.

PRETENSE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang