PRETENSE - 6

2.8K 270 9
                                    



"Jadi besok lo balik ke Indo nya?"

Reksa duduk di bangku beranda kamar hotel dengan ponsel di tangan kanan dan sebatang rokok di tangan kiri sembari disuguhi pemandangan langit kota Seoul yang lumayan cerah sekali hari ini.

"Iya. Take off dari sini sekitar jam satu siang kayaknya, mudah-mudahan aja nggak ada delay nanti." Reksa menoleh ke belakang untuk memeriksa Sadine yang sudah tidur lagi setelah melaksanakan sholat subuh bersamanya tadi. "Jadi, gimana progresnya, Gas?"

"Progres apaan nih? Kalau progres kerjanya mah santuy. Gue kan orangnya sat-set sat-set kalau udah urusan kerjaan." jawab Yogas jumawa.

"Kalau itu mah gue juga tau. Yang gue tanya tuh soal progres perceraian lo sama Erika."

Yogas tertawa geli di seberang sana. Sepupunya yang seumuran dengannya ini memang sedang mengalami masalah yang cukup pelik dalam rumah tangganya. Padahal sewaktu awal-awal menikah dengan Erika, Yogas tampak sangat bahagia sekali. Tak jarang dia juga sering memberikan nasihat-nasihat untuk Reksa sebelum dia menikah dengan Sadine. Yogas juga sangat mengenal Sadine sebab mereka bertiga tumbuh besar bersama sebelum akhirnya mereka berpisah saat memasuki jenjang SMA karena Yogas meneruskan sekolahnya di Kopenhagen, Denmark. Mengikuti ayahnya yang ditugaskan sebagai duta besar disana.

Dia bertemu dengan Erika di Denmark, berpacaran selama 1 tahun dan akhirnya memutuskan untuk menikah di usia 22 tahun. Cukup muda memang, tapi bagi Yogas yang saat itu memang sedang jatuh sejatuh-jatuhnya pada Erika yang cantik dan baik hati itu. Pernikahan mereka digelar dengan cukup meriah saat itu dan keduanya juga terlihat sangat bahagia.

Sampai akhirnya berita mengenai perceraian itu sampai ke telinga Reksa beberapa bulan yang lalu. Setelah menjalani biduk rumah tangga selama 4 tahun, Yogas dan Erika memutuskan untuk bercerai dan sampai sekarang Reksa masih belum tahu apa yang menyebabkan pasangan yang terkenal harmonis itu memilih untuk berpisah.

"Yah, sidang pertamanya bulan depan sih. Tapi kayaknya gue nggak usah dateng aja deh biar prosesnya cepet."

Reksa menghela nafas. "Apa nggak mau coba mediasi dulu, Gas?"

"Dia nya nggak mau Rex. Gue juga udah capek sih sebenernya dan mungkin divorce emang satu-satunya cara supaya kita berdua bisa sama-sama tenang."

"Masalahnya separah itu ya?"

Yogas terkekeh. "Nanti ajalah gue ceritain pas kita ketemu ya? Lagian lo kan masih dalam masa-masa honeymoon juga sama si Sadine. Nggak enak banget kayaknya bahas soal perceraian gue disaat lo berdua baru aja nikah."

"Ya udah. Kita obrolin pas di Indo aja deh. Lebih enak ketemuan langsung juga kayaknya."

"Agreed." Yogas tertawa lagi. "So, how's the first night?"

"Gue butuh waktu seminggu buat dapetin itu," Reksa sedikit berbisik karena takut terdengar oleh Sadine. "Dan alhamdulillah nya semuanya berjalan lancar sekarang."

"Wajar lah itu. Sadine kan anaknya emang pemalu. Wajar kalau dia masih takut dan belum siap."

"Iya sih."

Terdengar helaan nafas di seberang sana dan Reksa masih menunggu Yogas untuk kembali berbicara. Bisa dibilang keadaan sepupunya itu memang sedang tidak baik-baik saja. Gugatan cerai dari Erika pasti berdampak cukup besar untuk pikiran dan aktivitasnya dan satu-satunya tempat Yogas untuk mengadu hanyalah Reksa. Orang tuanya dan orang tua Erika sudah tidak mampu lagi membujuk keduanya untuk berdamai.

"Jagain Sadine ya, Rex? Bahagiain dia terus, jangan bikin dia sedih apalagi tertekan. Jangan sampe lo berakhir kayak gue dan Erika." lirih Yogas tiba-tiba membuat Reksa langsung terdiam seribu bahasa. "Gue yakin lo berdua pasti akan baik-baik aja. Insha Allah jodoh pilihan eyang buat lo nggak akan pernah salah."

PRETENSE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang