Sebuah koper besar di geret menggunakan tangan kiri sedangkan tangan kanan sibuk terus mencoba hubungi jeongin yang terlambat ke bandara entah karena apa alasannya.
Beberapa kali pengumuman telah di siarkan oleh pihak bandara bahwa keberangkatan tinggal menghitung menit saja. Mata felix sesekali ikut lihat jam raksasa yang ada di dinding bandara, sudah pukul lima pagi.
"Aih kemana rubah nakal itu, telfonnya tak di angkat terus" ujar felix dengan nada cemas sambil terus melihat ke arah pintu masuk berharap adik manis nya segera menampakkan diri.
keberangkatan akan di lakukan kurang dari sepuluh menit mulai sekarang, jika terlambat tentu banyak lagi urusan yang harus di urus, sampai mendapatkan penerbangan di jam terbang selanjutnya, sungguh itu sangat melelahkan.
"Kaaak"
Teriak alpha dewasa awal memanggil felix sambil berlari memasuki pintu masuk dengan koper tergeret paksa di belakang tubuh nya, setelah sampai tepat di depan felix, ia buru-buru menunduk pegangi kedua dengkul sambil menarik nafas yang ter engah akibat penat sehabis berlari.
"kenapa bisa telat sih je?" Ujar felix kesal sambil memukul kecil kening jeongin menggunakan ponselnya. sebab nya ia dan dokter lain hampir terlambat karena anak nakal ini. "Cepat serahkan koper mu kesana". Arah felix sambil menunjuk salah satu outlet untuk penyerahan barang sebelum berangkat.
"Nanti aku cerita, kakak masuklah dulu, aku menyusul setelah menyerahkan barang-barang ku".
Felix memilih untuk menunggu saja, ia tak biarkan jeongin sendirian, keduanya berjalan beriringan sembari menaiki eskalator, sesekali felix menoleh ke belakang seolah sedang menunggu seseorang untuk datang kepadanya juga, minimal melihat kepergian felix untuk yang terakhir kali sebelum benar-benar melupakan satu sama lain.
"Kenapa kak fe?" Tanya jeongin yang menyadari gerak gerik felix.
"Oh..... Enggak. Ayo masuk".
{Omega}
Pesawat telah terbang jauh menembus awan, buat semua terlihat begitu kecil dari atas sini. Omega manis tampak lebih banyak diam dari biasanya, matanya tak bosan pandangi gumpalan awan yang terlihat seperti kapas, terus saja menghalangi netra untuk lihat terpaan luasnya laut yang tampak lebih biru dari yang biasa felix saksikan dari dekat.
Sesekali hembusan nafas berat ia keluarkan. Coba untuk tidur namun tak bisa, mata nya enggan tertutup. Masih tidak menyangka atas kejadian kemarin, mulut nya dengan lantang mengatakan bahwa ia ingin hubungan nya bersama hyunjin berakhir.
Yah sekalipun keduanya pada akhir pun menyetujui hal itu dan memilih putus, tapi tetap rasanya berat, rasanya penuh akan sesal jauh menusuk hati paling sudut dan paling kecil felix.
Jari ibu terus memainkan cincin couple pemberian hyunjin yang belum dirinya lepas, pikiran nya kosong, bahkan terbit mentari pun tak dapat memulihkan perasaan yang mengambang jauh entah kemana itu.
"Lean on me already and sleep now"
Suara serak jeongin menginterupsi buat felix menoleh sebentar namun tak tertarik untuk menuruti kata perintah yang cenderung mendominasi, ia lebih memilih memiringkan kepala ke arah jendela dan bersandar di dinding tepian jendela kaca pesawat dibandingkan bahu lebar jeongin.
"Kak......".
"What? Just sleep". Felix segera menutup matanya dengan memasang sebuah earphone di telinga sambil menyetel musik sampai full, enggan mendengar ucapan apa saja yang akan alpha rubah itu katakan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"OMEGA" || HYUNLIX ✓
Werewolfdia omega yang tangguh, dia sulit di dekati sebelumnya, dia pintar bela diri. dia jauh berbeda dengan para luna. dia felix, si cantik tak tersentuh tangan alpha.